TEMPO.CO, Jakarta - Ketika seseorang menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan suatu hal itu menandakan kondisi overthinking. Walaupun begitu, bukan berarti overthinking pasti buruk, seperti dikatakan ahli psikoterapis Jessica Foley seperti dikutip dari GoodRx.
Foley menjelaskan, overthinking bisa menjadi buruk jika mengganggu kesehatan dan kenyamanan hidup. “Orang dengan overthinking akan menghabiskan berjam-jam merenungkan keputusan, sehingga melewatkan tenggat waktu,” katanya. Keadaan itu seperti sulit tidur, sehingga menyebabkan seseorang menjadi tidak produktif.
Ketika seseorang berpikir, otak dalam kondisi bekerja untuk memecahkan masalah. Tapi, kondisi overthinking yang buruk menyebabkan seseorang menjadi cemas. Kondisi cemas yang terlalu itu akan makin memburuk jika mempengaruhi seseorang untuk bertindak, karena pikiran terus mendominasi.
Ahli neuropsikologi Sanam Hafeez menjelaskan, overthinking bisa dialami segala usia dan berbagai tipe kepribadian orang. Terkadang overthinking juga rentan dialami oleh seseorang yang besar keinginannya terkait segala sesuatu ingin selalu sempurna.
“Perfeksionis dan orang yang terlalu berprestasi memiliki kecenderungan untuk berpikir berlebihan karena takut kegagalan,” kata Hafeez. Ia menambahkan, seseorang dengan kecenderungan seperti itu ingin terus menghindari berbagai kesalahan untuk tetap sempurna.
Mengutip situs web ahli psikologi klinis Nick Wignall, beberapa penyebab overthinking bisa muncul berulang. Kondisi itu itu antara lain terlalu memaksa diri banyak berpikir muncul sebagai satu-satunya cara menghadapi pengalaman yang menakutkan dan sulit. Kondisi lainnya juga kemampuan yang terbatas tidak bisa membantu orang-orang terdekat.
BALQIS PRIMASARI
Baca: Overthinking Bikin Stres dan Sulit Tidur, Hindari dengan 4 Tips