TEMPO.CO, Jakarta - Pernah mendengar istilah hiperakusis? Ini adalah kondisi yang membuat penderitanya sangat terganggu dengan suara sehari-hari yang umum terdengar, seperti musik dan lalu lintas. Dalam beberapa kasus, suara keras diiringi sensasi lain seperti rasa sakit.
Buat penderita, suara keras selalu menyakitkan, bahkan suara dengan intensitas normal sekali pun. Sebagian merasa suara yang biasa terdengar setiap hari memicu rasa takut atau terganggu.
Baca juga:
Meski tak terlalu banyak diketahui, sebenarnya hiperakusis sama umumnya dengan kehilangan pendengaran. Sekitar 15 persen orang dewasa di Amerika Serikat (37,5 juta orang) berumur 18 tahun ke atas dilaporkan mengalami gangguan pendengaran. Sementara prevalensi hiperakusis diperkirakan 8-15 persen dari populasi umum.
Kondisi penderita hiperakusis tak bisa diukur dengan audiometer seperti orang yang kehilangan pendengaran. Cara umum untuk mengetahuinya adalah dengan menanyakan langsung pada penderita apakah merasa sensitif pada suara sehari-hari.
Gangguan pendengaran ini lebih umum pada perempuan dan lansia. Kemudian, para periset menemukan kondisi ini lebih umum pada penderita berbagai kondisi, seperti gangguan spektrum autisme, migrain, depresi, gangguan stres pascatrauma, dan kecemasan, juga pada penderita tinnitus.
Penyebab hiperakusis
Jika orang yang kehilangan pendengaran dikaitkan dengan volume suara maka tidak demikian dengan penderita hiperakusis. Mereka bisa saja terganggu suara bernada rendah seperti gemuruh, medium seperti orang bicara, dan tinggi seperti sirene atau siulan.
Penyebab hiperakusis mungkin kerusakan di bagian dalam telinga. Bisa juga karena cedera kepala atau paparan terus menerus terhadap suara keras. Migrain juga bisa jadi pemicu. Namun belum diketahui dengan jelas apa sebenarnya penyebabnya.
Bagaimana cara mengatasinya? Bisa secara psikologis atau dengan teknologi seperti lewat alat bantu yang bisa mengurangi volume suara atau intervensi medis pada bagian dalam telinga. Demikian dilansir dari Psychology Today.
Pilihan Editor: Apakah Hiperakusis Bisa Disembuhkan?