TEMPO.CO, Jakarta - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan anak dengan diabetes tipe 1 aman berpuasa Ramadan dengan mengikuti syarat tertentu dari dokter dalam diskusi tentang puasa bagi anak dengan diabetes, Rabu, 6 Maret 2024. Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi IDAI, Nur Rochmah, mengatakan puasa bagi anak diabetes diperbolehkan dengan berkonsultasi ke dokter.
"Anak dengan diabetes untuk melakukan ibadah puasa dengan penyesuaian dosis insulin asalkan kondisi anak dan keluarga yang merawat sudah sadar dan patuh terhadap terapi insulin yang dijalani. Karbohidratnya itu (pada waktu sahur) disesuaikan, kalau makannya sekian insulinnya sekian, dengan gula darah sekian pada waktu itu," paparnya.
Nur mengatakan jumlahnya bisa berbeda pada setiap pasien sehingga perlu konsultasi dengan dokter yang mengobati agar dosis insulin sesuai asupan karbohidrat pada saat sahur maupun berbuka. Ia menjelaskan terapi insulin yang umumnya dilakukan dengan mengikuti waktu makan normal seperti pagi, siang, dan malam perlu penyesuaian pada saat berpuasa karena pemberian insulin tidak bisa dilakukan pada siang hari.
"Pada kondisi siang, ketika pasien masih puasa, enggak ada pemasukan karbohidrat. Makanya, insulin yang siang bisa kita skip, jadi tidak diberikan insulin siang karena pasien puasa. Kemudian pada saat berbuka puasa ini bisa diberikan insulin," ujarnya.
Karena terdapat perubahan pada pemberian insulin maka pola makan saat sahur dan berbuka puasa juga perlu diubah. Ia menganjurkan pasien tetap makan sahur agar tetap mendapatkan nutrisi yang diperlukan tubuh. Pada saat berbuka puasa, ia tidak menganjurkan perilaku makan balas dendam, yang kerap dilakukan sejumlah orang setelah menahan dahaga sepanjang hari.
Jarang ada masalah
Dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo Surabaya itu menuturkan selama berpraktik di sana jarang menemukan masalah pada anak dengan diabetes yang berpuasa selama menaati anjuran dokter. Adapun, jika terjadi hipoglikemia atau kadar gula darah lebih rendah dari 70 mg/dL dan ditandai gejala ringan seperti lemas, gemetar, dan jantung berdebar-debar, lalu muncul keringat dingin, pucat, hingga kejang dan hilangnya kesadaran, Nur menganjurkan kepada orang yang merawat untuk segera membatalkan puasa anak itu.
"Jadi kalau ada kondisi lemas, gejala hipo, segera cek gula darah. Kalau memang betul pasien itu hipo harus segera mokel, harus segera dibatalkan puasanya karena kondisi kesehatannya membahayakan," ucapnya.
Pilihan Editor: Bukan karena Cuaca Panas, Sering Haus Bisa Disebabkan Masalah Kesehatan Serius