Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

TBC Bukan Keturunan, Ini yang Perlu Diperhatikan

Reporter

image-gnews
Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang menilai tuberkulosis atau TBC salah satunya karena keturunan. Tapi ternyata itu tidak benar. Koordinator Substansi Tuberkulosis Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan, dr. Tiffany Tiara Pakasi, menegaskan tuberkulosis bukan penyakit keturunan tetapi masalah kesehatan yang ditularkan dari satu orang ke orang lain.

"Ini bukan penyakit keturunan tetapi ketularan atau menular," katanya.

Penyakit dengan sifat kronis ini disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang organ pernapasan seperti paru-paru, organ vital lain, misalnya otak, tulang, kulit, kelenjar getah bening, bahkan organ-organ lain. Gejala yang muncul umumnya meliputi demam, pusing, tidak enak badan, batuk berdahak, nafsu makan berkurang, yang menyebabkan berat badan turun pada anak-anak. Menurut Tiara, saat seseorang atau anggota keluarga mengalami gejala-gejala itu lebih dari dua pekan maka saatnya curiga risiko tuberkulosis.

"Gejalanya kita harus curiga kalau ada kejadian lebih dari dua minggu, berbeda dari COVID-19 yakni demam sumeng, tidak tinggi tapi hangat, tidak enak badan, batuk umumnya berdahak, nafsu makan kurang, sampai akhirnya lama-lama berat badan bisa menurun, apalagi pada anak-anak," katanya.

Selain itu, gejala umum lain yang juga ditemukan pada pasien yakni berkeringat di malam hari padahal dia tak melakukan aktivitas fisik cukup berat. Siapa saja bisa terkena tuberkulosis mulai dari balita, anak, remaja, sampai lansia. Pada anak, TBC biasanya ditularkan dari orang dewasa di sekitar. Oleh karena itu, mengobati tuberkulosis pada orang dewasa hingga selesai menjadi penting.

"Kalau anak-anak kena tuberkulosis, pasti sumber penularan orang dewasa yang ada di sekitar sehingga memang risiko kita atau double risk-nya kalau tidak menemukan dan mengobati pasien dewasa, misalnya adalah anak-anaknya berpotensi tertular," tutur Tiara.

Pemerintah menargetkan penurunan kasus tuberkulosis pada tahun 2030 menjadi 65 per 100.000 penduduk dan penurunan angka kematian enam per 100.000 penduduk. Berdasarkan strategi penanggulangan TBC 2020-2024, ada enam hal yang dilakukan untuk mencapai ini, penguatan kepemimpinan, akses, pengendalian infeksi, pengobatan, peningkatan peran, serta komunitas dan pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis dan tatalaksana tuberkulosis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mereka yang terkena tuberkulosis perlu mendapatkan pengobatan tepat hingga selesai sesuai rekomendasi tenaga kesehatan. Pengobatan tak teratur bisa berujung masalah baru, salah satunya TBC resisten obat yang jumlahnya kini mencapai 4.590 kasus dari 7.921 kasus tuberkulosis yang terkonfirmasi, menurut data pada April 2021.

Pada kasus tuberkulosis resisten obat, bakteri sudah kebal terhadap obat antituberkulosis lini pertama akibat pasien tidak berobat teratur, bukan hanya seminggu tapi bisa berbulan-bulan. Akibatnya, obat jadi berbeda, gejala jadi berat, dan minum obat lebih lama, bisa sampai 2 tahun.

Pengobatan tuberkulosis membutuhkan waktu cukup panjang sehingga motivasi pasien harus terjaga dan ini perlu dukungan dari keluarga agar dia tak enggan meminum obat lalu berpotensi menularkan TB. Selain obat, asupan makanan bergizi juga dibutuhkan.

Tiara mengakui nafsu makan biasanya berkurang pada masa awal pasien sakit dan belum diobati. Tetapi, setelah dua pekan hingga sebulan dia dinyatakan negatif, nafsu makan perlahan membaik. Saat itulah, asupan makanan bergizi perlu didorong, juga menjalani gaya hidup sehat lain, seperti beristirahat yang cukup, melakukan aktivitas fisik rutin, dan rajin berjemur.

Dalam pengobatan, pasien juga sebaiknya tidak diberi stigma karena bisa membuatnya semakin malas meminum obat. Tuberkulosis masih mendapat stigma sebagai pasien yang kurang baik dan identik dengan kaum miskin. Belum lagi hoaks yang beredar mengaitkannya dengan COVID-19. Tiara mengingatkan pentingnya mendukung pasien tuberkulosis dalam pengobatan.

