Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jangan Malas, Begini 5 Dampak Buruk Rebahan bagi Kesehatan

Reporter

Editor

Nurhadi

Ilustrasi wanita santai di tempat tidur. Freepik.com/Wayhomestudio
Ilustrasi wanita santai di tempat tidur. Freepik.com/Wayhomestudio
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bermalas-malasan di tempat tidur atau rebahan memang mengasyikkan. Tetapi, hal itu ternyata membawa dampak buruk bagi kesehatan.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut dampak buruk rebahan bagi kesehatan:

1. Membuat wajah terlihat bengkak

Dikutip dari laman Science ABC, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pernah mengadakan penelitian untuk mempelajari efek rebahan selama berhari-hari. Studi ini dilakukan NASA dan 55 relawan pada 2014.

Para relawan diharuskan rebahan di tempat tidur selama 70 hari berturut-turut tanpa bangun untuk tujuan apa pun, dengan posisi kepala miring ke bawah dan kaki terangkat ke atas. Tapi, mereka diperbolehkan bangun 30 menit untuk makan.

Penelitian itu menemukan, orang yang berbaring dengan kaki terangkat miring memiliki lebih banyak darah mengalir ke kepala mereka sehingga wajah mereka terlihat bengkak. Kondisi ini mirip dengan pengalaman perjalanan ruang angkasa.

2. Menyebabkan luka baring

Sementara posisi berbaring apa pun bisa berbahaya bagi seseorang secara keseluruhan. Ketika seseorang rebahan dan tidak bergerak sama sekali, ia bisa mengalami luka tekan atau yang disebut luka baring.

Luka baring disebabkan karena kurangnya gerakan sehingga darah di seluruh kulit terganggu dan menyebabkab beberapa bagian kulit mati. Ada beberapa tahapan luka baring, tapi jika sudah mencapai tahap 4 bisa berdampak buruk bagi tulang.

Dalam kasus ekstrim, luka baring bahkan bisa membunuh orang. Inilah mengapa perawat terus-menerus mengubah posisi pasien lumpuh.

3. Meningkatkan risiko depresi atau kecemasan

Dilansir dari Business Insider, sebuah studi dilakukan pada wanita hamil yang istirahatnya terbatas di tempat tidur. Hasilnya, mereka lebih rentan terhadap kecemasan, depresi, isolasi, dan perasaan di luar kendali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara sebuah studi pada 2019 yang terbit di Osong Public Health and Research Perspectives menemukan, rebahan dalam waktu lama sangat berbahaya bagi mereka yang mengalami depresi. Keadaan yang bisa menyebabkan terbaring di tempat tidur juga harus dihindari untuk melindungi kualitas hidup.

4. Memperburuk sakit punggung

Health Day menemukan, lebih dari seperempat tenaga kerja AS mengalami sakit punggung. Mereka yang memiliki nyeri punggung bawah lantas berpikir istirahat dan pemulihan akan menjadi obat terbaik. Padahal, sakit punggung lebih baik diobati dengan gerakan daripada tidak aktif bergerak.

Studi Harvard Health Publishing menegaskan, terlalu banyak istirahat bisa memberi tekanan ekstra pada cakram, ligamen, dan otot. Sementara dampak negatif tambahan, seperti melemahnya otot, sembelit, dan pembekuan darah, juga ditemukan.

5. Meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes

Data American College of Cardiology menunjukkan, orang-orang yang tidur lebih dari delapan jam per malam memiliki risiko lebih besar terkena nyeri dada (angina) dan penyakit arteri koroner, yaitu suatu kondisi di mana jantung tidak mendapatkan cukup darah dan oksigen karena penyempitan pembuluh darah.

Sementara sebuah studi pada 2020 yang terbit di BMJ Open menunjukkan, ada peningkatan risiko diabetes ketika seseorang berbaring untuk jangka waktu yang lebih lama.

Dalam studi ini, para peneliti mengumpulkan data dari lebih dari 17 ribu orang dewasa paruh baya di Norwegia. Mereka menemukan, 362 peserta yang menghabiskan sembilan jam atau lebih dalam sehari untuk rebahan telah mengembangkan diabetes.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), kondisi jantung dan diabetes berhubungan. Orang dengan diabetes memiliki risiko terkena penyakit kardiovaskular. Rebahan di tempat tidur untuk jangka waktu yang lama selama beberapa tahun, bisa meningkatkan peluang untuk mengembangkan kedua kondisi itu.

