TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan pentingnya menekan angka kejadian demam berdarah dengue di Indonesia. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan menguatkan pelaksanaan strategi yang menyeluruh dan sistematis. "Untuk itu, kami melihat penguatan sistem dan data menjadi kunci yang akan dapat mengantarkan kita kepada tujuan bersama ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030. Tapi tentunya hal ini tidak lepas dari perlunya sinergi yang kuat antara berbagai pihak, baik pemerintah, maupun sektor swasta," katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 14 Januari 2023.
Sebelumnya, demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk dengan penyebaran tercepat dan merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang besar. Pemerintah mencatat, dalam 47 pekan tahun 2023 (periode Bulan Januari – November), terdapat 83.302 kasus DBD di 465 Kab/Kota di 34 Provinsi dengan angka kematian 574 kasus.
Tingginya tingkat penyebaran dan kematian akibat demam berdarah dengue di Indonesia, mendorong Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (“Kemenkes RI”), PT. Takeda Innovative Medicines (“Takeda”), dan PT Bio Farma (“Bio Farma”) menjalin komitmen bersama dalam penerapan upaya yang berkesinambungan untuk menanggulangi kasus demam berdarah dengue di Indonesia.
Untuk mengatasi DBD, Kementerian Kesehatan meluncurkan Aplikasi Sistem Informasi Arbovirosis (SIARVI) pada bulan Februari 2023 lalu. Aplikasi ini diharapkan akan menjadi alat bantu kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan surveilans dengue dan Arbovirosis lainnya yang dapat menampilkan data real time.
Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, mengatakann selain memperkuat pengumpulan dan validasi data persebaran demam berdarah dengue di Indonesia, diperlukan juga intervensi inovasi guna menurunkan angka kejadian dengue. Sampai saat ini, belum ada obat yang spefisik untuk menyembuhkan dengue. Oleh karena itu, Andreas dan timnya dari Takeda berusaha memerangi dengue dengan membuka akses yang luas terhadap inovasi pencegahan dengue. "Dalam hal ini, kami turut menggandeng Bio Farma sebagai mitra, untuk bersama-sama melindungi lebih banyak masyarakat dari bahaya dengue,” kata Andreas.
Selain terkait akses, komitmen tersebut juga kami wujudkan melalui rangkaian kegiatan yang berkesinambungan bersama Kementerian Kesehatan dalam meningkatkan peran, serta kapasitas, baik tenaga kesehatan, komunitas, maupun masyarakat melalui kampanye kesehatan Ayo 3M Plus dan Vaksin DBD. "Kami percaya bahwa penanggulangan dengue di Indonesia menjadi tanggung jawab kita semua,” katanya menambahkan.
Salah satu daerah di Indonesia yang cukup merupakan daerah endemik dengue dengan beban yang tinggi adalah Provinsi Kalimanta Timur. Sepanjang 2022, telah terjadi 2 kejadian luar biasa dengue serta peningkatan 2 kali lipat kasus dengue dibandingkan tahun sebelumnya di daerah ini. Kasus dengue berdampak pada masyarakat dari berbagai kelompok usia di seluruh wilayah Kalimantan Timur. Dinas Kesehatan Kalimantan Timur telah mengupayakan Program Pemberantasan Sarang Nyamuk 3M Plus serta penguatan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) di seluruh jangkauan komunitas masyarakat Kalimantan. Sayang, program ini terkendala masalah konsistensi dan kesinambungan sehingga perlu adanya upaya lain seperti inovasi pencegahan yang terintegrasi. Menimbang hal tersebut, pemerintah Kalimantan Timur mendukung inovasi terbaru, program pilot Wolbachia di Bontang dan Vaksinasi DBD di Balikpapan.
Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, menambahkan bahwa salah satu program yang mendukung pencapaian ‘nol kematian akibat dengue 2030’ adalah Program Vaksinasi DBD yang diluncurkan Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada tanggal 12 November 2023 lalu. Shadiq antusias menjalankan program ini. Menurutnya, Pertama kalinya program vaksinasi untuk DBD dilakukan di Indonesia dengan jumlah lebih dari 19 ribu dosis dialokasikan timnya untuk masyarakat Kalimantan Timur. "Kami melihat ini adalah sebuah momentum bagi Indonesia untuk menurunkan angka kasus DBD dan mendekati tujuan ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Jaya Mualimin menyambut baik kerja sama inovasi dalam pencegahan dengue, untuk menurunkan angka kejadian dengue di masyarakat. "Kami bangga dapat menjadi perintis dalam melakukan program vaksinasi DBD yang akan diberikan kepada 9.800 anak SD/MI kelas 3, 4, dan 6 di dua wilayah yaitu Balikpapan Utara dan Balikpapan Tengah. Hal ini kami lakukan mengingat berdasarkan data, angka kematian akibat dengue di Kalimantan Timur lebih banyak terjadi pada anak-anak usia sekolah,” katanya.
Pilihan Editor: Mahasiswa Polije Buat Alat Pendeteksi Larva Nyamuk Demam Berdarah