Baca juga: Jangan Cuma Covid-19, Waspadai Juga TBC yang Sama Mematikan

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

2 hari lalu

Presiden Joko Widodo memberi pengarahan dalam acara Peringatan 22 Tahun Gerakan Nasional Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) di Istana Negara, Jakarta, Rabu 17 April 2024. Indonesia telah dinyatakan secara aklamasi diterima sebagai Anggota Financial Action Task Force on Money Laundering and Terrorism Financing (full membership). Keberhasilan tersebut diperoleh dalam FATF Plenary Meeting di Paris, Perancis yang dipimpin oleh Presiden FATF, MR. T. Raja Kumar pada Rabu, 25 Oktober 2023. TEMPO/Subekti.
Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa Indonesia kehilangan devisa US$ 11,5 Miliar atau Rp 180 triliun per tahun. Apa sebabnya?


Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

3 hari lalu

Bawang merah. ANTARA/Oky Lukmansyah
Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

Bawang merah merupakan komoditi penting yang dibutuhkan masyarakat. Apa saja manfaatnya untuk kesehatan?


Waspadai Cuaca Panas Ekstrem di Musim Pancaroba, Dampaknya Bisa Sampai Ginjal

4 hari lalu

Ilustrasi anak-anak di saat cuaca panas. shutterstock.com
Waspadai Cuaca Panas Ekstrem di Musim Pancaroba, Dampaknya Bisa Sampai Ginjal

Jika orang kehilangan kontrol temperatur internal karena cuaca panas ekstrem, mereka mungkin akan mengalami berbagai masalah kesehatan.


Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

6 hari lalu

Ilustrasi cacar monyet atau monkeypox (Kemkes)
Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

Epidemiolog Dicky Budiman menyatakan, infeksi cacar monyet berpotensi menjadi penyakit endemik karena minimnya penanganan.


Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

6 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil berbaring. Freepik.com/Valuavitaly
Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

Penyakit sifilis bisa menular dari ibu yang terinfeksi ke janinnya melalui plasenta. Pemeriksaan kehamilan bantu mencegah penularan itu.


Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

12 hari lalu

Winter Aespa. Foto: Kpop Wiki
Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

Winter aespa menjalani masa pemulihan untuk penyakit pneumothorax, apa saja penyebab dan gejalanya?


Cara Mudah Redakan Radang Gusi di Rumah

14 hari lalu

Ilustrasi dokter memeriksa mulut anak. intermountainhealthcare.org
Cara Mudah Redakan Radang Gusi di Rumah

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan di rumah untuk pengobatan sementara radang gusi. Salah satunya kompres air dingin.


Ciri-ciri Batuk TBC Menurut Dokter

21 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Ciri-ciri Batuk TBC Menurut Dokter

Dokter menjelaskan batuk berkepanjangan selama dua minggu atau lebih adalah gejala utama TBC, waspadalah.


Penyebab Target Elimisasi TBC Sulit Terealisasi pada 2030

23 hari lalu

Petugas saat melihat hasil pemeriksaan Rontgen Thorax milik warga saat skrining tuberkulosis di Gelanggang Olahraga Otista, Jakarta, Kamis, 9 Februari 2023. Untuk mengurangi penularan Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru, Dinas Kesehatan DKI Jakarta melalui Puskesmas Kecamatan Jatinegara melangsungkan kegiatan skrining tuberkulosis kepada 65 orang yang meliputi Pemeriksaan Rontgen Thorax, TCM (Test Cepat Molekuler) atau Pemeriksaan Dahak, serta TST (Tuberkulin Skin Test) atau Test Mantoux. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Penyebab Target Elimisasi TBC Sulit Terealisasi pada 2030

Pasien TB mengalami siklus panjang dalam pengobatan. Sehingga target eliminasi TB pada 2030 sulit diwujudkan


Percepat Target Eliminasi TBC 2030, Kemenko PMK Luku Pedoman Mitra Penanggulangan TBCncurkan Bu

23 hari lalu

Menko PMK, Muhadjir Effendy dalam RTM pembahasan pemberian diskon tarif tol periode mudik Idul Fitri 1445 H/2024 M, melalui Zoom, Selasa, 4 April 2024. TEMPO/Intan Setiawanty
Percepat Target Eliminasi TBC 2030, Kemenko PMK Luku Pedoman Mitra Penanggulangan TBCncurkan Bu

Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia setelah India dengan estimasi 969.000 kasus.