Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyibak Pseudo-Pembangunan Tersisa

image-gnews
Soeharto. Tempo/Gunawan Wicaksono
Soeharto. Tempo/Gunawan Wicaksono
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Soeharto, presiden kedua Republik Indonesia, adalah salah satu sosok ambigu dan kontroversial dalam sejarah negeri ini. Ia ambigu dalam banyak kebijakan ketika menjabat kepala negara dan kepala pemerintahan. Pun kontroversial dalam memperoleh kekuasaan dari Presiden Sukarno, menjalankan, dan mengalihkan kekuasaannya kepada wakilnya, B.J. Habibie. Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), tujuh kali terpilih sebagai presiden (sekitar 32 tahun), cara menjalankan kekuasaan yang represif-otoriter, prediksi jumlah kekayaan, hingga bisnis anak-cucunya adalah sedikit deretan kontroversinya.
 Tak mengherankan, meski sudah meninggal (27 Januari 2008), sosok berjulukan The Smiling General itu masih menjadi magnet yang menarik untuk didiskusikan. Ratusan artikel, penelitian, dan puluhan buku diterbitkan untuk memotret aspek kehidupannya. Buku berjudul The Life and Legacy of Indonesia's Second President karya Retnowati, putri Roeslan Abdulgani, adalah yang paling banyak dicari.

Sosok ambigu dan kontroversi Soeharto juga menjadi kajian di luar negeri. Silang pendapat antara profesor di Griffith University, Robert Edward Elson (penulis buku Soeharto, Political Biography, Oktober, 2001) dan peneliti dari Inggris, Peter Carey, dalam Asian Affairs volume Oktober, 2002, misalnya, direkam Asvi Warman Adam (Koran Tempo, 28 November 2005) dengan cerdas. 

Carey sulit menerima kesimpulan Elson bahwa Soeharto berjasa dalam membuat pertumbuhan ekonomi yang luar biasa selama memerintah. Sebaliknya, ia menegaskan, krisis keuangan 1997-1998 yang memorak-porandakan perekonomian Indonesia adalah salah satu akibat kebijakan yang salah.

***
Dalam menjalankan kekuasaannya, Soeharto dengan rezim Orde Barunya berpijak pada trilogi pembangunan: stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan. Asumsinya, dengan stabilitas nasional yang kondusif, pembangunan berjalan dengan baik. Hasil pembangunan tersebut dibagikan dan dirasakan rakyat dengan prinsip trickle down effect. Dalam trilogi pembangunan, stabilitas menjadi "dewa" yang tidak bisa dibantah. Atas nama Pancasila dan kepentingan rakyat, banyak gejolak langsung ditumpas dengan tangan besi. Peristiwa Malari, Talangsari, dan Tanjung Priok contohnya. Atas nama stabilitas pula harus ada penyeragaman dalam berbagai bidang dan profesi; stabilitas menjadi acuan untuk penyederhanaan partai; stabilitas mewajibkan pers bersuara seragam. Siapa pun yang melawan fardu ain hukumnya diberangus.

Berlawanan dengan yang terjadi di lapangan, pemikiran dan tindakan Soeharto terkesan sangat arif dan visioner. Salah satu rekaman pemikiran dan tindakan futuristik jenderal besar ini direkam mantan ajudannya yang kemudian menjadi Panglima TNI, Jenderal Wiranto. Rekaman itu dituangkan dalam buku berjudul 7 Tahun Menggali Pemikiran dan Tindakan Pak Harto. "Adalah tidak benar tuduhan-tuduhan yang mengatakan seolah-olah stabilitas nasional yang dikembangkan selama 30 tahun terakhir adalah untuk membatasi demokrasi, kebebasan, hak asasi manusia, dan sebagainya. Justru dengan stabilitas nasional, berbagai kegiatan pembangunan nasional bisa dilaksanakan. Bukan saja pembangunan di bidang ekonomi, tetapi juga pembangunan di bidang politik dan demokrasi. Demokrasi yang dibangun dan dikembangkan itu sendiri adalah demokrasi Pancasila, bukan demokrasi libera atau demokrasi ideologi lain" (halaman 19).

Buku ini terdiri atas delapan bab, yakni Politik, Perekonomian Nasional, Masalah Kerja Sama Internasional, Industrialisasi dan Penguasaan Teknologi, Pembangunan Pertanian, Masalah Kesejahteraan Rakyat, Lingkungan Hidup, serta Pribadi. Karya ini merupakan hasil dialog penulis selama tujuh tahun dengan Soeharto (1991-1997), termasuk tiga tahun ketika menjadi ajudan. 

Sebagai manusia dan penguasa, Soeharto memiliki kekurangan dan kelebihan. Salah satu kelebihannya adalah ia secara tegas mengkritik sikap dan tindakan Amerika Serikat dan sekutunya yang selalu mengatasnamakan pendekar HAM dan demokrasi untuk menekan negara-negara berkembang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Mereka berasal dari negara maju yang bisa berpikir rasional, kok menjadi penjajah kaliber besar, yang selama beratus-ratus tahun melakukan penjajahan. Kok sekarang dipercaya sebagai pendekar demokrasi. Mereka menginjak HAM dan demokrasi. Mereka mempraktekkan pelanggaran demokrasi, sekarang justru menuduh Indonesia yang melanggar dan mengklaim dirinya sebagai pembela HAM dan demokrasi. Itu yang tidak bisa kita mengerti, kenapa?" (halaman 78). 

Sikap ambigu dan kontroversial Soeharto yang mencolok mata lainnya adalah mengeluarkan keputusan presiden tentang tata niaga cengkeh dan mobil nasional, misalnya. Padahal dalam buku ini diungkapkan, "Saya selalu wanti-wanti kepada mereka untuk selalu berhati-hati dan mengikuti aturan yang berlaku. Saya biarkan mereka mengikuti irama usaha di negara kita" (halaman 509).

