Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kanker Tulang pada Anak, Jangan Asal Urut bila Terasa Nyeri

Reporter

image-gnews
Ilustrasi anak terluka/patah tulang. Shutterstock.com
Ilustrasi anak terluka/patah tulang. Shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Orang sering memilih pengobatan alternatif untuk masalah sendi dan tulang, termasuk pada anak bila diduga terkilir, salah urat, bahkan patah tulang. Padahal, kondisi ini tidak selalu benar karena bisa saja sebetulnya sendi dan tulang yang nyeri dan bengkak itu kanker tulang osteosarkoma yang justru akan semakin parah bila diurut.

Nyeri dan bengkak, terutama di sekitar lutut, adalah ciri-ciri awal kanker tulang osteosarkoma yang harus segera ditangani secara medis. Spesialis bedah onkologi Prof. Dr. dr. Achmad Fauzi Kamal SpOT (K), mengatakan kondisi anak bisa jadi lebih parah bila bagian yang bengkak dan nyeri itu malah diurut.

Dalam sebuah webinar Yayasan Onkologi Anak Indonesia, Sabtu, 21 Agustus 2021, Fauzi menjelaskan bila bagian yang bengkak tersebut dipijat atau diurut justru akan merangsang sel kanker tumbuh semakin cepat dan tumor cepat menyebar. Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu menjelaskan osteosarkoma adalah kanker tulang primer yang banyak ditemukan pada anak-anak dan remaja.

Osteosarkoma paling sering ditemukan di tulang sekitar lutut, baik di ujung tulang paha atau pangkal tulang kering. Bengkak dan nyeri adalah gejala awal yang harus diwaspadai, apalagi bila rasa nyeri bertambah parah walau sudah diobati dengan pereda nyeri biasa.

"Cirinya adalah nyeri progresif, setelah minum obat akan mereda, lalu kemudian sakitnya semakin parah. Selanjutnya, nyeri itu tidak merespons obat antinyeri biasa," jelas Fauzi.

Bengkak yang dialami bervariasi, bisa sangat besar hingga kulit sampai menipis. Gejala lain adalah penurunan berat badan yang drastis dan pasien tidak bisa berjalan. Kadang juga disertai patah tulang. Nyerinya juga bisa sangat mengganggu ketika malam hari sehingga anak sulit tidur.

“Jika gejala itu dialami anak di usia pertumbuhan 10-20 tahun, orang tua harus curiga dan membawa ke dokter karena hampir pasti itu keganasan pada tulang. Kenapa hampir pasti? Karena kalau tumor jinak biasanya tidak sakit," paparnya.

Dibandingkan jenis kanker lain pada anak, kejadian osteosarkoma relatif rendah. Namun, kanker ini sangat progresif dan angka kematiannya cukup tinggi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), prevalensinya sekitar 4-5 orang per 1 juta penduduk. Puncak insiden osteosarkoma adalah usia 10-20 tahun yang mencapai 70 persen.

Di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo, ada 219 kasus osteosarkoma berdasarkan data 1995-2007. Ada sekitar 16 kasus per tahun dan sejak 2014 telah ditemukan 19 kasus per tahun. Mengenali gejala sejak dini dan sigap membawa anak ke dokter akan menentukan hasil akhir dari perjalanan osteosarkoma sebab kanker ini bisa bertambah parah dalam hitungan minggu hingga beberapa bulan. Osteosarkoma bisa menyebar ke paru-paru, tulang lain, serta sumsum tulang.

"Jangan menunda-nunda. Kanker ini sangat cepat membesar sehingga orang tua harus segera membawa ke dokter begitu timbul gejala awal. Akan lebih baik jika langsung dibawa ke rumah sakit dengan fasilitas lengkap yang bisa menangani kanker tulang," imbau Fauzi.

