TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan Ivermectin sebagai salah satu terapi penyembuhan Covid-19 masih menjadi pro kontra. Seperti apa Ivermectin yang lebih dikenal sebagai obat cacing ini di mata dokter paru?
Menurut pakar dari Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Budhi Antariksa, pro kontra terhadap Ivermectin di masyarakat itu wajar sebab sampai saat ini belum ada satu obat pun yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai obat Covid-19.
"Sampai saat ini WHO juga belum menetapkan obat untuk Covid-19, termasuk remdesivir dan hidroksiklorokuin. Karena ini penyakit yang baru sehingga semua negara masih terus melakukan penelitian obat Covid-19," ujarnya.
Menurut dokter dari Departemen Paru RS Persahabatan ini, Ivermectin sejatinya obat yang terbuat dari tanaman jamur dan telah dikembangkan lebih dari 30 tahun untuk obat antiparasit, termasuk untuk obat cacing pada manusia, hewan ternak atau peliharaan. Dari beberapa penelitian dan uji coba seperti di Jepang dan beberapa negara lain, Ivermectin bisa berperan dalam pengobatan virus.
"Jadi, semua itu ada bukti ilmiahnya yang dituangkan dalam jurnal kesehatan. Ivermectin bisa menghambat replikasi virus," ujarnya.
Dia menjelaskan virus itu seperti parasit yang tak bisa hidup di luar inangnya. Dengan meminum Ivermectin, replikasi bisa dihambat di dalam sel tubuh manusia.
"Karena replikasi bisa dihambat, jumlah virusnya akan berkurang dan akan habis, termasuk Covid-19," jelasnya.
Dari data dan penelitian yang dilakukan di luar negeri, efektivitas Ivermectin untuk menghambat replikasi virus atau parasit di tubuh manusia sangat besar. Jurnal kesehatan menyebutkan jika Ivermectin diberikan ke pasien yang meminum selama 1 hingga 5 hari dengan dosis terukur berdasarkan berat badan (200 mikrogram per 1 kg berat badan), dan pada hari ke-8 dan 10 dilakukan tes PCR maka minimal 80 persen pasien yang tadinya positif menjadi negatif.
"Memang, di luar negeri sudah dilakukan penelitian. Penggunaan Ivermectin untuk terapi Covid-19 di Indonesia masih baru. Kementerian Kesehatan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) terus melakukan uji coba berbagai obat untuk terapi Covid-19, termasuk Ivermectin," ungkap Budhi.
Saat ini Indonesia mengalami serangan Covid-19 varian Delta yang memiliki karakteristik duplikasi yang sangat cepat. Dokter di India menurut jurnal yang dibaca Budhi menyebutkan Ivermectin mampu menurunkan jumlah pasien positif Covid-19. Rentang keamanan Ivermectin itu sangat besar. Jika tidak aman, Ivermectin tak akan mungkin dipakai lebih dari 30 tahun. Memang ada efek samping Ivermectin namun sangat minor, seperti nyeri ulu hati.
"Dari jurnal tersebut kelompok pasien yang diberikan obat dengan tambahan Ivermectin dibandingkan dengan kelompok pasien yang diberikan obat yang sama dan plasebo, angka kesembuhan pasien yang diberikan tambahan Ivermectin jauh lebih besar," jelasnya.
Menurutnya, pasien yang mendapatkan tambahan Ivermectin, efektivitas sembuh 60-70 persen sehingga obat itu mampu menekan jumlah pasien Covid-19 di India.
"Memang ada pro dan kontranya. Dengan varian yang sama dengan India, kita harus mengambil pelajaran berharga dari India. Namun, jika manfaat Ivermectin lebih banyak daripada mudaratnya, kenapa tidak kita coba. Kondisi saat ini bukan yang normal," kata Budhi.
Dari penelitian yang sudah dilakukan oleh berbagai negara, Ivermectin juga berperan meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatur proses kelebihan sitokin. Budhi menjelaskan dalam tubuh pasien yang terpapar Covid-19 akan terjadi badai sitokin. Keluarnya sitokin dalam tubuh manusia adalah suatu yang wajar ketika ada virus yang masuk ke tubuh sebab sitokin dipergunakan untuk melawan virus atau parasit yang masuk.
"Ketika terpapar Covid-19, tubuh manusia akan mengeluarkan sitokin yang banyak untuk pertahanan. Ini seperti perang besar yang dilakukan tubuh terhadap virus atau parasit. Namun, sitokin yang berlebih juga akan membuat tubuh menjadi tidak seimbang dan bisa menyebabkan kerusakan. Ivermectin bisa mengurangi sitokin yang berlebih," ungkap Budhi.
Manfaat lain dari Ivermectin adalah mengurangi peradangan atau anti-inflamasi. Ketika virus atau parasit masuk ke tubuh akan terjadi peradangan. Peradangan yang berlebihan akan membuat daya tahan semakin buruk sehingga Ivermectin sudah terbukti selama 30 tahun sebagai anti-inflamasi.
Baca juga: Bahaya Terlalu Banyak Minum Ivermectin, Bukan Obat Covid-19