TEMPO.CO, Jakarta - Bermalas-malasan di tempat tidur atau rebahan memang mengasyikkan. Tetapi, hal itu ternyata membawa dampak buruk bagi kesehatan.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut dampak buruk rebahan bagi kesehatan:
1. Membuat wajah terlihat bengkak
Dikutip dari laman Science ABC, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pernah mengadakan penelitian untuk mempelajari efek rebahan selama berhari-hari. Studi ini dilakukan NASA dan 55 relawan pada 2014.
Para relawan diharuskan rebahan di tempat tidur selama 70 hari berturut-turut tanpa bangun untuk tujuan apa pun, dengan posisi kepala miring ke bawah dan kaki terangkat ke atas. Tapi, mereka diperbolehkan bangun 30 menit untuk makan.
Penelitian itu menemukan, orang yang berbaring dengan kaki terangkat miring memiliki lebih banyak darah mengalir ke kepala mereka sehingga wajah mereka terlihat bengkak. Kondisi ini mirip dengan pengalaman perjalanan ruang angkasa.
2. Menyebabkan luka baring
Sementara posisi berbaring apa pun bisa berbahaya bagi seseorang secara keseluruhan. Ketika seseorang rebahan dan tidak bergerak sama sekali, ia bisa mengalami luka tekan atau yang disebut luka baring.
Luka baring disebabkan karena kurangnya gerakan sehingga darah di seluruh kulit terganggu dan menyebabkab beberapa bagian kulit mati. Ada beberapa tahapan luka baring, tapi jika sudah mencapai tahap 4 bisa berdampak buruk bagi tulang.
Dalam kasus ekstrim, luka baring bahkan bisa membunuh orang. Inilah mengapa perawat terus-menerus mengubah posisi pasien lumpuh.
3. Meningkatkan risiko depresi atau kecemasan
Dilansir dari Business Insider, sebuah studi dilakukan pada wanita hamil yang istirahatnya terbatas di tempat tidur. Hasilnya, mereka lebih rentan terhadap kecemasan, depresi, isolasi, dan perasaan di luar kendali.
Sementara sebuah studi pada 2019 yang terbit di Osong Public Health and Research Perspectives menemukan, rebahan dalam waktu lama sangat berbahaya bagi mereka yang mengalami depresi. Keadaan yang bisa menyebabkan terbaring di tempat tidur juga harus dihindari untuk melindungi kualitas hidup.
4. Memperburuk sakit punggung
Health Day menemukan, lebih dari seperempat tenaga kerja AS mengalami sakit punggung. Mereka yang memiliki nyeri punggung bawah lantas berpikir istirahat dan pemulihan akan menjadi obat terbaik. Padahal, sakit punggung lebih baik diobati dengan gerakan daripada tidak aktif bergerak.
Studi Harvard Health Publishing menegaskan, terlalu banyak istirahat bisa memberi tekanan ekstra pada cakram, ligamen, dan otot. Sementara dampak negatif tambahan, seperti melemahnya otot, sembelit, dan pembekuan darah, juga ditemukan.
5. Meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes
Data American College of Cardiology menunjukkan, orang-orang yang tidur lebih dari delapan jam per malam memiliki risiko lebih besar terkena nyeri dada (angina) dan penyakit arteri koroner, yaitu suatu kondisi di mana jantung tidak mendapatkan cukup darah dan oksigen karena penyempitan pembuluh darah.
Sementara sebuah studi pada 2020 yang terbit di BMJ Open menunjukkan, ada peningkatan risiko diabetes ketika seseorang berbaring untuk jangka waktu yang lebih lama.
Dalam studi ini, para peneliti mengumpulkan data dari lebih dari 17 ribu orang dewasa paruh baya di Norwegia. Mereka menemukan, 362 peserta yang menghabiskan sembilan jam atau lebih dalam sehari untuk rebahan telah mengembangkan diabetes.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), kondisi jantung dan diabetes berhubungan. Orang dengan diabetes memiliki risiko terkena penyakit kardiovaskular. Rebahan di tempat tidur untuk jangka waktu yang lama selama beberapa tahun, bisa meningkatkan peluang untuk mengembangkan kedua kondisi itu.
AMELIA RAHIMA SARI
Baca juga: Bahaya Gaya Hidup Rebahan dan Perlunya Banyak Bergerak