TEMPO Interaktif, Jakarta - Inhaler didesain untuk membantu pengidap bronkitis dan empisema kronis agar tetap bisa bernafas dan menghindari risiko kematian akibat sesak nafas. Namun penggunaan inhaler dalam jangka panjang justru bisa meningkatkan risiko kematian.
Temuan baru itu diungkapkan dalam British Medical Journal baru-baru ini. Penelitian dilakukan oleh ilmuwan dari University of East Anglia dan tiga universitas Amerika. Di situ disebutkan bahwa penggunaan Tiotropiun Respimat (dikenal juga dengan Sprivia Respimat), zat pembuat inhaler, bisa meningkatkan risiko kematian lebih dari 50 persen.
Di Inggris, pengidap bronkitis dan empisema kronois telah menyerang tiga juta orang dan menyebabkan 24 ribu kematian pada 2005. Pengidap Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), sebutan untuk penderita bronkitis dan empisema kronis, kebanyakan menggunakan inhaler untuk membantu mereka dalam bernafas. Penggunaan pada 2010 menunjukan bahwa lebih dari setengah juta orang pengidap mendapat resep inhaler Tiotropium.
Inhaler Tiotropium telah tersedia secara internasional sejak beberapa tahun lalu. Adapun inhaler Tiotropium Respimat telah diluncurkan produknya belakangan dan digunakan di Inggris dan Eropa. Namun, lembaga pengawas makanan dan obat Amerika (Food and Drug Administration/FDA) tidak menjamin penggunaan Tiotropium Respimat di Amerika karena menilai perlu uji coba lebih lanjut.
"Kami menganalisa lima uji coba klinis terhadap 6.500 orang. Dan risiko kematian pada pasien yang menggunakan inhaler jenis ini mencapai 52 persen lebih tinggi," kata Dr Yoon Loke dari Norwich Medical School, University of East Anglia.
Yoon Loke mengungkapkan, pihaknya mengestimasi adanya satu tambahan kematian pada setiap 124 pasien yang menggunakan Tiotropium Respimat selama setahun. Beberapa dari risiko ini muncul dari pasien yang sekarat akibat kacaunya ritme kerja jantung karena potensi efek kebalikan dari Tiotropium.
Loke dan ilmuwan koleganya dari Amerika meneliti risiko inhaler Tiotropium Respimat setelah membaca risalah rapat FDA yang mendiskusikan meningkatnya jumlah kematian dalam uji coba klinis Tiotropium Respimat. Setelah menganalisa data yang dipresentasikan dalam dokumen FDA, mereka menyimpulkan bahwa adanya indikasi yang jelas tentang meningkatnya risiko kematian, khususnya yang berkaitan dengan masalah jantung.
"Sejak itu kami telah menemukan bahwa, karena alasan keamanan, Tiotropium Respimat tidak dijamin FDA untuk digunakan di Amerika," ujar Loke.
Loke mengatakan ada alternatif inhaler yang bisa digunakan pengidap bronkitis dan empisema kronis. Pasien yang kini terlanjur menggunakan Tiotropium Respimat tidak harus menghentikan alat itu tiba-tiba, namun harus tetap mengonsultasikannya ke dokter terhadap kemungkinan mengganti dengan resep lain. Maka, karena Tiotropium Respimat dapat menyebabkan efek kebalikan terhadap ritme jantung, pasien dengan riwayat dengan detak jantung tidak beraturan juga harus mewaspadai inhaler jenis ini.
AMIRULLAH | MEDIACALNEWSTODAY.COM