TEMPO.CO, Jakarta - Awas, gangguan pendengaran dan epilepsi telah diidentifikasi sebagai dua tanda awal baru penyakit Parkinson. Begitu menurut penelitian yang diterbitkan di JAMA Neurology.
"Hasil kami mengungkap faktor risiko baru dan gejala awal, epilepsi dan gangguan pendengaran," kata penulis utama studi Cristina Simonet,
Dia menegaskan penting bagi praktisi perawatan primer untuk mengetahui hubungan ini dan memahami seberapa awal gejala Parkinson dapat muncul sehingga pasien bisa mendapatkan diagnosis tepat waktu. Studi ini yang pertama dari Inggris, yang melihat gangguan neurodegeneratif pada populasi yang sangat beragam.
Meskipun para peneliti menemukan baik etnis maupun status sosial ekonomi tidak terkait dengan risiko pengembangan penyakit Parkinson, penelitian ini masih memberikan pandangan yang lebih mendalam tentang bagaimana penyakit tersebut mempengaruhi semua orang, bahkan pada tahun-tahun menjelang diagnosis.
Tujuan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Queen Mary London adalah untuk menyelidiki faktor risiko dan gejala pradiagnostik pada populasi yang beragam secara etnis karena sebagian besar penelitian Parkinson dilakukan pada populasi yang didominasi kulit putih dan makmur. Untuk melakukan ini, para ilmuwan menganalisis catatan medis lebih dari 1 juta orang yang tinggal di London Timur antara 1990-2018.
Di London Timur, sekitar 45 persen penduduknya orang kulit hitam, Asia Selatan, campuran, atau kelompok etnis lain. Salah satu temuan paling penting menurut para peneliti adalah menderita epilepsi dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena Parkinson. Meskipun para peneliti mengatakan Parkinson yang diinduksi obat tidak dapat dikesampingkan dalam kasus ini, bukan pertama kalinya epilepsi dikaitkan dengan Parkinson.
Laporan kasus 2016 menemukan Parkinson dan epilepsi dapat hidup berdampingan, baik dengan mendahului diagnosis Parkinson atau berkembang setelah itu. Gangguan pendengaran adalah temuan baru lain dari studi baru-baru ini, yang terjadi hingga lima tahun sebelum diagnosis Parkinson.
"Ini pengamatan yang menarik karena pertama kalinya terlihat pada Parkinson," kata Aaron L. Ellenbogen, ahli saraf di Institut Masalah Saraf Michigan, kepada Health.com.
Selain tanda-tanda potensial dan faktor risiko baru, para peneliti memperhatikan tren baru dalam gejala-gejala yang terkenal. Tremor, kontraksi otot yang tidak disengaja, ditemukan muncul 10 tahun sebelum diagnosis Parkinson dan menjadi lebih sering dalam 1-2 tahun menjelang. Masalah memori, yang merupakan gejala nonmotorik yang paling sering dilaporkan terkait Parkinson, dapat muncul hingga lima tahun sebelum diagnosis.
Penyakit ini juga berhubungan positif dengan penyakit penyerta lain macam tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah, diabetes tipe 2, serta tanda dan gejala pradiagnostik lain, yakni sembelit, depresi, disfungsi ereksi.
Gejala lain penyakit parkinson
-Tremor di tangan, lengan, kaki, rahang, atau kepala.
-Kekakuan anggota badan atau tubuh.
-Gontai
-Gangguan keseimbangan atau koordinasi
Beberapa gejala nonmotorik Parkinson termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
-Rasa sakit
-Gangguan tidur
-Keringat berlebihan
-Gangguan suasana hati
-Masalah seksual
-Kelelahan