Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kesedihan Menumpuk, Apa Itu Kondisi Compounded Grief?

image-gnews
Ilustrasi remaja sedih atau galau. Pxhere.com
Ilustrasi remaja sedih atau galau. Pxhere.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kesedihan kian terasa saat berduka. Merujuk American Psychological Association, duka ini bisa menumpuk menjadi compounded grief. Cakupan duka sangat luas antara lain tekanan fisik, kecemasan, rindu, sampai kekhawatiran masa depan. Duka atau rasa sedih juga muncul karena penyesalan atas sesuatu yang hilang, kelakuan pada masa lampau, atau kecelakaan.

Duka yang mendalam bisa menjadi sangat berbahaya mengganggu kesehatan. Sebab, psikologis yang drop mempengaruhi penurunan kekebalan tubuh, pengabaian diri.

Apa Itu Compounded Grief?

Compounded grief merujuk keadaan duka yang majemuk. Dikutip dari situs web Grief Education Center, compounded grief diartikan sebagai keadaan seseorang yang mengalami kehilangan lebih dari satu dan menjadikan kesedihan yang menumpuk. Keadaan compounded grief  sulit diatasi seorang diri, karena kesedihan terasa sangat rumit. Itu sebabnya dibutuhkan keberadaan orang lain untuk menghibur atau memberi dukungan motivasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Psikolog Julie Lobach Wetherell dalam publikasinya Complicated Grief Therapy as a New Treatment Approach yang terbit dalam jurnal Dialogues in Clinical Neuroscience menjelaskan, terapi kesedihan yang rumit untuk mengatasi compounded grief sebagai model psikoterapi dengan proses yang berhubungan terhadap kehilangan dan fokus gejala ingatan intrusif yang menyakitkan dan penghindaran.

Perawatan dalam terapi ini biasanya dibagi menjadi tiga fase, yaitu perkenalan, perantara, dan terakhir. Fase perkenalan ditujukan untuk membangun hubungan kuat antara terapis dan yang diterapi. Hubungan tersebut digunakan untuk mendapat gambaran riwayat hubungan interpersonal klien, pemberian psikoedukasi tentang model kesedihan yang rumit, dan mendeskripsikan elemen pengobatan.

Fase perantara digunakan untuk melatih penyintas agar bisa menerima kehilangan dan memulihkan kapasitas untuk bergembira. Di fase terakhir biasanya dihadirkan orang-orang untuk memberi dukungan. Di fase terakhir digunakan untuk menyelesaikan terapi bila dimungkinkan. Orang yang mengalami compounded grief sangat memerlukan teman berbincang yang tepercaya, selain ahli psikologi. 

Pilihan Editor: Kiat Mengatasi Gangguan Kesedihan Berkepanjangan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

1 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil berpikir. shutterstock.com
Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?


Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

1 hari lalu

Ilustrasi wanita berjalan kaki. Freepik.com/Katemangostar
Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

Psikolog menyarankan empat praktik untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kekuatan mental, baik di tempat kerja maupun di rumah.


Pemalu Hingga Takut Bentuk Kecemasan Sosial pada Anak, Ini Cara Atasinya

11 hari lalu

Ilustrasi anak pemalu. thrivingnow.com
Pemalu Hingga Takut Bentuk Kecemasan Sosial pada Anak, Ini Cara Atasinya

Kecemasan sosial pada anak bukan hanya sekadar berdampak menjadi pemalu, namun dapat menyebabkan anak merasa takut dan menghindari situasi sosial


Gejala Depresi, dari Fisik, Psikologis, sampai Sosial

20 hari lalu

Ilustrasi depresi. Shutterstock
Gejala Depresi, dari Fisik, Psikologis, sampai Sosial

Selain pada mental, depresi juga bisa berdampak pada fisik dan sosial. Berikut gejala depresi pada fisik, mental, dan sosial.


Teknik Pernapasan 4-7-8 untuk Meredakan Stres dan Kecemasan, Begini Caranya

25 hari lalu

Ilustrasi wanita berlatih yoga. shutterstock.com
Teknik Pernapasan 4-7-8 untuk Meredakan Stres dan Kecemasan, Begini Caranya

Berikut cara melakukan teknik pernapasan 4-7-8 untuk membantu meredakan stres dan mengurangi kecemasan. Bagaimana tahapannya?


3 Jenis Tes Kesehatan Mental

26 hari lalu

Ilustrasi pria konsultasi dengan Psikolog. shutterstock.com
3 Jenis Tes Kesehatan Mental

Jika kesehatan mental terganggu mempengaruhi kemampuan berpikir dan suasana hati yang berdampak terhadap perilaku


Perempuan Lebih Rentan Terserang Burnout, Berikut Saran Psikoterapis

27 hari lalu

Ilustrasi perempuan alami social burnout. Foto: Freepik.com/Jcomp
Perempuan Lebih Rentan Terserang Burnout, Berikut Saran Psikoterapis

Perempuan disebut lebih rentan terserang burnout. Psikoterapis membagi tips untuk meredakannya.


Penelitian Sebut Penyakit Autoimun Juga Memicu Depresi dan Kecemasan

31 hari lalu

Ilustrasi autoimun. Shutterstock
Penelitian Sebut Penyakit Autoimun Juga Memicu Depresi dan Kecemasan

Lebih dari 50 persen penderita penyakit autoimun juga mengalami depresi dan gangguan kecemasan. Berikut penjelasan peneliti.


Mengapa Banyak Orang Senang Nonton Film Horor?

34 hari lalu

Ilustrasi menonton film horor. Freepik.com
Mengapa Banyak Orang Senang Nonton Film Horor?

Bioskop yang menayangkan film horor masih terus diminati. Kenapa orang senang nonton film horor? Adakah manfaat bagi kesehatan?


Stigmatisasi Penderita TBC Berdampak pada Kesehatan Mental

38 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Stigmatisasi Penderita TBC Berdampak pada Kesehatan Mental

Penderita TBC rentan mengalami gangguan kesehatan mental karena kerap dikucilkan dari lingkungan sehingga butuh sistem pendukung.