Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

9 Tanda Orang Tua Lakukan Kekerasan Emosional

image-gnews
Ilustrasi ibu dan anak perempuan. Freepik.com/Peoplecreations
Ilustrasi ibu dan anak perempuan. Freepik.com/Peoplecreations
Iklan

TEMPO.CO, JakartaKekerasan emosional bisa datang dari siapa saja dalam hidup, termasuk orang tua. Kekerasan emosional adalah setiap perilaku atau sikap nonfisik yang dirancang untuk mengontrol, menaklukkan, menghukum, atau mengisolasi orang lain melalui penggunaan penghinaan, ujar pakar kekerasan pasangan, Günnur Karakurt dan Kristin E. Silver, penulis di jurnal Violence and Victims.

“Ini menargetkan kesejahteraan emosional dan psikologis korban dan seringkali merupakan awal dari pelecehan fisik,” jelas mereka.

Kekerasan emosional dapat terlihat dalam banyak hal. Tetapi menurut terapis hubungan Ken Page, hal itu dapat didefinisikan sebagai apapun yang merendahkan atau mengabaikan perasaan atau pengalaman orang lain yang membuat mereka merasa kurang, malu, tidak mampu, dan tidak berharga. Seperti yang dijelaskan psikiater Anna Yusim, kekerasan emosional seringkali berjalan seiring dengan pelecehan verbal, yang mencakup penggunaan kata-kata dalam upaya untuk mengontrol, memanipulasi, atau menyakiti orang lain.

Tanda-tanda orang tua yang kasar secara emosional

Mengabaikan
Pengabaian didefinisikan sebagai kegagalan untuk merawat sesuatu dengan benar. Mmenurut Page, itu adalah salah satu tanda utama dari orang tua yang melecehkan secara emosional. Pengabaian membuat anak merasa orang tua tidak terlalu peduli.

Sering mengkritik atau menyalahkan
Kritik terus-menerus atau menyalahkan dapat menjadi bentuk kekerasan emosional, menurut terapis perkawinan dan keluarga berlisensi Annette Nuñez. Ia menjelaskan memiliki orang tua yang selalu mengkritik atau menyalahkan dan tidak pernah bertanggung jawab atas diri mereka sendiri adalah salah satu bentuk kekerasan emosional. Ini bisa terlihat seperti orang tua yang mempermainkan korban, selalu menyalahkan anak, dan umumnya menghindari tanggung jawab atas tindakan mereka.

Inkonsistensi
Tanda halus lain dari orang tua yang melecehkan secara emosional yang lebih sulit dikenali adalah ketidakkonsistenan. Seperti yang dicatat oleh Page, ketidakkonsistenan berdasarkan perasaan orang tua pada waktu tertentu alias ada sesuatu yang baik-baik saja hari ini, tetapi tiba-tiba orang tua menghukum anak dengan sangat berat keesokan harinya. Hal ini dapat membuat anak tidak memiliki kejelasan atau kendali.

Menurut terapis pernikahan dan keluarga berlisensi Rachel Zar, perilaku yang tidak terduga itu juga membuat anak-anak merasa seperti berjalan di atas kulit telur di rumah sendiri. “Semuanya bisa baik-baik saja dan semua orang tersenyum, lalu Anda menabrak ranjau darat dan semuanya meledak," jelasnya.

Masalah kesehatan mental atau penyalahgunaan zat yang tidak terkendali
Menurut Page, gangguan kejiwaan yang tidak stabil atau kecanduan zat aktif, seringkali dapat mengakibatkan munculnya kekerasan emosional secara signifikan.

Membanding-bandingkan anak
Orang tua yang sering membandingkan anak dengan saudara kandung, teman sebaya, atau bahkan dirinya sendiri dapat dengan mudah membahayakan anak mereka, jelas Page. Ini bisa terdengar seperti, “Mengapa kamu tidak bisa lebih baik seperti kakakmu?” atau bahkan, “Ketika seusiamu, Ibu tidak pernah meninggalkan rumah dengan penampilan seperti itu,”. Kalimat-kalimat semacam itulah yang dapat membuat anak merasa tidak disayangi dan tidak pernah cukup akan dirinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kekejaman verbal
Kekerasan verbal ada dalam spektrum, dengan bentuk yang lebih halus hingga yang terbuka, kata Page. “Di ujung paling ekstrem dari spektrum adalah kekejaman verbal, seperti membentak, merendahkan karakter, merendahkan nilai-nilai, dan bertindak dengan cara yang kasar dan kejam.”

Mengabaikan permintaan anak
Orang tua yang secara konsisten mengabaikan permintaan perhatian anak dapat menjadi bentuk lain dari pelecehan emosional. Gagasan menawar perhatian, dalam hal ini adalah anak yang berusaha mendapatkan pengakuan, perhatian, dan/atau validasi orang tua. Mengabaikan perhatian yang terus menerus dapat menyebabkan banyak kesulitan dari waktu ke waktu. Seperti dijelaskan oleh psikolog dan ahli mikrotrauma Margaret Crastnopol, “Dengan terus menerus mengabaikan perhatian, maka akan melemahkan anak secara psikologis.”

Gaslighting
Gaslighting adalah tanda-tanda kekerasan emosional, melibatkan manipulasi psikologis untuk mempertanyakan realitas, perasaan, dan pengalaman peristiwa sendiri untuk mempertahankan kendali atas orang itu. Itu bisa terdengar seperti, "Saya tidak pernah mengatakan itu, kamu mengada-ada,” atau "Kamu hanya bersikap dramatis tentang ini."

