TEMPO.CO, Jakarta - Hari AIDS Sedunia diperingati setiap 1 Desember. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi, mengatakan komunitas berperan penting dalam menangani HIV/AIDS.
"Peran komunitas sangat penting, utamanya untuk mendukung temuan kasus pada kelompok populasi kunci teman-teman HIV/AIDS dan teman-teman komunitas ini sekarang juga sudah harus naik kelas," kata Imran di Jakarta, Selasa malam, 28 November 2023.
Yang dimaksud naik kelas yakni komunitas-komunitas HIV/AIDS tidak hanya mampu menemukan populasi kunci yang selama ini terpapar penyakit tersebut tetapi juga bisa mengajak teman-teman dengan HIV/AIDS untuk mengakses pengobatan di fasilitas kesehatan, menemani, hingga mengingatkan untuk terus rutin minum obat.
Di 2023, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk program-program HIV/AIDS atau UNAIDS mengangkat tema Hari AIDS Sedunia "Let the community lead" atau "Biarkan komunitas yang memimpin."
"Dalam konteks ini, komunitas yang memimpin harus bersama-sama dan bermitra karena kita tidak bisa sendirian untuk mengakhiri zero AIDS di tahun 2030," jelas Imran.
Target tiga zero di 2030 untuk memutus penyebaran HIV/AIDS yakni Zero New HIV Infection (nol penyebaran baru) dengan target 95 persen orang dengan HIV mengetahui statusnya, dan Zero AIDS Related Death (nol kematian) dengan target 95 persen orang dengan HIV (ODHIV) mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV).
Kemudian Zero Discrimination (nol diskriminasi), di mana ODHIV yang sedang mendapatkan ARV virus tersupresi (jumlah virus dalam tubuh rendah). Imran menjelaskan hingga saat ini masih ada batasan besar mulai dari ditemukan kasus HIV sampai dengan pasien mendapatkan pengobatan.
"Inilah pentingnya kolaborasi petugas kesehatan dengan komunitas, jadi sedini mungkin memasukkan mereka ke fasilitas kesehatan agar segera mendapatkan ARV atau ARV tersupresi," jelasnya.
Lapor Komnas HAM
Berdasarkan data Kemenkes, perkembangan capaian program 95-95-95 program HIV/AIDS untuk mencapai tiga zero sampai dengan September 2023 tercatat 515.455 estimasi ODHIV dengan 454.723 ODHIV yang hidup dan mengetahui kasusnya, 209.288 ODHIV mengetahui kasus dan sedang mendapatkan pengobatan ARV. Kemudian, ada 74.563 ODHIV sedang dalam pengobatan ARV yang dites viral load atau VL (untuk mengetahui jumlah virus di dalam darah), dan 69.149 ODHIV sedang dalam pengobatan ARV yang virusnya tersupresi.
Sementara itu, Direktur UNAIDS untuk Indonesia, Tina Boonto, menyebut masih ada ketimpangan pendanaan pada program pencegahan HIV yang dipimpin komunitas di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
"Sulitnya mengakhiri AIDS ini tak lepas dari anggapan bahwa komunitas termasuk dalam masalah yang perlu ditangani, bukan sebagai pemimpin utama dalam menjalankan program," kata Tina. "Padahal, komunitas dan masyarakat sipil memiliki peran vital dari kampanye hingga pengobatan HIV, sampai memastikan hak-hak dasar teman-teman dengan HIV/AIDS, agar kebutuhannya terpenuhi."
Ia menuturkan di 2023, untuk pertama kalinya mekanisme akuntabilitas Hak Asasi Manusia (HAM) untuk diskriminasi berbasis HIV telah dibentuk oleh Komisi Nasional (Komnas) HAM berkat advokasi dari komunitas.
"Sekarang, setiap orang yang mengalami diskriminasi berbasis HIV dapat mengajukan pelaporan dan pengaduan kepada Komnas HAM untuk mendapatkan akses ke keadilan dan upaya pemulihan hak," ujarnya.
Pilihan Editor: Kenali HIV/AIDS, Cara Penularan dan Pencegahannya