Pada umumnya, dokter bisa menyimpulkan diagnosis osteosrakoma dari gambaran fisik pasien. Tapi, diagnosis tetap harus dikuatkan dengan pemeriksaan X-Ray dan jika perlu CT scan dan biopsi. Terkadang, dari hasil CT scan, sekitar 45 persen osteosrakoma ditemukan di tulang lain.

Terapi osteosarkoma meliputi kemoterapi, pembedahan, atau amputasi. Pengobatan utama osteosarkoma adalah kemoterapi dan pembedahan, yakni pengangkatan tumor atau amputasi. Menurut Fauzi, osteosarkoma adalah jenis kanker yang resisten dengan kemoterapi dan radiologi sehingga dosis kemoterapi umumnya lebih tinggi. Dia mengajak orang tua untuk optimistis dan berbesar hati bila anak harus menjalani kemoterapi sebab hampir semua pasien bisa melewati proses tersebut.

"Dukungan orang tua penting saat anak menjalani kemoterapi," ujar Fauzi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Spesialis anak konsultan hematologi anak dr. Bambang Sudarmanto, SpA (K) dari RSUP dr. Kariadi Semarang mengatakan kemoterapi adalah terapi wajib untuk pengobatan osteosarkoma. Kemoterapi bisa dilakukan sebelum bedah atau operasi dulu baru kemoterapi. Tetapi keduanya harus dilakukan.

Dia menjelaskan manfaat dari kemoterapi untuk pasien, yakni osteosarkoma memiliki respons yang bagus terhadap kemoterapi, ada harapan tumor mengecil sehingga pembedahan lebih mudah, juga efektif membunuh sel kanker yang kemungkinan menyebar di tempat lain. Efek samping yang bisa dirasakan pasien anak adalah mual dan ingin muntah, nafsu makan berkurang, yang secara otomatis membuat tumbuh kembang terganggu karena anak enggan makan. Efek samping lain adalah diare, sembelit, rambut rontok, serta mukositis.

Dia mengungkapkan efek samping kemoterapi terhadap anak cenderung lebih ringan dibandingkan pasien dewasa sehingga orang tua tidak perlu terlalu khawatir. Seringkali anak bahkan pulih lebih cepat dari efek samping, maka dokter dapat memberi dosis kemoterapi yang lebih tingi untuk mencoba membunuh tumor.

Namun ada juga satu dampak kemoterapi yang patut diwaspadai, yaitu depresi pada sumsum tulang yang mengakibatkan anak mudah terinfeksi akibat sel darah putih berkurang serta mudah perdarahan karena trombosit berkurang. Anak juga mudah lelah karena sel darah merah berkurang.

Dia menjelaskan tahapan pengobatan kemoterapi pada osteosarkoma. Pertama, kemoterapi neoajuvan yang dilakukan 10 pekan sebelum pembedahan. Tujuannya mengecilkan massa tumor. Selanjutnya operasi atau amputasi. Setelah operasi, pasien mendapat kemoterapi ajuvan.

Kemoterapi diberikan dalam siklus. Setiap periode pengobatan diikuti periode istirahat agar tubuh punya waktu untuk pulih. Setiap siklus biasanya berlangsung selama beberapa pekan. Orang tua pasien osteosarkoma disarankan untuk mendapatkan informasi yang benar dan tepat mengenai obat-obat yang diberikan kepada anak, termasuk efek samping.

Meski jarang terjadi, ada obat kemo yang menimbulkan reaksi hipersensitif. Gejala-gejalanya meliputi sesak napas, nyeri dada, gatal, kemerahan pada wajah, panas, tekanan darah rendah, dan gangguan kesadaran. Orang tua perlu mendiskusikan bagaimana mencegah dan mengatasi bila terjadi efek samping. Jangan lupa untuk memonitor atau pemeriksaan laboratorium sesuai waktu yang ditentukan untuk mengetahui efek samping kemoterapi.

