Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

2 Pencegahan Kanker Serviks yang Harus Sejalan

Reporter

Ilustrasi pap smear. Shutterstock
Ilustrasi pap smear. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ada dua pencegahan kanker serviks yang idealnya tak terpisahkan. Spesialis dan konsultan kebidanan dan kandungan dari RSCM Junita Indari, mengingatkan pencegahan primer berupa vaksinasi dan sekunder berupa skrining pada kanker serviks harus dilakukan secara paralel.

“Pencegahan primernya dengan vaksinasi, pencegahan sekundernya itu dengan skrining deteksi dini. Deteksi dini bisa dengan pap smear atau bisa juga dengan pemeriksaan IVA,” kata Junita.

Dia mengatakan orang yang sudah melakukan vaksinasi HPV bukan berarti tidak memerlukan skrining berupa pap smear, inspeksi visual asetat (IVA), maupun DNA HPV. Skrining tetap dibutuhkan, bahkan pada perempuan yang sudah vaksinasi untuk memastikan tidak terinfeksi virus HPV jenis lain yang belum tersedia dalam vaksin.

Junita menjelaskan vaksin HPV yang ada saat ini yaitu vaksin HPV bivalen yang bisa mencegah infeksi virus HPV tipe 16 dan 18 serta vaksin HPV kuadrivalen untuk mencegah infeksi HPV tipe 6, 11, 16, dan 18. Dia mengatakan virus HPV yang agresif memang berupa tipe 16 dan 18. Meski begitu, bukan berarti tipe lain tidak berisiko.

“Ada 16 sisanya yang high risk yang tidak ada di dalam vaksin itu. Jadi untuk 16 dan 18 saja dia bisa melindungi, ada cross protection dari yang tipe 31 dan 45, itu sampai 85 persen terlindungi. Ada 15 persennya dari 14 tipe lain yang belum ada di vaksin. Jadi mungkin terpapar 15 persen kalau misalnya nanti tidak pap smear. Itu kan bisa jadi kanker serviks,” paparnya.

Dia menjelaskan vaksinasi HPV dapat dilakukan mulai usia 9 tahun. Anak berusia 9-13 tahun hanya memerlukan dua kali suntikan dengan jarak sekitar 6-12 bulan. Sementara perempuan di atas 14 tahun memerlukan tiga kali vaksinasi dengan jarak antarsuntikan bergantung pada jenis vaksin yang digunakan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Siapa yang dianjurkan vaksinasi?
Anak-anak dan perempuan yang belum kontak seksual dianjurkan untuk vaksinasi terlebih dulu dan tidak perlu melakukan tes skrining. Namun bagi perempuan yang belum vaksinasi dan sudah melakukan kontak seksual, disarankan untuk dilakukan skrining terlebih dulu saat tiga tahun setelah kontak seksual.

“Untuk yang belum menikah atau belum kontak seksual, tidak perlu dipap smear, vaksin langsung, apalagi anak-anak. Tapi kalau yang sudah menikah, tujuannya apa kalau dipap smear dulu? Tujuannya untuk tahu saat itu kondisi serviksnya bagaimana,” jelas Junita.

Dia juga mengingatkan pemeriksaan IVA maupun pap smear seharusnya dilakukan secara berulang selang tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun dan tidak berhenti pada usia menopause. Namun apabila pernah ditemukan hasil yang tidak normal pada pemeriksaan IVA atau pap smear dalam tiga tahun terakhir sebelum usia 65 tahun, maka pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan sampai 70 tahun.

“Jadi jangan berhenti di usia menopause. Kebanyakan wanita tidak mengerti. Padahal justru di usia-usia itu, di umur-umur 50-an atau 45-55 tahun itu puncak dari kanker serviks. Jadi di situ lebih dilihat, harus tetap dilakukan sampai umur 65 tahun,” tegasnya.

Baca juga: Tidak Disunat Bisa Tingkatkan Risiko Infeksi HPV pada Laki-Laki

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Inilah Risiko Kesehatan yang Mengintai jika Terlalu Sering Makan Pizza

1 hari lalu

Ilustrasi pizza. Sumber: Unsplash/asiaone.com
Inilah Risiko Kesehatan yang Mengintai jika Terlalu Sering Makan Pizza

Pizza sebagai junk food memiliki beberapa risiko kesehatan. Apa saja risiko kesehatan tersebut?


