TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian Wolbachia yang dilakukan oleh Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Universitas Monash Australia melalui pendanaan Yayasan Tahija membuktikan penurunan 77,1 persen kasus dengue dan penurunan 86,2 persen rawat inap di Yogyakarta. Lantas, bagaimana nyamuk Wolbachia digunakan untuk mengendalikan demam berdarah dengue (DBD)?
Peneliti Pusat Kedokteran Tropis UGM, Adi Utarini, mengungkap hasil penelitian bakteri Wolbachia di dalam sel Aedes aegypti akan menyebabkan virus dengue pada nyamuk tidak berkembang sehingga tidak mampu menularkan penyakit demam berdarah ke manusia yang terkena gigitan.
Ada tiga transmisi Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti. Pertama terjadi saat nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan nyamuk betina ber-Wolbachia sehingga penetasan telur menghasilkan nyamuk ber-Wolbachia. Kedua, nyamuk jantan tak ber-Wolbachia kawin dengan betina ber-Wolbachia sehingga tetasan telur menghasilkan nyamuk ber-Wolbachia. Ketiga, terjadi saat nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan betina tidak ber-Wolbachia sehingga telur tidak akan menetas.
Wolbachia dianggap mampu membendung penularan virus dengue karena memiliki kemampuan berkompetisi makanan antara virus dan bakteri di dalam sel nyamuk. Dengan sedikitnya makanan yang bisa menghidupi maka virus dengue tidak dapat berkembang biak.
Pelepasan nyamuk dengan Wolbachia
Metode pelepasan nyamuk Wolbachia dilakukan menggunakan ember berisi air bersih yang tersimpan 250 hingga 300 telur nyamuk dengan angka penetasan telur sekitar 90 persen. Setiap ember diletakkan pada jarak 75 meter per segi. Jumlah ember berisi telur nyamuk minimal harus mencapai 10 persen dari populasi Aedes aegypti di daerah tersebut dan penyebarannya dilakukan sebanyak 12 kali. Satu kali penyebaran diasumsikan hanya satu persen dari populasi nyamuk.
Di Kota Yogyakarta, penerapan nyamuk Wolbachia sudah berlangsung lebih dari 10 tahun dan lebih dari 1,5 juta orang hidup di wilayah yang sudah mendapatkan persebaran nyamuk Wolbachia. Sampai saat ini tidak ada bukti ilmiah berbahaya bagi lingkungan, manusia, atau kesehatan hewan.
Evaluasi dan kajian risiko juga sudah dilakukan. Hasilnya metode dan manfaat Wolbachia dapat diperluas guna membantu melindungi jutaan orang di Indonesia dari demam berdarah.
Pilihan Editor: Sebab Demam Berdarah Disebut Penyakit Toksik dan Langkah yang Diperlukan