TEMPO.CO, Jakarta - Nomofobia adalah istilah yang disematkan kepada seseorang yang mengalami kecemasan dan ketakutan jika jauh dari ponsel. Kecemasan dan ketakutan ini akan dialami setiap waktu dan orang tersebut akan merasa nyaman jika smartphone sudah ada di genggamannya kembali.
Tidak hanya orang dewasa, anak-anak dan remaja pun bisa terkena nomofobia.
Orang yang mengalami nomofobia biasanya suka mengecek ponsel setiap saat, merasa cemas dan takut jika kehabisan baterai atau tidak ada sinyal, dan panik saat smartphone hilang atau tidak ada di dekatnya.
Selain itu, penderita nomofobia akan merasa tidak nyaman saat berjauhan dengan ponsel dan bolak-balik mengecek telepon genggamnya meskipun tidak ada notifikasi.
Untuk mengatasi nomofobia, khusunya pada anak-anak, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain:
- Exposure therapy
Exposure therapy bisa membantu anak-anak untuk lepas dari ketakutannya jauh dari ponsel. Terapi ini memiliki tujuan supaya anak-anak dapat mengatasi kecemasan dan kepanikan saat tidak bisa mengakses ponsel pintarnya. Selain itu, terapi ini akan membuat anak-anak jauh lebih sehat, baik secara fisik maupun mental.
- Cognitive behavioral therapy
Cognitive behavioral therapy bisa membantu untuk mengelola pikiran dan suatu perasaan negatif akibat tidak bisa mengakses ponsel. Terapi ini akan membiasakan anak-anak untuk ketergantunga pada ponselnya.
Selain dengan terapi ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah nomofobia pada anak, yaitu:
- Mendorong anak-anak untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain.
- Mengajak anak-anak untuk beraktivitas di alam.
- Melakukan pembatasan penggunaan ponsel.
EIBEN HEIZIER
Baca juga:
Begini Isi Survei Ini Beri Bukti Banyak Orang Telah Kecanduan Ponsel