Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ketahui Soal Alopecia, Gangguan Rambut Rontok yang Tak Biasa

image-gnews
Ilustrasi wanita dengan rambut rontok dan kusut. Freepik.com
Ilustrasi wanita dengan rambut rontok dan kusut. Freepik.com
Iklan

TEMPO.CO, JakartaAlopecia adalah gangguan autoimun yang menyebabkan rambut seseorang rontok. Acapkali, kerontokan tersebut berbentuk gumpalan dan ukurannya satu per empat saja. Memang jumlah rambut rontok berbeda pada setiap orang, tetapi bagi beberapa orang hanya kehilangan rambut di beberapa titik dan orang lainnya mengalami kerontokan lebih banyak.

Kadang, rambut rontok tersebut bisa tumbuh kembali, tetapi rambut tersebut akan tumbuh lagi di tempat lain dan nantinya akan rontok lagi.

Melansir WebMd, ada berbagai jenis kondisi alopecia, yaitu: 

1. Alopecia areata totalis berarti seseorang kehilangan semua rambut di kepalanya.

2. Alopecia areata universalis adalah kerontokan rambut di seluruh tubuh seseorang.

3. Diffuse alopecia areata adalah penipisan rambut seseorang secara sangat tiba-tiba daripada suatu bercak yang hilang tiba-tiba.

4. Ophiasis alopecia areata menyebabkan rambut rontok dalam bentuk pita di sekitar sisi dan belakang kepala seseorang.

Baca: Mengenali Gejala Kerontokan Rambut Alopecia dan Berbagai Penyebabnya

Gejala Alopecia

Gejala utama dan paling sering terjadi dari seseorang yang mengalami alopecia adalah kerontokan rambut. Namun, terdapat gejala lain yang dapat muncul ketika seseorang mengalami alopecia, yaitu:

1. Bercak botak kecil di kulit kepala atau bagian lain dari tubuh,

2. Terdapat tambalan yang bisa menjadi lebih besar dan tumbuh bersama menjadi titik botak,

3. Rambut tumbuh kembali di satu tempat dan rontok di tempat lain,

4. Kehilangan banyak rambut dalam waktu singkat,

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

5. Lebih banyak rambut rontok dalam cuaca dingin, 

6. Kuku jari tangan dan kaki menjadi merah, rapuh, dan berlubang, dan 

7. Kesemutan, gatal, atau sensasi terbakar di kulit sebelum rambut rontok.

Sebab dan Faktor Risiko

Mengutip medicalnewstoday, alopecia terjadi ketika sel darah putih menyerang sel-sel di folikel rambut. Akibatnya, rambut akan mengalami penyusutan dan secara perlahan produksi rambut melambat. Selain itu, ketika seseorang memiliki penyakit autoimun, sistem kekebalan juga akan menyerang tubuh.

Melalui alopecia, folikel rambut seorang autoimun juga akan diserang. Meskipun tidak tahu mengapa itu terjadi, tetapi dokter akan menyatakan bahwa seseorang lebih besar kemungkinannya mengalami alopecia ketika memiliki riwayat keturunan dari keluarga. Satu dari lima orang dengan gangguan ini memiliki anggota keluarga yang juga menderita alopecia.

Selain dari gen, penelitian lain juga menemukan beberapa faktor risiko seseorang lebih memungkinkan mengalami gangguan ini, yaitu asma, down syndrome, anemia pernisiosa, alergi musiman, tiroid, dan vitiligo. Terlepas dari pendapat banyak orang, ilmuwan, ataupun dokter, sangat sedikit bukti ilmiah yang mendukung pandangan bahwa alopecia areata disebabkan oleh stres. Kondisi stres yang ekstrem berpotensi memicu kondisi tersebut, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa alopecia terjadi karena faktor genetik.

Diagnosis Alopecia

Jika seseorang mengira sedang menderita alopecia, seseorang mungkin akan menemui spesialis kulit atau dokter kulit. Saat sudah bertemu dengan dokter kulit, seseorang akan membicarakan tentang gejala gangguan, menunjukkan kerontokan rambut dengan benar, menarik perlahan rambut di tepi bagian yang botak untuk melihat apakah mudah lepas atau tidak, memeriksa setiap rambut dan folikel untuk melihat apakah bentuknya tidak normal, dan memeriksa kuku.

