TEMPO.CO, Jakarta - Prostat terletak tersembunyi di bawah kandung kencing. Pada fase awal kanker, pasien biasanya tidak mengalami keluhan apapun sehingga banyak kasus kanker yang tidak terdeteksi dini. Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM , Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU(K), mengingatkan pentingnya kesadaran untuk mendeteksi dini kanker prostat yang menempati urutan kedua kasus kanker terbanyak di dunia setelah kanker paru pada pria.
"Di Amerika Serikat angka deteksinya tinggi karena kurang dari 5 persen yang terdiagnosis dalam stadium lanjut. Di Eropa 10 persen kanker prostat baru yang terdiagnosis dalam stadium lanjut, bandingkan dengan negara-negara berkembang, Asia termasuk Indonesia angkanya 60 persen," katanya.
Deteksi dini dilakukan untuk mencegah pasien kanker baru berkonsultasi ke dokter dalam kondisi stadium lanjut yang bisa menurunkan angka harapan hidup hingga 50 persen. Padahal, sebanyak 99 persen pasien yang didiagnosis dan ditatalaksana pada stadium dini memiliki angka harapan hidup hingga 5 tahun serta kualitas hidup cukup baik.
Saat ini, deteksi dini pada kanker prostat dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu anamnesa dengan melihat riwayat medis dari pasien dan juga keluarganya, melakukan pemeriksaan fisik, misalnya Digital Rectal Exam (DRE) atau colok dubur dan pemeriksaan Prostate Spesific Antigen (PSA).
"Data di Inggris, satu dari delapan pria akan didiagnosis kanker prostat selama masa hidupnya. Angka ini semakin lama semakin bertambah, bahkan kenaikannya bisa 24 kali per tahun," tutur Irfan.
Oleh karena itu, perlu ada upaya berupa program deteksi dini, salah satunya melalui gerakan #kenaliprostatmu untuk mengimbau masyarakat agar lebih memperhatikan pentingnya deteksi dini serta langkah-langkah yang harus dilakukan untuk dapat meningkatkan harapan hidup pasien kanker prostat. Program yang dilakukan tenaga kesehatan dari FKUI-RSCM-RSUI ini juga bisa menjadi sarana mengedukasi masyarakat, terutama pria, agar semakin paham dan mau memeriksakan kesehatan prostat.
"Targetnya pasien kanker prostat, masyarakat awam, pendamping pasien, media. Rangkaian kegiatan berlangsung sebulan bentuknya webinar awam dengan topik berbeda setiap minggunya," kata Irfan.
Program ini dijadwalkan berlangsung 8-30 September 2021. Webinar tidak hanya menghadirkan narasumber dari spesialis urologi di RSCM dan RSUI, perawat dari Himpunan Perawat Urologi Indonesia (HPUI), salah satunya melalui Instagram Live RSUI.
Baca juga: Cara Mencegah Kanker Prostat, Pilih Makanan Berikut