TEMPO.CO, Jakarta - Salmonella adalah genus bakteri patogen yang sering terkait dengan penyakit yang disebut salmonelosis.
Dikutip dari Mayo Clinic, bakteri ini ditemukan di berbagai tempat, termasuk dalam hewan, manusia, makanan mentah, serta dikeluarkan melalui tinja (feses).
Sifat Bakteri Salmonella
Baca juga:
Salmonella memiliki beragam spesies dan strain yang dapat memengaruhi manusia dan hewan. Dikutip dari Centers for Desease Control and Prevention, kebanyakan jenis Salmonella menyebabkan penyakit yang disebut salmonellosis. Beberapa jenis Salmonella lainnya menyebabkan demam tifoid atau demam paratifoid .
Salmonella umumnya memasuki tubuh melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Dalam tubuh, bakteri ini dapat menyebabkan berbagai gejala yang berkisar dari ringan hingga parah, termasuk diare, mual, muntah, demam, dan sakit perut.
Penularan bakteri Salmonella sering terjadi melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi, seperti telur mentah, daging, produk susu yang tidak dipasteurisasi, serta sayuran atau buah yang terpapar bakteri tersebut.
Dampak Kesehatan
Salmonelosis dapat memengaruhi siapa saja, tetapi anak-anak, orang tua, atau individu dengan sistem kekebalan yang lemah cenderung mengalami komplikasi yang lebih serius. Dalam kasus parah, infeksi Salmonella dapat menyebabkan dehidrasi yang signifikan atau bahkan masuk ke dalam aliran darah, menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa.
Pengobatan dan Penanganan
Pengobatan salmonelosis umumnya melibatkan rehidrasi dan istirahat yang cukup. Kebanyakan orang sembuh dari infeksi Salmonella dalam waktu empat sampai tujuh hari tanpa antibiotik. Orang yang menderita infeksi Salmonella sebaiknya minum lebih banyak cairan selama diare masih berlangsung.
Untuk kasus yang parah, dokter mungkin meresepkan antibiotik. Namun, terdapat kekhawatiran terkait resistensi antibiotik dalam kasus infeksi bakteri ini
Salmonella tetap menjadi perhatian serius dalam bidang kesehatan masyarakat dan industri makanan. Memahami sifat bakteri ini, tindakan pencegahan, dan pengobatan yang tepat adalah kunci untuk mengurangi risiko infeksi dan dampak negatif yang mungkin terjadi pada tubuh manusia.
Pilihan editor: Dokter Ungkap Beda Demam Tifoid dan Biasa