TEMPO.CO, Jakarta - Autophagy adalah pembersihan sel secara alami yang dilakukan oleh tubuh. Konsep ini telah berkembang di bidang kesehatan dan masih terus diteliti lebih dalam.
Dilansir dari Kemkes.go.id, kata autophagy berasal dari bahasa Yunani yang berarti memakan diri sendiri. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Christian de Duve sekitar 50 tahun yang lalu.
Meski terdengar menyeramkan, namun proses autophagy yang disebut juga dengan autofagi memang dibutuhkan oleh tubuh dan mempunyai peran penting dalam menjaga keseimbangan sel serta memperpanjang hidup sel, terutama dalam kondisi stress.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya efek positif dari autophagy terhadap penyakit jantung koroner. Proses autophagy dapat menstabilkan plak aterosklerosis sehingga mencegah terjadinya serangan jantung koroner.
Proses autophagy adalah proses yang cukup kompleks, dimana terjadi degradasi organela sel yang rusak oleh enzim lisosom dalam sel tersebut. Sederhananya, sel mencerna bagian dalam dirinya yang rusak atau tidak lagi diperlukan.
Autophagy ibarat sistem pembuangan limbah dalam sel, yang jika tidak dilakukan maka sampah-sampah akan menumpuk dan mengganggu kinerja atau fungsi sel-sel itu.
Ini sama halnya jika lingkungan tempat tinggal tidak memiliki sistem pembuangan sampah. Sampah jadi ada di mana-mana, mengganggu pemandangan, dan menjadi sumber penyakit, seperti dikutip dari unimma.ac.id, Rabu, 13 Maret 2024.
Adapun keunikan proses autophagy adalah tidak berlangsung saat sel "kenyang" melainkan saat sel-sel tersebut "kelaparan". Ketika sel-sel lapar, mereka mengkonsumsi protein-protein yang ada pada diri mereka sendiri untuk mendapatkan bahan bakar untuk energi terus hidup.
Protein-protein yang dimakan ini adalah protein-protein dari organ-organ sel yang telah rusak. Dari proses itulah, autophagy mengeliminasi bagian-bagian sel yang rusak dengan hasil akhir sel-sel itu memperbarui diri dengan membentuk bagian yang baru.
Beragam aktivitas sehari-hari dinilai dapat mengaktifkan proses autophagy, salah satunya adalah dengan tidak makan alias puasa. Melalui puasa aktivasi autophagy dilakukan dengan mengurangi asupan nutrisi yang masuk ke tubuh.
Dokter spesialis gizi klinis RS Columbia Asia Semarang, dr Enny Probosari menyebutkan bahwa puasa memiliki manfaat kesehatan bagi siapapun yang menjalaninya. Hal itu sudah dibuktikan dalam suatu penelitian, yang berguna membuang sel-sel tak berguna di dalam tubuh.
"Jadi yang sering berpuasa mengaktifkan autophagy, yakni membuang sel yang tidak diperlukan dalam tubuh. Dengan berpuasa, kita bisa mengontrol berat badan, dan mempunyai risiko penyakit degeneratif lebih kecil," jelas dr Enny, dikutip dari laman jatengprov.go.id, Rabu, 13 Maret 2024.
Ia juga menjelaskan bahwa ketika menjalani puasa, asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh harus diperhatikan dengan baik. Pola makan setelah berbuka puasa pun tidak boleh sembarangan.
Pilihan editor: Mengenal Mastositosis, Penyakit Langka yang Disebabkan Penumpukan Sel