Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Memuja Idola secara Berlebihan, Termasuk Gangguan Jiwa?

Reporter

image-gnews
Ilustrasi konser musik
Ilustrasi konser musik
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Suka pada idola dalam kadar wajar tentu bukan masalah. Tetapi memujanya secara berlebihan hingga mengorbankan banyak hal dalam kehidupan pribadi pasti menimbulkan implikasi. Jangan sampai kegilaan pada idola yang belum tentu kenal dengan kita mengarah pada hubungan parasosial, romantisme semu sampai halu, sebagai indikasi gangguan jiwa.

Sikap membabi buta memuja dan membela idola kemudian dikenal dengan istilah Celebrity Worship Syndrome (CWS) atau sindrom pemujaan selebritas. Setidaknya ada tiga jenis atau kondisi yang tidak bisa “diganggu” atau Anda akan mendapat masalah besar. Mereka adalah orang gila, orang yang sedang jatuh cinta, dan orang fanatik. Mengapa orang bisa sedemikian fanatik padahal idola yang dibelanya kemungkinan besar tidak mengenal penggemar secara personal?

Richard Wohl dari Komite Pembangunan Manusia bersama Donald Horton dari Departemen Sosiologi Universitas Chicago pertama kali memperkenalkan konsep mengenai hubungan parasosial pada 1950-an. Mereka mengatakan hubungan itu sebagai hubungan imaginatif sepihak dari penggemar atau pengguna media dengan figur atau persona media seperti selebritas maupun figur fiksi. 

Konsep tersebut muncul kala keduanya meneliti interaksi penonton media massa yang menganggap diri mereka memiliki hubungan dengan sosok yang dilihat di media. Hubungan parasosial yang terbentuk tidak sebatas pertemanan melainkan bisa mengarah ke hubungan romantis. Sebenarnya, hubungan imajiner satu arah itu bisa terbentuk kepada siapa pun tetapi lebih sering pada selebritas atau idola. Kemudian di 2006, David Giles dan John Maltby dari Departemen Psikologi Universitas Winchester merinci parasosial (CWS) dalam tiga tahapan:

Hiburan sosial
Merupakan tingkatan paling umum yang dimulai dari ketertarikan kepada figur publik. Pada tahap ini, penggemar mulai menggali informasi lebih lanjut tentang idolanya. Mereka juga akan mengoleksi segala cenderamata yang berkaitan dengan idola. Berikutnya akan mencari teman sesama penggemar.

Intensitas personal
Ketika rasa suka pada idola berkembang tidak hanya karena fisik atau karyanya tetapi hafal biodata hingga gemar membeli produk yang mereka iklankan. Ketika ada yang berkomentar miring mengenai sang idola, dia bakal langsung pasang badan.

Borderline pathological
Yang ini CWS tingkat tinggi, penderitanya memiliki pemikiran dan fantasi ekstrem tentang pesohor yang dipujanya. Para peneliti menemukan tingkatan borderline pathological pada CWS dikaitkan dengan beberapa sifat negatif seperti impulsif, egosentris, hingga antisosial. Sementara istilah CWS oleh Psychology Today digambarkan sebagai kelainan mental berupa obsesi-adiksi terhadap kehidupan personal selebritas.

Imajinatif satu arah
Adakah jenis hubungan yang lebih aneh dari parasosial, hubungan bersifat imajiner dan satu arah pula? Faktanya, penderitanya sangat banyak. Memang belum ada riset yang menyempatkan menghitung jumlah penderita CWS tapi setidaknya dapat terlihat dari kegilaan tingkah penggemar yang menempuh segala cara untuk mendatangi konser atau acara jumpa penggemar, terutama dari Korea Selatan, di berbagai negara dan tak terkecuali artis Tanah Air.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada CWS tingkat tinggi, perilaku penggemar sudah sampai mencampuri urusan pribadi idola, bahkan terkesan mengatur, misalnya sebaiknya kencan dengan siapa dan memilihkan jodoh yang dianggap cocok. Perilaku yang dipandang para psikolog sebagai kelainan mental itu dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya:

Usia
Remaja rentang usia 11-17 tahun sangat rentan mengidap sindrom pemujaan selebritas, mungkin karena masih tergolong usia labil yang mudah silau dan terkagum-kagum pada dunia panggung dan figur publik. Seiring bertambah dewasa, kemungkinannya bisa menurun meski banyak juga orang dewasa berperilaku seperti remaja dalam memuja idola.

