"Kami berbeda paham dengan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional)," Ranggi menambahkan. Menurut BETA-UFO, crop circle tersebut bukan buatan manusia. Karena ada unsur nikel di daerah yang tidak memiliki kandungan nikel sama sekali. Lalu padi di sekitar area pun tidak patah seperti ditimpa benda berat, melainkan rebah. "Itu
biasanya disebut efek ion plasma," ujar pria 27 tahun ini. Tapi memang kesimpulan soal siapa pelakunya, itu masih misteri.
Tapi apakah mereka benar-benar percaya pada keberadaan makhluk luar angkasa? “Mungkin orang awam melihat komunitas ini sangat percaya terhadap fenomena UFO, tapi justru sebagian besar anggota kami ini orang yang skeptis,” ujar Ranggi. Skeptisme itulah yang menuntun mereka untuk meneliti.
Menurut Ranggi, anggota BETA-UFO terbagi ke dalam tiga kategori. Pertama, anggota yang percaya penuh akan kehadiran UFO. Lalu, anggota yang skeptis, tidak percaya akan kehadiran UFO. Dan terakhir skepticbeliever, anggota yang skeptis tapi cenderung percaya
akan keberadaan makhluk di luar manusia. "Tipikal anggota ketiga ini bisanya kritis dan referensi analisis cenderung ke arah mainstream science, seperti fisika atau astronomi," kata pria yang memiliki latar belakang Teknik Lingkungan ini.
Dengan tipikal yang berbeda-beda tersebut, saat ini komunitas yang berdiri pada 1997 itu berhasil menjaring 4.000 anggota di seluruh Indonesia dan dunia, dengan usia 13-68 tahun. Untuk bergabung cukup mudah, tinggal memilih di salah satu media ini, yaitu Facebook BETA-UFO, atau milis betaufo@yahoogroups.com atau twitter @betaufo. Tercatat ada 17 regional dan tiga perwakilan komunitas di Singapura, Amsterdam, serta Amerika. "Kami ini komunitas pengamat UFO yang tertua, terbesar, dan mengamati fenomena ini dengan
paling serius," ujar Ranggi.
Untuk kawasan...