Kenali Cara Penanganan Displasia Serviks

2 hari lalu

Ilustrasi kanker serviks. shutterstock.com
Kenali Cara Penanganan Displasia Serviks

Penanganan displasia serviks tergantung pada berbagai faktor, termasuk tingkat keparahan, usia, kesehatan, dan preferensi perawatan.


Kenali Gejala dan Penyebab Displasia Serviks

3 hari lalu

Ilustrasi kanker serviks. shutterstock.com
Kenali Gejala dan Penyebab Displasia Serviks

Displasia serviks adalah kondisi prakanker yang terjadi ketika sel-sel abnormal tumbuh di permukaan serviks.


Faktor Risiko Kanker Payudara yang Bisa Diubah dan Tidak Bisa Diubah

3 hari lalu

Ilustrasi kanker payudara (pixabay.com)
Faktor Risiko Kanker Payudara yang Bisa Diubah dan Tidak Bisa Diubah

Ada dua jenis faktor risiko kanker payudara, yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Berikut penjelasannya.


Sosialisasi Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara, Cegah Pasien Datang dengan Stadium Lanjut

3 hari lalu

Kegiatan YKPI di SMA Taruna Nusantara Magelang
Sosialisasi Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara, Cegah Pasien Datang dengan Stadium Lanjut

Data GLOBOCAN 2020 menunjukkan di Indonesia kasus baru kanker payudara mendekati 66 ribu. Berikut cara yang diharapkan bisa menekan angka kasus baru.


Inilah Gejala Umum Kanker Payudara yang Perlu Diketahui

4 hari lalu

Ilustrasi kanker payudara. Shutterstock.com
Inilah Gejala Umum Kanker Payudara yang Perlu Diketahui

Kanker payudara adalah jenis kanker yang terjadi ketika sel-sel di dalam payudara mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali.


Kemenkes Ungkap Capaian Imunisasi 2023 Masih di Bawah Target

4 hari lalu

Tenaga kesehatan memberikan pelayanan imunisasi dasar kepada bayi di Puskesmas 3 Denpasar Utara, Bali, Kamis 12 Januari 2023. Pemerintah Provinsi Bali menargetkan penurunan angka stunting hingga 7,71 persen pada tahun 2023 sehingga Bali tetap menjadi provinsi dengan angka kasus stunting terendah di Indonesia. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Kemenkes Ungkap Capaian Imunisasi 2023 Masih di Bawah Target

Kemenkes mengungkapkan capaian imunisasi pada 2023 masih di bawah target sehingga herd immunity masih sulit tercapai.


IAEA Akan Bantu Perluasan Layanan Kedokteran Nuklir untuk Pasien Kanker di Indonesia

7 hari lalu

Kedokteran nuklir menggabungkan diagnostik dan terapi (teranostik) untuk penyembuhan aneka penyakit kanker. (Foto Dok.Humas RSHS)
IAEA Akan Bantu Perluasan Layanan Kedokteran Nuklir untuk Pasien Kanker di Indonesia

Saat ini layanan radioterapi baru tersedia di 17 provinsi, sedangkan pelayanan kedokteran nuklir hanya ada di 10 provinsi di Indonesia.


Kebiasaan yang Bisa Memicu Kanker Mulut

10 hari lalu

Sariawan di lidah bisa sembuh sendiri, tapi jika terlalu lama bisa jadi ada infeksi serius hingga sinyal kanker mulut. (Canva)
Kebiasaan yang Bisa Memicu Kanker Mulut

Skrining kanker mulut membantu mendeteksi penyakit pada tahap awal Berikut yang berisiko terkena kanker mulut.


Kenali Masalah Buang Air Kecil yang Bisa Jadi Gejala Kanker Prostat

12 hari lalu

Ilustrasi kanker prostat. Parentsafrica.com
Kenali Masalah Buang Air Kecil yang Bisa Jadi Gejala Kanker Prostat

Gejala awal kanker prostat bisa dilihat pula dari pola buang air kecil. Bagaimana mendeteksinya?