TEMPO.CO, Jakarta - Prostat merupakan kelenjar pada pria yang terletak di bawah kandung kemih dan di sekitar saluran kencing. Kelenjar ini berfungsi untuk memproduksi cairan yang membawa air mani atau semen dan membantu mengeluarkan air mani saat ejakulasi.
Normalnya, ukuran prostat sebesar 15-25 ml atau seukuran kacang polong. Namun, seiring bertambahnya usia, prostat bisa bertambah besar akibat perubahan hormonal. Deteksi dini kanker prostat tak bisa melalui sekedar perabaan pada organ tubuh tertentu.
"Prostat letaknya di dalam, jadi tidak mungkin tiba-tiba hanya menyentuh tangan, pipi, atau organ lain, lalu mengatakan Anda kena prostat. Karena ini di dalam, di bawah kandung kencing, tidak mungkin terlihat dari luar," kata spesialis dari Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K), dalam media briefing "Kenali Prostatmu: Pentingnya deteksi dini dan penanganan kanker prostat pada orang dewasa untuk meningkatkan usia harapan hidup", Senin, 6 September 2021.
Ketua Prostate Awareness Month itu menyarankan pria melakukan pemeriksaan antigen spesifik prostat (PSA) sebagai salah satu langkah deteksi. PSA atau pemeriksaan darah tanpa mempertimbangkan waktu tertentu ini bisa dilakukan berbarengan dengan pemeriksaan kesehatan yang umumnya disarankan setahun sekali.
"Skrining kanker sebaiknya setahun sekali, tetapi akan kita evaluasi. Menurut studi, ada sebagian orang yang bisa dua tahun sekali. Untuk praktisnya sebaiknya setahun sekali bersamaan dengan medical check-up," ujar Agus.
Nilai normal PSA yakni di bawah 4 ng/ml. Kemungkinan terjadinya kanker akan meningkat seiring peningkatan PSA. Kadar PSA 3,1-4 ng/ml dikaitkan dengan risiko kanker prostat sebesar 26,9 persen. Peningkatan nilai apabila terdapat pembesaran pada prostat jinak, prostatitis, dan kondisi jinak lain.
Skrining dapat mulai dilakukan pria berusia di atas 45 tahun dengan riwayat kanker prostat pada keluarga dan berusia di atas 50 tahun yang memiliki keluhan gangguan berkemih. Selain PSA, deteksi dini kanker prostat juga bisa melalui Digital Rectal Exam (DRE) atau colok dubur untuk menilai dan melihat ukuran prostat, konsistensi, bentuk, serta ada atau tidaknya abnormalitas bentuk pada prostat dan wawancara riwayat penyakit (anamnesis).
Lebih lanjut, diagnosis terkena atau tidaknya kanker melalui biopsi yang bisa dilakukan melalui lubang dubur atau selangkangan dan pemeriksaan pencitraan seperti TRUS, CT, MRI, hingga pindai tulang.