Tepat kritik John Monfries yang dikutip Asvi bahwa kelemahan Soeharto adalah tidak bisa membedakan kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Buku ini menjadi bukti perbedaan yang kontras antara pemikiran, sikap, dan tindakan Soeharto dalam mengimplementasikan idealismenya selama 32 tahun. Lumrah bila ia pun tidak bisa menempatkan diri secara proporsional sebagai kepala negara/pemerintahan yang bersifat publik dan bapak atau kakek yang bersifat privat.

Secara umum, tak ada hal mengejutkan dalam buku tebal ini. Meski Soeharto telah 13 tahun lengser, dan mangkat tiga tahun lalu, Wiranto sepertinya masih sungkan untuk bersikap kritis terhadapnya. Semua naskah yang berasal dari rekaman ditranskrip apa adanya. Sikap ewuh pakewuh itu sebangun dengan yang diucapkan setelah Soeharto mundur dari jabatannya pada 21 Mei 1998. "ABRI akan melindungi semua mantan presiden beserta keluarganya."

* Dudi Sabil Iskandar
Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Mercu Buana, Jakarta

Judul buku : 7 Tahun Menggali Pemikiran dan Tindakan Pak Harto
Penulis : Wiranto
Penerbit : Citra Kharisma Bunda
Tebal : xiv + 522 halaman
Tahun terbit : 2011

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Peluncuran Buku Majukan Perdagangan Bersama Zulhas

5 Februari 2024

Peluncuran Buku Majukan Perdagangan Bersama Zulhas

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan kembali menyoroti pentingnya kolaborasi sebagai kunci keberhasilan dalam memajukan sektor perdagangan Indonesia.


IKAPI Kecam dan Batal Hadiri Frankfurt Book Fair 2023, Begini Sejarah Ikatan Penerbit Indonesia

17 Oktober 2023

Frankfurt Book Fair (FBF). Ikapi
IKAPI Kecam dan Batal Hadiri Frankfurt Book Fair 2023, Begini Sejarah Ikatan Penerbit Indonesia

Simak sejarah IKAPI yang salah satu pelopornya merupakan sastrawan Sutan Takdir Alisjahbana. IKAPI mengecam dan batal hadiri Frankfurt Book Fair 2023


Buku Awan Merah: Cerita Colombus hingga Cyrus Habib dalam Refleksi Rohaniwan

28 September 2023

Suasana peluncuran Buku Awan Merah: Catatan Sepanjang Jalan di Yogyakarta Selasa, 26 September 2023. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Buku Awan Merah: Cerita Colombus hingga Cyrus Habib dalam Refleksi Rohaniwan

Rohaniwan yang juga pengajar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Baskara T. Wardaya menulis buku bertajuk Awan Merah: Catatan Sepanjang Jalan.


4 Tahapan Membuat ISBN, Penuhi 8 Syarat ini

11 Mei 2022

Ilustrasi wanita sedang membaca buku. Unsplash/Streetwindy
4 Tahapan Membuat ISBN, Penuhi 8 Syarat ini

Begini cara mengajukan permohonan ISBN dengan memenuhi 8 syarat teknis. Apa saja?


Lowongan Kerja Balai Pustaka bagi Lulusan D3 dan S1, Berikut Kualifikasinya

9 September 2021

Gedung Balai Pustaka, Jakarta. [TEMPO/ Hidayat SG
Lowongan Kerja Balai Pustaka bagi Lulusan D3 dan S1, Berikut Kualifikasinya

PT Balai Pustaka membuka lowongan kerja bagi lulusan D3 dan S1.


Sandiaga Uno Dukung Penerbitan Buku Wisata Halal Indonesia

2 Juli 2021

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 14 Juni 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sandiaga Uno Dukung Penerbitan Buku Wisata Halal Indonesia

Sejumlah daerah di Indonesia juga telah menerapkan dan mengembangkan konsep wisata halal.


Cara Dapat Uang Dari Wattpad, Jangan Lewatkan 6 Tips ini

29 Mei 2021

Wattpad. support.wattpad.com
Cara Dapat Uang Dari Wattpad, Jangan Lewatkan 6 Tips ini

Di era serba digital, cara dapat uang dari Wattpad pun bisa dilakukan oleh mereka yang suka menulis. Simak tipsnya.


Program Nulis dari Rumah, Stimulus untuk Penulis dan Penerbit

6 Oktober 2020

Ilustrasi perempuan menulis. shutterstock.com
Program Nulis dari Rumah, Stimulus untuk Penulis dan Penerbit

Pemerintah memberikan stimulus untuk penulis dan penerbit melalui program "Nulis dari Rumah".


London Book Fair, Penerbit Asing Borong Hak Terbit Buku Indonesia

13 Maret 2019

12 Rights Buku Indonesia Terjual di London Book Fair Hari Pertama. Tempo/Erwin Zachri
London Book Fair, Penerbit Asing Borong Hak Terbit Buku Indonesia

Pada hari pertama pameran buku London Book Fair (LBF) 2019, Indonesia sudah membukukan penjualan hak penerbitan untuk 12 judul buku.


Buku Ucok Homicide Soal Hip Hop Dalam 1 Dekade Beredar

30 Agustus 2018

Elevation Books mengeluarkan buku Ucok Homicide, Flip Da Skrip: Kumpulan Catatan Rap Nerd dalam Satu Dekade, di pengujung Agustus. Istimewa
Buku Ucok Homicide Soal Hip Hop Dalam 1 Dekade Beredar

Penerbit buku independen Elevation Books belum kapok membidani kumpulan tulisan Herry Sutresna aka Ucok Homicide.