Pendidikan
Orang berpendidikan dan memiliki intelegensia tinggi biasanya enggan merendahkan diri dengan memuja manusia lain. Kalau pun punya ketertarikan, dia bisa melihat sosok yang diidolakan secara seimbang melalui kepribadiannya sehingga kalangan ini hampir tidak berisiko terkena sindrom ini.

Keterampilan sosial
Orang dengan keterampilan sosial rendah biasanya cenderung mencari pengisi kekosongan, maka sosok idola akan memenuhi kebutuhan itu.

Jenis kelamin
CWS bisa saja dialami laki-laki atau perempuan. Tetapi karena sifat perempuan yang sentimental maka lebih berpotensi terjangkit sindrom tersebut.

Pilihan Editor: Pesan IDAI agar Orang Tua Perhatikan Kesehatan Mental Anak

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cara Membantu Penderita Hoarding Disorder, Gangguan Mental Suka Menimbun Barang

2 hari lalu

Ilustrasi wanita dengan lemari yang berantakan. shutterstock.com
Cara Membantu Penderita Hoarding Disorder, Gangguan Mental Suka Menimbun Barang

Hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental yang membuat orang ingin terus mengumpulkan barang hingga menumpuk.


7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

3 hari lalu

Kecanduan judi online bisa membuat hidup berantakan. Ketahui cara menghentikan kejaduan judi online yang efektif berikut ini. Foto: Canva
7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

PPATK menemukan bahwa 3,2 juta warga Indonesia menjadi pemain judi online dengan perputaran uang mencapai Rp 100 triliun. Ini 7 cara berhenti main judi online.


Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

4 hari lalu

Ilustrasi mengurangi stress. Freepik.com/fabrikasimf
Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.


Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

4 hari lalu

Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.


Peluncuran Film Spoiler ZeroBaseOne pada Mei 2024

25 hari lalu

ZEROBASEONE di acara Red Carpet Golden Disc Awards ke-38 di Jakarta pada Sabtu, 6 Januari 2024. TEMPO/Marvela
Peluncuran Film Spoiler ZeroBaseOne pada Mei 2024

Grup K-Pop ZeroBaseOne akan meluncurkan film spoiler berjudul Summer Came Early untuk Mei 2024


Tips Hadapi Orang Tua Beracun dari Psikolog

47 hari lalu

Ilustrasi anak dan orang tua. Freepik.com/Peoplecreations
Tips Hadapi Orang Tua Beracun dari Psikolog

Sikap beracun orang tua sulit diubah. Lalu, bagaimana cara menghadapi hidup yang penuh tekanan dari orang tua? Berikut beberapa yang bisa dilakukan.


Mendidik Anak Memahami Puasa, Ini Saran Psikolog

48 hari lalu

Ilustrasi berbuka puasa. Shutterstock
Mendidik Anak Memahami Puasa, Ini Saran Psikolog

Pemahaman terkait makna puasa disertai penjelasan mengenai manfaat seperti kesehatan dan mengendalikan diri


Beda Perundungan dan Bercanda Menurut Psikolog

25 Februari 2024

Ilustrasi bullying. shutterstock.com
Beda Perundungan dan Bercanda Menurut Psikolog

Perbedaan mendasar antara perundungan dengan bercanda yakni pada niat atau intensi pelaku kepada korban. Begini penjelasannya.


Ciri-Ciri Anak yang jadi Pelaku atau Korban Bullying, Ini Penjelasan Psikolog

24 Februari 2024

Ilustrasi anak mengalami bullying. Freepik.com/gpointstudio
Ciri-Ciri Anak yang jadi Pelaku atau Korban Bullying, Ini Penjelasan Psikolog

Psikolog Klinis Wiwit Puspitasari menjelaskan ciri-ciri anak bisa menjadi korban bullying dan pelaku bullying.


Begini Cara Orang Tua Mencegah Perilaku Bullying oleh Anak

24 Februari 2024

Ilustrasi cyber bullying. Shutterstock
Begini Cara Orang Tua Mencegah Perilaku Bullying oleh Anak

Psikolog pendidikan anak, Yanti Suryatiningsih menjelaskan cara yang dapat dilakukan orang tua mencegah bullying adalah melatih self control anak.