AMELIA RAHIMA SARI

Baca juga: Bahaya Gaya Hidup Rebahan dan Perlunya Banyak Bergerak

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Fobia Sendirian atau Autofobia, Apa Gejala dan Penyebabnya?

1 jam lalu

Ilustrasi fobia. Shutterstock
Fobia Sendirian atau Autofobia, Apa Gejala dan Penyebabnya?

Autofobia kondisi fobia ketika seseorang ketakutan terhadap kesendirian


Psikiater Sebut Kaitan Post Power Syndrome dan Depresi Terselubung pada Lansia

19 jam lalu

ilustrasi lansia (pixabay.com)
Psikiater Sebut Kaitan Post Power Syndrome dan Depresi Terselubung pada Lansia

Psikiater menyebutkan post power syndrome dapat menyebabkan depresi terselubung pada lansia. Ini yang perlu dilakukan.


Inilah 6 Penyebab Mengapa Manusia Bisa Lupa

20 jam lalu

Ilustrasi orang lupa
Inilah 6 Penyebab Mengapa Manusia Bisa Lupa

Lupa bisa terjadi pada siapa pun. Berikut beberapa penyebab lupa yang perlu Anda ketahui.


Hari Lanjut Usia Nasional, Kenali Gejala Depresi Terselubung pada Orang Tua

21 jam lalu

Ilustrasi wanita tersenyum pada orang tua atau lansia di panti jompo. shutterstock.com
Hari Lanjut Usia Nasional, Kenali Gejala Depresi Terselubung pada Orang Tua

Hari Lanjut Usia Nasional, masyarakat diimbau mengenali gejala depresi terselubung pada lansia karena dapat mengurangi penurunan kualitas hidup.


84 Persen Masyarakat di Asia Pasifik Akui Pentingnya Komunitas Dalam Jaga Kesehatan

1 hari lalu

Ilustrasi lari/herbalife
84 Persen Masyarakat di Asia Pasifik Akui Pentingnya Komunitas Dalam Jaga Kesehatan

Ada banyak tantangan yang harus dihadapi orang ketika ingin hidup sehat. 84 persen mengakui peran komunitas bisa bantu jaga kesehatan.


77 Persen Masyarakat di Asia Pasifik Lebih Sadar Jaga Kesehatan Setelah Pandemi

1 hari lalu

Ilustrasi cek kesehatan (Pixabay,com)
77 Persen Masyarakat di Asia Pasifik Lebih Sadar Jaga Kesehatan Setelah Pandemi

Herbalife merilis Survei Asia Pacific Health Priority 2023. Dalam survei itu terlihat bahwa 77 persen masyarakat kini lebih sadar untuk jaga kesehatan


Faktor Risiko Diabetes Melitus yang Perlu Diwaspadai

1 hari lalu

Ilustrasi diabetes. Freepik.com
Faktor Risiko Diabetes Melitus yang Perlu Diwaspadai

Banyak faktor yang berkontribusi pada terjadinya diabetes melitus obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik. Cegah sebelum terjadi.


Rekomendasi 5 Jenis Olahraga untuk Pengidap Diabetes

1 hari lalu

Ilustrasi dua orang sedang berolahraga di stadion (Sumber: shutterstock.com)
Rekomendasi 5 Jenis Olahraga untuk Pengidap Diabetes

Terlepas dari pola makan yang baik dan gaya hidup sehat, penderita diabetes harus memasukkan olahraga ke dalam rutinitas harian mereka.


Guru Besar UGM: Ancaman Diabetes Semakin Menyerang Usia Muda

2 hari lalu

Ilustrasi diabetes. Freepik.com
Guru Besar UGM: Ancaman Diabetes Semakin Menyerang Usia Muda

Data Health and Demographic Surveillance System Yogyakarta menyatakan penderita diabetes merupakan yang tertinggi dan telah merambah ke usia muda.


5 Tips Praktis Mencegah Rasa Kesepian

5 hari lalu

Ilustrasi wanita kesepian. shutterstock.com
5 Tips Praktis Mencegah Rasa Kesepian

Untuk mengatasi kesepian, hidup dengan lebih optimis termasuk bertemu dan bercerita dengan orang lain.