Orang tua tentu tidak kebal terhadap gaslighting anak-anak dan sebagai terapis, Aki Rosenberg, sebelumnya mengatakan, “Intinya gaslighting selalu tentang pelestarian diri dan pemeliharaan kekuatan/kontrol untuk meyakinkan orang tersebut dirinyalah yang selalu benar, sedangkan orang lainlah yang salah.”

Inses emosional
Terakhir, inses emosional, terkadang juga disebut inses terselubung, adalah bentuk lain dari pelecehan emosional dan melibatkan orang tua yang menggunakan anak untuk pemenuhan emosional. Sebagai seksolog klinis dan psikoterapis, Robert Weiss, sebelumnya menulis untuk MBG, "Anak dipaksa untuk mendukung orang dewasa yang kasar dengan menjadi orang kepercayaan atau pasangan emosional."

Meskipun inses emosional tidak melibatkan sentuhan seksual langsung, dia menjelaskan, "Hubungan keterikatan emosional ini memiliki nada seksual, dengan orang tua yang mengungkapkan minat yang terlalu gamblang pada perkembangan fisik dan karakteristik seksual anak atau mengkhianati batas-batas anak melalui pelanggaran privasi, percakapan seksual, dan sejenisnya.”

NABILA RAMADHANTY PUTRI DARMADI | MIND BODY GREEN

Baca juga: Burnout dan Stres, Apakah Berbeda?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bocah 15 Tahun jadi Korban Persetubuhan Sang Kekasih, Ibunya Lapor Polisi

1 hari lalu

ilustrasi pelecehan seksual (pixabay.com)
Bocah 15 Tahun jadi Korban Persetubuhan Sang Kekasih, Ibunya Lapor Polisi

DP seorang anak wanita berusia 15 tahun menjadi korban dugaan persetubuhan anak di bawah umur. Pelaku diduga pemilik sebuah BAR.


Saksi Ungkap Sering Bayari Biaya Ulang Tahun Cucu Syahrul Yasin Limpo Pakai Uang Kementan

1 hari lalu

Tiga terdakwa mantan Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo (kiri), Sekjen Kementan RI, Kasdi Subagyono dan mantan Direktur Alat dan Mesin Pertanian Kementan RI, Muhammad Hatta (kanan), mengikuti sidang lanjutan, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis, 17 April 2024. Sidang ini dengan agenda pemeriksaan keterangan saksi Adc. Mentan, Panji Hartanto, yang telah mendapat perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum KPK untuk ketiga terdakwa dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi terkait penyalahgunakan kekuasaan dengan memaksa memberikan sesuatu untuk proses lelang jabatan dalam pengadaan barang dan jasa serta penerimaan gratifikasi di lingkungan Kementerian Pertanian RI. TEMPO/Imam Sukamto
Saksi Ungkap Sering Bayari Biaya Ulang Tahun Cucu Syahrul Yasin Limpo Pakai Uang Kementan

Menjawab itu, Isnar mengatakan putra Syahrul Yasin Limpo, Redindo juga pernah meminta uang kepadanya.


Pentingnya Ibu Pahami Jenis Bahasa Kasih Sayang pada Anak dan Keluarga

1 hari lalu

Ilustrasi ibu berbicara dengan anak. Foto: Freepik.com/Racool_studio
Pentingnya Ibu Pahami Jenis Bahasa Kasih Sayang pada Anak dan Keluarga

Ibu cerdas perlu mengetahui bahasa kasih sayang agar bisa disampaikan kepada keluarga dan anak.


Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

1 hari lalu

Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.


Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

2 hari lalu

Ilustrasi anak marah atau berteriak. shutterstock.com
Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

Perhatian buat orang tua, bermain gawai dalam waktu lama dapat memicu perilaku negatif seperti tantrum pada anak.


OJK Imbau Para Ibu agar Tak Ciptakan Generasi Sandwich

2 hari lalu

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi. TEMPO/Tony Hartawan
OJK Imbau Para Ibu agar Tak Ciptakan Generasi Sandwich

toritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan para ibu agar tidak menciptakan generasi sandwich. Apa itu?


Kekerasan Menimpa Putri Komedian Isa Bajaj, Begini Saran Surabaya Children Crisis Center pada Pemda Magetan

5 hari lalu

Komedian Isa Bajaj dan Sinyorita Esperanza menghadiri pemakaman Agung Hercules di TPU Cikutra, Bandung, Jumat, 2 Agustus 2019. Instagram/@Isabajaj
Kekerasan Menimpa Putri Komedian Isa Bajaj, Begini Saran Surabaya Children Crisis Center pada Pemda Magetan

Surabaya Children Crisis Center menyayangkan terjadinya tidak kekerasan oleh laki-laki tak dikenal terhadap putri komedian Isa Bajaj di Magetan.


Kenali Penyebab dan Kiat Menangani Anak yang Gemar Berbohong

6 hari lalu

Kebiasaan Anak Berbohong
Kenali Penyebab dan Kiat Menangani Anak yang Gemar Berbohong

Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan ketika mendapati anak berbohong.


Cara Menjaga Kualitas Hubungan dengan Pasangan Pasca Melahirkan Anak Pertama

7 hari lalu

Ilustrasi ibu dan bayi. Unsplash.com/Sharon Muccutcheon
Cara Menjaga Kualitas Hubungan dengan Pasangan Pasca Melahirkan Anak Pertama

Studi menemukan bahwa sikap terhadap sentuhan berdampak pada pasangan dalam transisi menjadi orang tua atau usai melahirkan anak pertama.


Inilah 5 Alasan Waktu Liburan Terasa Begitu Cepat

8 hari lalu

Ilustrasi liburan (Pixabay.com)
Inilah 5 Alasan Waktu Liburan Terasa Begitu Cepat

Ternyata terdapat berbagai faktor psikologis dan eksternal yang dapat membuat waktu terasa semakin cepat berlalu selama liburan.