TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan meminta masyarakat mewaspadai empat tipe penyakit antraks yang bisa menular kepada manusia melalui luka pada tubuh atau hewan pemakan sayuran atau herbivora.
“Antraks merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthracis. Jadi, ada empat tipe antraks, terutama antraks kulit (cutaneous),” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, Imran Pambudi, dalam Siaran Sehat, Senin, 10 Juli 2023.
Baca juga:
Tipe bakteri antraks yang pertama adalah antraks kulit ketika spora pada tipe ini masuk ke dalam kulit, biasanya melalui sayatan atau luka lecet. Tipe ini menjadi penyebab kasus terbanyak di Indonesia.
Kedua adalah antraks paru-paru atau pernapasan. Ketika spora antraks terisap melalui partikel pernapasan dan mencapai dinding alveoli maka orang yang terinfeksi akan merasakan sensasi melepuh dalam paru-parunya.
“Yang bahaya adalah antraks pernapasan dan itu bisa hitungan mungkin dalam sehari, dua hari, karena kerusakannya bisa cepat dan kalau masuk paru-paru bisa langsung masuk ke otak juga,” jelas Imran.
Senjata biologis
Tipe ketiga adalah antraks pada saluran pencernaan. Bakteri masuk melalui saluran cerna saat penderita memakan daging dari hewan yang tertular dan tidak dimasak dengan sempurna. Akibatnya, spora yang menempel selama puluhan tahun ikut masuk ke dalam tubuh.
“Itu gejalanya ada anus darah, muntah darah, kemudian ada pembengkakan kelenjar di pangkal paha. Itu menandakan ada infeksi. Kemudian kalau sudah parah nantinya ususnya bocor, maka terjadi pendarahan dan perutnya jadi kembung,” ucapnya.
Tipe terakhir yakni antraks injeksi. Jenis baru ini menyerupai antraks kulit namun biasanya ditemukan pada pengguna narkotika. Dengan adanya penemuan kasus antraks Gunungkidul di Daerah Istimewa Yogyakarta, beberapa waktu lalu, Imran meminta masyarakat memahami antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, dan domba serta dapat menular ke manusia.
"Apabila bakteri terjadi kontak dengan udara bebas maka akan membentuk spora yang sangat resisten terhadap kondisi lingkungan atau bahan kimia tertentu. Selain itu, antraks bisa bertahan hingga puluhan tahun di dalam tanah," paparnya.
Dengan kekuatannya yang sulit dihancurkan, Imran khawatir jika masyarakat sembarangan memakan atau melakukan kontak erat dengan hewan yang terinfeksi antraks dapat memperluas penularan wabah. Belajar dari pengalaman Amerika Serikat ketika menghadapi antraks sekitar 10 tahun lalu, Imran khawatir spora antraks akan dimanfaatkan sebagai senjata biologis oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk menyebarkannya atau sekadar digunakan sebagai lelucon tanpa mengetahui penyebab fatalnya.
“Amerika Serikat pernah digegerkan dengan teror antraks yang ditaruh di amplop. Jadi, amplop diisi bakteri dan ketika dibuka spora ke mana-mana sehingga orang yang dikirimi teror tadi sakit dan bisa meninggal karena terhirup sporanya,” ucap Imran.
Pilihan Editor: Begini Risiko-risiko Penyakit Antraks