TEMPO.CO, Jakarta - Mengagumi sosok selebritas boleh dibilang hal biasa. Tapi, ketika kekaguman itu menjadi berlebihan, maka ada sesuatu yang perlu diperhatikan supaya tidak berbalik menjadi masalah terhadap perilaku pengagum. Obsesi yang berkembang semacam candu itu merupakan sindrom penyembahan selebriti (celebrity worship syndrome), sebagaimana dikutip dari platform kesehatan mental Newport Academy. Kondisi kekaguman seperti itu semacam candu obsesi.
Perlilaku mengagumi idola pun terbagi dalam beberapa tingkatan. Adapun entertaiment-social merupakan kekaguman yang wajar, itu masih biasa karena belum ada obsesi yang melampaui ketika mengidolakan selebritas.
Bentuk kekaguman lainnya, yaitu intense-personal. Kekaguman ini termasuk tingkat menengah dari celebrity worship syndrome, ketika dalam diri seseorang muncul perasan meyakini adanya hubungan khusus dengan idolanya.
Adapun tingkat tertinggi dari sindrom itu disebut borderline-pathological. Ciri keadaan itu adanya fantasi ekstrem ketika seorang pengagum menganggap dirinya sama dengan idolanya alias meniru persis sosok pesohor. Keadaan seperti itu kalau dibiarkan bisa menjadi mula gangguan kesehatan mental, antara lain kecemasan, depresi, kesusahan suasana hati.
Efek buruk celebrity worship syndrome bisa dicegah. Hal itu misalnya, mengarahkan kekaguman untuk motivasi seorang pengagum berbuat hal produktif yang bisa mengembangkan keterampilan.
VIOLA NADA HAFILDA
Baca juga: 5 Selebritas Indonesia yang Peduli Isu Perlindungan Hewan