TEMPO.CO, Jakarta - Marah adalah kondisi emosi yang wajar tapi bisa mempengaruhi berbagai bagian tubuh secara berbeda-beda. Keadaan jiwa ini bisa berimbas negatif pada tubuh, termasuk otak. Bagian otak yang akan merespon terlebih dahulu saat marah adalah amygdala. Bagian inilah yang merespon emosi dan insting yang berkaitan dengan rasa takut, stres, dan perasaan terancam.
Saat marah, darah akan mengalir cepat ke frontal cortex dan mengurangi kemampuan berpikir secara rasional pada otak. Alhasil banyak orang yang bertindak tidak rasional saat marah dan akhirnya menyesal.
Seperti yang dilansir dari Daly Health Post, bahwa efek kemarahan akan menyebabkan kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon adrenalin dan hormon stres, yaitu cortisol. Akibatnya darah yang biasanya mengalir ke perut dan usus malah berubah arah menuju ke otot, selanjutnya secara otomatis tubuh akan melakukan hal yang di luar kemampuan fisik ketika marah.
Karena tekanan darah yang meningkat, suhu tubuh pun semakin tinggi sehingga kecepatan napas dan detak jantung pun meningkat, bahkan ukuran pupil akan melebar.
Pun saat marah tubuh akan melepaskan asam lemak, yang bisa menumpuk di pembuluh darah. Kondisi inilah yang memicu aliran darah menurun dan meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan penyakit jantung dan peredaran darah lainnya.
Begitu pula yang terjadi pada otak. Ternyata saat marah, yang terjadi di otak adalah respons flight or fight. Respons ini membuat kita berpikir apa yang sebaiknya dilakukan, apakah menyelamatkan diri atau malah melawan hal yang tidak menyenangkan itu.
RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION
Baca: Jangan Pendam Marah Sendiri Kendalikan dengan 6 Cara ini