TEMPO.CO, Jakarta - Ada berbagai jenis hepatitis, yang paling umum adalah hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C. Tahukah Anda perbedaan antara hepatitis A, B, dan C?
Merujuk dari Healthline, hepatitis adalah penyakit yang menyebabkan peradangan pada liver atau hati. Hepatitis sering dianggap sebagai "The sillent killer" karena pasien sering tidak bergejala hingga menjadi kronis.
Hepatitis A, umumnya bergejala khas akan tetapi dapat sembuh sendiri dengan penanganan yang tepat. Sementara hepatitis B dan C dapat tidak bergejala sama sekali, akan tetapi jika tidak dideteksi dan ditangani dapat menyebabkan kerusakan hati lanjut seperti sirosis dan kanker hati.
Hepatitis A
Infeksi virus hepatitis A menyebabkan peradangan akut pada hati. Hepatitis A merupakan penyakit yang perkembangannya terbatas, dengan gejala yang bertahan selama beberapa minggu sebelum orang yang bersangkutan pulih sepenuhnya. Mereka yang sudah terserang infeksi hepatitis A akan memiliki kekebalan tubuh seumur hidupnya.
Penyebaran virus hepatitis A biasanya lewat makanan dan air yang sudah tercemar. Penularan kerap terjadi di lingkungan rumah.
Dikutip dari patient.info, gejala hepatitis A termasuk:
- Kelelahan ekstrim
- Kulit yang gatal
- Sakit perut
- Penyakit kuning (kulit dan bagian putih mata menjadi kuning, urin menjadi gelap)
Gejala hepatitis A biasanya tidak muncul hingga beberapa minggu pascainfeksi, meskipun tidak semua pasien menunjukkan gejala hepatitis.
Hepatitis B
Infeksi hepatitis B adalah infeksi hepatitis yang paling umum. Paparan virus hepatitis B dapat menyebabkan infeksi akut dalam 6 bulan pertama. Sebagian besar orang yang terinfeksi dapat pulih dari infeksi hepatitis B akut dan menjadi kebal terhadapnya. Namun demikian, sebagian orang lainnya dapat mengembangkan infeksi hepatitis B jangka panjang yang menyebabkan komplikasi serius, termasuk hepatitis kronis, sirosis hati (penyakit hati menahun), gagal hati, dan kanker hati.
Dikutip dari Medical News Today, hepatitis B dapat ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, serta penularan sering terjadi melalui cairan tubuh. Penularan hepatitis B dapat terjadi melalui hubungan seks, dan seorang wanita dapat menularkan infeksi kepada bayi saat melahirkan.
Setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan, hepatitis B dapat menyebabkan:
- Sakit perut
- Penyakit kuning
- Demam
Gejala hepatitis B biasanya muncul sekitar 1-4 bulan setelah terinfeksi, meskipun dalam beberapa kasus gejala hepatitis B mulai dapat terlihat saat dua minggu pascainfeksi. Sebagian pasien, khususnya anak kecil, mungkin tidak mengalami gejala hepatitis B.
Hepatitis C
Infeksi hepatitis C mengakibatkan berkembangnya penyakit hati yang bersifat kronis di seluruh dunia. Virus hepatitis C tidak dapat hilang pada sebagian besar penderita, sehingga virus hepatitis C terus menyebabkan kerusakan pada hati selama bertahun-tahun. Mirip dengan hepatitis B, hepatitis C dapat menyebabkan hepatitis kronis, sirosis, gagal hati, dan kanker hati.
Menurut Institut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases Trusted Source (NIDDK), diperkirakan 75 hingga 85 persen orang dengan hepatitis C akut juga akan mengembangkan hepatitis C kronis. Namun, 50 persen orang dengan hepatitis C tidak tahu bahwa mereka mengidapnya.
Dikutip dari primayahospital, penularan virus hepatitis C umumnya lewat penggunaan jarum suntik secara tidak aman, terutama di kalangan pengguna narkoba. Penularan juga bisa terjadi lewat prosedur tato dan tindik yang tidak steril, hubungan seksual, dan berbagi barang pribadi yang rentan terkontaminasi darah seperti pisau cukur dan gunting.
Umumnya, gejala awal hepatitis C, termasuk:
- Suhu tinggi
- Kelelahan
- Kehilangan selera makan
- Sakit perut
- Kulit yang teriritasi
- Mual
Namun, gejala hepatitis C biasanya infeksi tidak menunjukkan ciri-ciri apa pun selama bertahun-tahun, hingga virus merusak hati dan mulai menimbulkan gejala penyakit hati. Itulah beda mendasar hepatitis A, B, dan C.
Pilihan editor: Kilas Balik Penetapan 28 Juli Sebagai Hari Hepatitis Sedunia