Banyak kondisi yang dapat menyebabkan alopecia, kerap rambut rontok. Jadi, dokter mungkin akan menguji kulit atau melakukan tes darah untuk mengetahui apakah infeksi jamur, masalah tiroid, hormon, atau sistem kekebalan tubuh.

RACHEL FARAHDIBA R

Baca juga: Cerita Ashley Tisdale Mengalami Alopecia Saat Stres Tingkat Tinggi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Masih Jalani Arus Balik Lebaran? Lakukan Power Nap untuk Bantu Kembalikan Fokus Menyetir

6 hari lalu

Seorang pengemudi tidur setelah menghadapi kemacetan di Jalur Indramayu, Jawa Barat, Senin (5/9). Pada Puncak Arus Balik lebaran tahun ini terjadi kemacetan hampir di semua kota sehingga waktu tempuh menuju Jakarta hampir 2 kali lipat dibanding waktu normal. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Masih Jalani Arus Balik Lebaran? Lakukan Power Nap untuk Bantu Kembalikan Fokus Menyetir

Power nap dapat membantu kembalikan fokus selama perjalanan panjang arus balik lebaran. Bagaimana caranya?


Anak Obesitas dan Kurang Gizi Berisiko Tinggi Kekurangan Zat Besi

13 hari lalu

Ilustrasi anak obesitas/obesitas dan kesehatan. Shutterstock.com
Anak Obesitas dan Kurang Gizi Berisiko Tinggi Kekurangan Zat Besi

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, suatu kondisi yang mengakibatkan kurangnya sel darah merah yang sehat.


Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

17 hari lalu

Babe Cabita. Foto: Instagram/@raditya_dika
Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

Anemia aplastik merupakan penyakit langka yang terjadi ketika sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah dan trombosit yang cukup.


Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

17 hari lalu

Menu sambal goreng hati sapi. shutterstock.com
Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

Hati ayam dalam sambal goreng kentang ati, makan khas ketika lebaran, ternyata memiliki manfaat kesehatan. Apa saja?


8 Cara Mengatasi Kesemutan pada Kaki Saat Mudik

17 hari lalu

35-kosmo-kesemutan
8 Cara Mengatasi Kesemutan pada Kaki Saat Mudik

Saat mudik, risiko mengalami kesemutan bisa terjadi. Perjalaan jauh dan duduk berjam-jam bisa menjadi pemicunya.


Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

18 hari lalu

Flu Singapura.
Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?


Mengenal Penyakit Autoimun, Gejala dan Cara Mengurangi Risikonya

20 hari lalu

Ilustrasi autoimun. Shutterstock
Mengenal Penyakit Autoimun, Gejala dan Cara Mengurangi Risikonya

Penyakit autoimun tidak dapat dicegah namun terdapat cara untuk mengurangi risikonya. Bagaimana pula gejalanya?


Tawarkan Solusi Rambut Rontok, Tim Maya ITB ke Final Internasional L'Oreal Brandstorm 2024

21 hari lalu

Tim Maya dari ITB  menjadi pemenang ajang kompetisi L'Oral Brandstorm di Indonesia pada 27 Maret 2024. (Dok.Humas ITB)
Tawarkan Solusi Rambut Rontok, Tim Maya ITB ke Final Internasional L'Oreal Brandstorm 2024

Tahun ini adalah keikutsertaan kedua kalinya Tim Maya ITB dalam ajang kompetisi L'Oral.


Batuk Membandel di Malam Hari, Berikut Ragam Pemicunya

23 hari lalu

Ilustrasi wanita batuk. Freepik.com/Jcomp
Batuk Membandel di Malam Hari, Berikut Ragam Pemicunya

Batuk yang terus terjadi di malam hari sehingga mengganggu tidur diri sendiri dan orang lain memang menjengkelkan. Berikut ragam pemicunya.


Penelitian Sebut Penyakit Autoimun Juga Memicu Depresi dan Kecemasan

25 hari lalu

Ilustrasi autoimun. Shutterstock
Penelitian Sebut Penyakit Autoimun Juga Memicu Depresi dan Kecemasan

Lebih dari 50 persen penderita penyakit autoimun juga mengalami depresi dan gangguan kecemasan. Berikut penjelasan peneliti.