Fauzi menambahkan tidak semua pasien osteosarkoma akan diamputasi. Amputasi dilakukan jika sel kanker sudah melibatkan pembuluh darah utama, ada patah tulang, dan infeksi seperti luka yang lebar. Jika amputasi masih bisa dihindari, prosedur pembedahan dilakukan dengan mengangkat atau memotong tulang yang terdampak tumor. Tulang ini kemudian diterapi khusus dan dibersihkan dari sel-sel kanker, biasanya dengan radiasi.

“Selama menunggu tulang disembuhkan, pasien diberikan prostesis tulang sampai tulang asli dinyatakan bersih dan bisa dipasang lagi. Sayangnya, harga prostesis ini cukup mahal dan saat ini ketersediaannya tidak banyak,” jelas Fauzi.

Pasien yang sudah sembuh dari kanker ini harus tetap kontrol secara rutin sesuai yang ditentukan sebab masih tetap ada potensi kambuh dan sel kankernya menyebar. Tidak ada cara yang diketahui untuk mencegah osteosarkoma meskipun faktor-faktor tertentu seperti terapi radiasi di masa lalu atau kondisi genetik bisa saja menjadi faktor yang meningkatkan risiko. Namun, memiliki faktor risiko tidak selalu berarti akan terkena osteosarkoma. Oleh karena itu, tanda atau gejala apapun harus diperiksa sesegera mungkin.

Baca juga: Waspadai 6 Tanda Berikut, Bisa Jadi Itu Kanker Pankreas

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

3 hari lalu

ilustrasi kanker (pixabay.com)
Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.


Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

4 hari lalu

Mengunduh Manfaat Terapi Sel Punca
Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.


Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

4 hari lalu

Ilustrasi sel darah merah. Pixabay.com/Vector8DIY
Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?


Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

6 hari lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.


Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

9 hari lalu

Ilustrasi kanker (pixabay.com)
Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.


Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

10 hari lalu

Sariawan di lidah bisa sembuh sendiri, tapi jika terlalu lama bisa jadi ada infeksi serius hingga sinyal kanker mulut. (Canva)
Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

Kanker mulut merupakan salah satu kasus keganasan dengan angka kematian yang tinggi sehingga deteksi dini adalah kunci keberhasilan mengatasinya.


OJ Simpson Meninggal, Kilas Balik Kasus Pembunuhan Mantan Istri dan Pencurian yang Melibatkannya

12 hari lalu

O.J. Simpson. Julie Jacobson-Pool/Getty Images
OJ Simpson Meninggal, Kilas Balik Kasus Pembunuhan Mantan Istri dan Pencurian yang Melibatkannya

OJ Simpson meninggal karena kanker prostat. Mantan atlet NFL ini dipenuhi kontroversi, antara lain dugaan pembunuhan dan lakukan pencurian.


Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

12 hari lalu

O.J. Simpson. wrdw.com
Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

OJ Simpson meninggal setelah melawan kanker prostat. Lantas, apa jenis kanker tersebut dan siapa yang berpotensi mengalaminya?


OJ Simpson Meninggal Setelah Lawan Kanker Prostat, Ini Kasus Kontroversialnya Diduga Menjadi Pembunuh

12 hari lalu

O.J. Simpson. wrdw.com
OJ Simpson Meninggal Setelah Lawan Kanker Prostat, Ini Kasus Kontroversialnya Diduga Menjadi Pembunuh

OJ Simpson meninggal pada usia 76 tahun. Ia sempat menjadi sorotan publik dikaitkan dengan kematian mantan istrinya, Nicole Brown Simpson.


O.J. Simpson Meninggal dalam Usia 76 Tahun Setelah Berjuang Lawan Kanker

15 hari lalu

O.J. Simpson. wrdw.com
O.J. Simpson Meninggal dalam Usia 76 Tahun Setelah Berjuang Lawan Kanker

Bintang NFL sekaligus aktor, O.J. Simpson meninggal setelah berjuang melawan kanker dalam usia 76 tahun.