Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kenali Gejala Depresi yang Paling Umum

Reporter

image-gnews
Ilustrasi depresi. Shutterstock
Ilustrasi depresi. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Depresi adalah gangguan suasana hati yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam, terus tertekan, bahkan kehilangan minat dalam beraktivitas. Gangguan mental ini sering dikaitkan dengan rasa sakit emosional, seperti kesedihan, tangisan, dan perasaan putus asa.

Sementara itu, penelitian dari National Institutes of Health menunjukkan depresi juga dapat bermanifestasi sebagai rasa sakit fisik. Meskipun tidak sering menganggap depresi sebagai rasa sakit fisik, beberapa budaya mengungkapkannya, terutama yang tabu untuk berbicara secara terbuka tentang kesehatan mental.

Misalnya, dalam budaya Cina dan Korea, depresi dianggap mitos. Jadi, pasien, yang tidak menyadari rasa sakit fisik mungkin merupakan tanda tekanan psikologis, pergi ke dokter untuk mengobati gejala fisiknya alih-alih mendeskripsikan depresi.

Akan tetapi, menjaga agar gejala fisik ini selalu diingat sama pentingnya dengan efek emosional. Ini adalah cara bagus untuk menjaga tubuh dan pikiran. Gejala fisik dapat menandakan kapan periode depresi akan segera dimulai atau memberi petunjuk apakah Anda mungkin mengalami depresi atau tidak.

Di sisi lain, gejala fisik menunjukkan depresi sebenarnya sangat nyata dan dapat merusak kesejahteraan secara keseluruhan. Berikut tujuh gejala fisik depresi paling umum, seperti dilansir dari Healthline.

Kelelahan atau tingkat energi yang lebih rendah secara konsisten
Kelelahan adalah gejala umum depresi. Hmapir semua mengalami tingkat energi yang lebih rendah dan bisa merasa lesu di pagi hari, berharap tetap di tempat tidur dan menonton TV daripada pergi bekerja. Meskipun kita sering percaya kelelahan berasal dari stres, depresi juga dapat menyebabkan kelelahan. Namun, tidak seperti kelelahan sehari-hari, kelelahan yang berhubungan dengan depresi juga dapat menyebabkan masalah konsentrasi, mudah tersinggung, dan apatis.

Maurizio, Direktur Program Penelitian Klinis di Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston, menunjukkan orang yang depresi sering mengalami tidur nonrestoratif, yang berarti mereka merasa lesu, bahkan setelah istirahat sepanjang malam. Namun, karena banyak penyakit fisik, seperti infeksi dan virus, juga dapat menyebabkan kelelahan, sulit untuk membedakan apakah kelelahan terkait dengan depresi atau tidak. Salah satu cara untuk mengetahuinya, meskipun kelelahan sehari-hari adalah tanda dari penyakit mental ini, gejala lain seperti kesedihan, perasaan putus asa, dan anhedonia (kurangnya kesenangan dalam aktivitas sehari-hari) juga dapat muncul saat depresi.

Toleransi nyeri menurun
Apakah Anda pernah merasa saraf terbakar namun tidak dapat menemukan alasan fisik rasa sakit itu? Ternyata, depresi dan rasa sakit sering kali muncul bersamaan. Studi 2015 menunjukkan korelasi antara orang yang mengalami depresi dan penurunan toleransi rasa sakit, sementara studi lain pada 2010 menunjukkan rasa sakit memiliki dampak yang lebih besar pada orang yang mengalami depresi.

Kedua gejala ini tidak memiliki hubungan sebab-akibat yang jelas, tetapi penting untuk mengevaluasinya bersama-sama, terutama jika dokter merekomendasikan pengobatan. Beberapa penelitian menyarankan menggunakan antidepresan tidak hanya membantu meredakan depresi tetapi juga dapat bertindak sebagai analgesik, melawan rasa sakit.

Nyeri punggung atau pegal di sekujur tubuh
Anda mungkin merasa baik-baik saja di pagi hari tetapi begitu sedang bekerja atau duduk di meja sekolah, punggung mulai sakit. Bisa jadi stres, atau mungkin depresi. Meskipun sering dikaitkan dengan postur tubuh yang buruk atau cedera, sakit punggung juga bisa menjadi gejala tekanan psikologis. Psikolog dan psikiater telah lama percaya masalah emosional dapat menyebabkan sakit dan nyeri kronis, tetapi hal spesifiknya masih diteliti, seperti hubungan antara depresi dan respons peradangan tubuh. Studi baru menyarankan peradangan dalam tubuh mungkin ada hubungannya dengan sirkuit saraf di otak. Peradangan dapat mengganggu sinyal otak dan karena itu mungkin berperan dalam depresi dan cara menanganinya.

