TEMPO.CO, Jakarta - Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN diperingati setiap tanggal 15 Juni. Ditetapkannya hari demam berdarah merupakan bentuk pengingat soal bahaya demam berdarah yang angkanya masih saja tinggi terutama di wilayah Asia Tenggara. Hal ini juga agar pemerintah setiap negara lebih memfokuskan untuk menekan angka serangan demam berdarah yang masih tinggi.
Di Indonesia sendiri jumlah kasus demam berdarah relatif di angka yang tinggi. Mengutip dari Antara tercatat hingga pekan ke-22 tahun 2024 total ada 120 ribu kasus dengue yang ternyata melebihi total kasus pada tahun 2023 yaitu 114.700 kasus.
Jumlah kematian pada tahun ini tercatat sebanyak 777 kasus dengan Jawa Barat menjadi penyumbang korban tertinggi. Kemudian diikuti oleh DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Banyaknya kasus ini membuat pemerintah semakin meningkatkan pelayanan dan penyuluhan kepada masyarakat soal bahaya demam berdarah. Salah satunya dilakukan saat Hari Dengue se Asia Tenggara kali ini.
“Saya kira kunci untuk mengatasi permasalahan di Jakarta adalah ketika masyarakat ketahuan terjangkit DBD, mereka langsung masuk (ke RS), dirawat di rumah sakit. Kalau ditolak, susah. untuk memantau mereka,” kata Imran Pambudi saat acara “Asean Dengue Day 2024” yang disiarkan di Jakarta, Jumat 14 Juni 2024.
Awal Mula ASEAN Dengue Day
Mengutip dari Kementerian Kesehatan, ASEAN Dengue Day digagas pertama kali saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-19 di Hanoi, Vietnam, pada 30 Oktober 2010. Namun, secara resmi ASEAN Dengue Day diperingati pada 15 Juni 2010 dan disetujui oleh para anggota ASEAN.
Tahun berikutnya saat deklarasi Jakarta dibuat dengan fokus utama melawan Demam Berdarah Dengue (DBD) dan disepakati 11 negara ASEAN. Kerja sama ini juga menjadi komitmen kerjasama regional dalam upaya pengendalian DBD. World Health Organization (WHO) dalam laporannya berjudul “WHO Global strategy for dengue prevention and control 2012–2020” menyebutkan sumber DBD merupakan hewan endemik di sebagian besar negara di Asia Tenggara.
Indonesia menjadi salah satu pelopor acara regional peringatan hari demam berdarah se Asia Tenggara ini pada tahun 2011. Salah satu cara yang dilakukan oleh Indonesia saat itu adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyakit demam berdarah. Masyarakat diberi edukasi dan upaya pencegahan sederhana yang bisa dilakukan yaitu dengan menjaga kebersihan serta peningkatan kewaspadaan saat musim hujan tiba.
Berdasarkan artikel dari WHO Demam Berdarah Dengue menjadi salah satu penyakit mematikan dengan penularan yang cepat. Wilayah Asia Pasifik memiliki angka yang tinggi soal kasus DBD ini dengan persentase sebesar 75 persen pada tahun 2013. Bila mengambil contoh kasus di Indonesia, penyebaran demam berdarah semakin luas dan angkanya hampir selalu bertambah setiap tahunnya.
Beberapa faktor yang menyebabkan luasnya penyebaran kasus ini diantaranya, suhu yang lebih tinggi dan curah hujan awal di banyak wilayah, khususnya di Asia Tenggara. Tidak ada pengobatan khusus untuk demam berdarah yang diperlukan adalah pendekatan inovatif dalam mencegah penyakit ini di tingkat masyarakat.
Pada peringatan ASEAN Dengue Day tahun ini, Kementerian Kesehatan mengungkapkan faktor kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat harus ditingkatkan dalam upaya mengurangi kasus DBD yang kian meningkat. Kemudian faktor terpenting juga datang dari pemerintah untuk senantiasa menjaga komitmen, layanan, dan inovasi. Komitmen pemerintah daerah juga penting karena merekalah yang mengontrol mitigasi di daerahnya, ujarnya.
Pilihan Editor: Mengenali Nyamuk Wolbachia Upaya Pencegahan DBD