TEMPO.CO, Jakarta - Suka pada idola dalam kadar wajar tentu bukan masalah. Tetapi memujanya secara berlebihan hingga mengorbankan banyak hal dalam kehidupan pribadi pasti menimbulkan implikasi. Jangan sampai kegilaan pada idola yang belum tentu kenal dengan kita mengarah pada hubungan parasosial, romantisme semu sampai halu, sebagai indikasi gangguan jiwa.
Sikap membabi buta memuja dan membela idola kemudian dikenal dengan istilah Celebrity Worship Syndrome (CWS) atau sindrom pemujaan selebritas. Setidaknya ada tiga jenis atau kondisi yang tidak bisa “diganggu” atau Anda akan mendapat masalah besar. Mereka adalah orang gila, orang yang sedang jatuh cinta, dan orang fanatik. Mengapa orang bisa sedemikian fanatik padahal idola yang dibelanya kemungkinan besar tidak mengenal penggemar secara personal?
Richard Wohl dari Komite Pembangunan Manusia bersama Donald Horton dari Departemen Sosiologi Universitas Chicago pertama kali memperkenalkan konsep mengenai hubungan parasosial pada 1950-an. Mereka mengatakan hubungan itu sebagai hubungan imaginatif sepihak dari penggemar atau pengguna media dengan figur atau persona media seperti selebritas maupun figur fiksi.
Konsep tersebut muncul kala keduanya meneliti interaksi penonton media massa yang menganggap diri mereka memiliki hubungan dengan sosok yang dilihat di media. Hubungan parasosial yang terbentuk tidak sebatas pertemanan melainkan bisa mengarah ke hubungan romantis. Sebenarnya, hubungan imajiner satu arah itu bisa terbentuk kepada siapa pun tetapi lebih sering pada selebritas atau idola. Kemudian di 2006, David Giles dan John Maltby dari Departemen Psikologi Universitas Winchester merinci parasosial (CWS) dalam tiga tahapan:
Hiburan sosial
Merupakan tingkatan paling umum yang dimulai dari ketertarikan kepada figur publik. Pada tahap ini, penggemar mulai menggali informasi lebih lanjut tentang idolanya. Mereka juga akan mengoleksi segala cenderamata yang berkaitan dengan idola. Berikutnya akan mencari teman sesama penggemar.
Intensitas personal
Ketika rasa suka pada idola berkembang tidak hanya karena fisik atau karyanya tetapi hafal biodata hingga gemar membeli produk yang mereka iklankan. Ketika ada yang berkomentar miring mengenai sang idola, dia bakal langsung pasang badan.
Borderline pathological
Yang ini CWS tingkat tinggi, penderitanya memiliki pemikiran dan fantasi ekstrem tentang pesohor yang dipujanya. Para peneliti menemukan tingkatan borderline pathological pada CWS dikaitkan dengan beberapa sifat negatif seperti impulsif, egosentris, hingga antisosial. Sementara istilah CWS oleh Psychology Today digambarkan sebagai kelainan mental berupa obsesi-adiksi terhadap kehidupan personal selebritas.
Imajinatif satu arah
Adakah jenis hubungan yang lebih aneh dari parasosial, hubungan bersifat imajiner dan satu arah pula? Faktanya, penderitanya sangat banyak. Memang belum ada riset yang menyempatkan menghitung jumlah penderita CWS tapi setidaknya dapat terlihat dari kegilaan tingkah penggemar yang menempuh segala cara untuk mendatangi konser atau acara jumpa penggemar, terutama dari Korea Selatan, di berbagai negara dan tak terkecuali artis Tanah Air.
Pada CWS tingkat tinggi, perilaku penggemar sudah sampai mencampuri urusan pribadi idola, bahkan terkesan mengatur, misalnya sebaiknya kencan dengan siapa dan memilihkan jodoh yang dianggap cocok. Perilaku yang dipandang para psikolog sebagai kelainan mental itu dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya:
Usia
Remaja rentang usia 11-17 tahun sangat rentan mengidap sindrom pemujaan selebritas, mungkin karena masih tergolong usia labil yang mudah silau dan terkagum-kagum pada dunia panggung dan figur publik. Seiring bertambah dewasa, kemungkinannya bisa menurun meski banyak juga orang dewasa berperilaku seperti remaja dalam memuja idola.
Pendidikan
Orang berpendidikan dan memiliki intelegensia tinggi biasanya enggan merendahkan diri dengan memuja manusia lain. Kalau pun punya ketertarikan, dia bisa melihat sosok yang diidolakan secara seimbang melalui kepribadiannya sehingga kalangan ini hampir tidak berisiko terkena sindrom ini.
Keterampilan sosial
Orang dengan keterampilan sosial rendah biasanya cenderung mencari pengisi kekosongan, maka sosok idola akan memenuhi kebutuhan itu.
Jenis kelamin
CWS bisa saja dialami laki-laki atau perempuan. Tetapi karena sifat perempuan yang sentimental maka lebih berpotensi terjangkit sindrom tersebut.
Pilihan Editor: Pesan IDAI agar Orang Tua Perhatikan Kesehatan Mental Anak