Sakit kepala
Hampir setiap orang mengalami sakit kepala sesekali. Sakit ini sangat umum sehingga kita sering menganggapnya tidak serius. Situasi kerja yang penuh tekanan, seperti konflik dengan rekan kerja, bahkan bisa memicu sakit kepala tersebut. Namun, sakit kepala mungkin tidak selalu dipicu oleh stres, terutama jika pernah mentolerir rekan kerja di masa lalu. Jika menyadari adanya peralihan ke sakit kepala setiap hari, itu bisa menjadi tanda depresi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tidak seperti sakit kepala migrain yang menyiksa, sakit kepala terkait depresi tidak serta merta mengganggu fungsi seseorang. Dijelaskan oleh National Headache Foundation sebagai sakit kepala tegang, jenis sakit kepala ini mungkin terasa seperti sensasi berdenyut ringan, terutama di sekitar alis. Meskipun dibantu obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas, biasanya sakit kepala ini kembali terjadi secara teratur.

Terkadang sakit kepala tegang kronis bisa menjadi gejala gangguan depresi mayor. Namun, sakit kepala bukanlah satu-satunya indikasi rasa sakit bersifat psikologis. Orang dengan depresi sering kali mengalami gejala tambahan seperti kesedihan, perasaan mudah tersinggung, dan penurunan energi.

Masalah mata atau penurunan penglihatan
Anda merasa dunia terlihat buram. Meskipun depresi dapat menyebabkan dunia terlihat kelabu dan suram, sebuah penelitian tahun 2010 di Jerman menunjukkan masalah kesehatan mental ini sebenarnya dapat mempengaruhi penglihatan. Dalam penelitian terhadap 80 orang, orang yang depresi mengalami kesulitan melihat perbedaan hitam dan putih. Dikenal oleh para peneliti sebagai persepsi kontras, ini mungkin menjelaskan mengapa depresi dapat membuat dunia terlihat kabur.

Sakit perut atau rasa tidak enak di perut
Rasa sakit di perut adalah salah satu tanda depresi yang paling bisa dikenali. Namun, ketika perut mulai kram, mudah untuk menganggapnya sebagai gas atau nyeri haid. Nyeri yang semakin parah, terutama saat stres muncul, bisa jadi merupakan tanda depresi. Faktanya, peneliti Sekolah Kedokteran Harvard menunjukkan ketidaknyamanan perut seperti kram, kembung, dan mual mungkin merupakan tanda kesehatan mental yang buruk.

Apa hubungannya? Menurut para peneliti tersebut , depresi dapat menyebabkan sistem pencernaan yang meradang dengan rasa sakit yang mudah disalahartikan seperti penyakit radang usus atau sindrom iritasi usus besar. Dokter dan ilmuwan terkadang menyebut usus sebagai otak kedua karena telah menemukan hubungan antara kesehatan usus dan kesejahteraan mental.

Perut penuh dengan bakteri baik dan jika ada ketidakseimbangan bakteri baik, gejala kecemasan dan depresi bisa muncul. Makan makanan yang seimbang dan mengonsumsi probiotik dapat meningkatkan kesehatan usus, yang juga dapat meningkatkan suasana hati. Tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan.

Masalah pencernaan atau jadwal buang air besar yang tidak teratur
Masalah pencernaan, seperti sembelit dan diare, bisa tidak nyaman, seringkali disebabkan oleh keracunan makanan atau virus gastrointestinal. Mudah untuk mengasumsikan ketidaknyamanan usus berasal dari penyakit fisik. Tetapi, emosi seperti kesedihan, kecemasan, dan kewalahan dapat mengganggu jalur pencernaan.

Jika mengalami salah satu gejala fisik ini untuk jangka waktu yang lama, pergi ke dokter. Jika mencurigai gejala fisik ini mungkin lebih dari sekedar tingkat permukaan, minta diskrining untuk depresi dan kecemasan. Dengan cara ini, penyedia layanan kesehatan dapat menghubungkan Anda dengan bantuan yang dibutuhkan.

Baca juga: 8 Manfaat Buah Pisang Untuk Kesehatan, Termasuk Mengatasi Depresi

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

15 jam lalu

Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.


Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

16 jam lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com/Priscilla du Preez
Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.


Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

1 hari lalu

Menulis jurnal setiap hari bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi gangguan kecemasan. (Pexels/Alina Vilchenko)
Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.


Inilah Manfaat Berlari di Pagi Hari

3 hari lalu

Ilustrasi laki-laki dan wanita berlari bersama. shutterstock.com
Inilah Manfaat Berlari di Pagi Hari

Salah satu manfaat yang paling signifikan dari berlari di pagi hari adalah kemampuannya untuk mengurangi gejala depresi.


12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

3 hari lalu

Ilustrasi ciri-ciri kolesterol tinggi pada wanita. Foto: Canva
12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.


Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

5 hari lalu

Ilustrasi wanita menyikat gigi. Foto: Unsplash.com/Diana Polekhina
Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?


Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

5 hari lalu

Ilustrasi mengurangi stress. Freepik.com/fabrikasimf
Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.


Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

5 hari lalu

Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.


Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

7 hari lalu

Ilustrasi demensia/Alzheimer. Wisegeek.com
Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

Meski biasanya dialami lansia atau usia 65 tahun ke atas, orang yang lebih muda juga bisa kena Alzheimer. Kenali tahapannya agar waspada gejalanya.


Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

7 hari lalu

Ilustrasi bermain media sosial. (Unsplash/Leon Seibert)
Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

Sebuah studi penelitian 2022 terhadap anak perempuan 10-19 tahun menunjukkan bahwa istirahat di media sosial selama 3 hari secara signifikan berfaedah