TEMPO.CO, Jakarta - Konsultan alergi imunologi anak Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Dina Mukhtiarti, menyebut pada 2023 ada sekitar 520 ribu pasien yang terdata terinfeksi HIV atau AIDS, 3 persen di antaranya anak-anak di bawah 14 tahun. Meskipun persentasenya kecil, jumlah anak-anak dengan HIV mencapai sekitar 15 ribu. Ia mengatakan 90 persen transmisi infeksi HIV dari ibu ke bayi.
"Untuk penularan pada anak kita tahu ada dua jalur. Tetapi yang paling banyak atau lebih dari 90 persen transmisi atau penularan HIV itu berasal dari ibu ke bayinya," kata Dina, Selasa, 5 Desember 2023.
Dia mengatakan penularan HIV juga dapat terjadi dari perilaku berisiko seperti hubungan seksual tidak aman, penggunaan jarum yang terkontaminasi, atau transfusi darah. Meski begitu, dia menyebut potensi penularan HIV melalui transfusi darah saat ini dapat diminimalisasi karena adanya pemeriksaan di laboratorium yang sudah canggih dibanding dulu.
Dina menjelaskan penularan HIV dari ibu ke anak bisa terjadi di beberapa fase. Yang pertama di fase kehamilan. Kedua saat proses kelahiran dan ketiga setelah kelahiran, terutama dari pemberian ASI ke bayi.
"Gejalanya anak terinfeksi HIV tergantung dia sedang di fase mana. Pada saat awal bisa terlihat seperti bayi atau anak sehat, tidak ada masalah. Tetapi kalau tidak diobati, timbul gejala-gejala yang kita sebut sebagai infeksi oportunistik," jelasnya.
Infeksi jamur
Dia mengatakan anak-anak yang terinfeksi HIV sering menghadapi tantangan serius terkait kekebalan tubuh. Infeksi yang umum muncul pada anak-anak dengan sistem kekebalan yang lemah adalah infeksi jamur. Gejala infeksi jamur pada anak yang terinfeksi HIV dapat terlihat pada lapisan putih di lidah, yang sulit hilang bahkan setelah anak berusia di atas 2 bulan. Infeksi jamur ini tidak hanya terbatas pada lidah tetapi dapat menyebar ke saluran cerna, menyebabkan diare kronis yang sulit diidentifikasi penyebabnya.
Selain infeksi jamur, anak dengan HIV juga berisiko tinggi terkena tuberkulosis (TBC). TBC pada anak dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk diare kronis yang sulit diatasi. Dia menjelaskan infeksi pada anak disebabkan Human Immunoresensi Virus (HIV), yang menyerang sel kekebalan tubuh, terutama CD4.
"CD4 itu saya analogikan seperti tentara yang ada di badan. Jika sel CD4 ini terserang virus HIV maka jumlahnya akan berkurang, fungsinya akan berkurang sehingga anak atau individu yang terinfeksi virus ini akan mengalami masalah kekebalan tubuh dan akhirnya sering mengalami infeksi," ujar Dina.
Dina menegaskan deteksi dini dan pengobatan yang tepat adalah kunci menghindari kondisi berat dan konsekuensi jangka panjang pada anak-anak yang terinfeksi HIV dan mencegah masuk ke tahap AIDS.
Pilihan Editor: Hari AIDS Sedunia, Waspadai Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak