TEMPO.CO, Jakarta—Jakarta Fashion Week 2016 bakal memasuki gelaran puncaknya malam nanti. Penutupan JFW bakal diwarnai dengan Dewi Fashion Knights. Ini merupakan ajang bergengsi desainer Indonesia versi majalah mode Dewi, salah satu produk majalah Grup Femina, selaku salah satu majalah wanita tertua di Indonesia.
Tahun ini, panel DFK—begitu biasanya ajang ini disebut—memilih lima desainer. Mereka antara lain, Peggy Hartanto, Lulu Luthfi Labibi, Felicia Budi, Haryono Setiadi dan desainer aksesoris ternama Rinaldy A yunardi. Dari kelima nama tersebut, Haryono Setiadi menjadi satu-satunya nama yang belum akrab di telinga penduduk Indonesia. “Saya sudah 17 tahun tinggal di Australia,” ujar Haryono kepada Tempo, Kamis, 29 Oktober 2015.
Haryono, memang kelahiran Indonesia, tapi kini sudah berstatus sebagai penduduk Australia. Awalnya, Haryono memulai pendidikannya dalam bidang ekonomi, dan bahkan sempat bekerja sebagai akuntan. “Tapi kok saya merasa kalau itu tidak sesuai dengan keinginan saya,” ujar dia.
Belakangan, dia memutuskan untuk banting setir menjadi desainer pakaian. Haryono sempat magang terlebih dahulu pada sejumlah desainer di Australia sebelum akhirnya memulai labelnya sendiri di Sydney. Tahun ini, Haryono—yang dikenal dengan rancangan pakaian yang penuh detail—dinominasikan sebagai salah satu finalis ajang bergengsi International Woolmark Prize asal Australia. Ajang ini dulunya melahirkan desainer semacam Yves Saint Laurent hingga Karl Lagerfeld.
Selain Haryono, kiprah desainer muda Peggy Hartanto juga menarik untuk disimak. Tahun ini, Peggy sudah sempat menggelar koleksinya di Melbourne Fashion Festival. Ini merupakan buah dari kerjasama Indonesia-Australia. Peggy dikenal dengan rancangan pakaiannya yang rapi, minim detail dengan potongan pakaian yang unik. Saking populernya, rancangan Peggy bahkan ditiru banyak toko daring di Indonesia.
Kiprah jawara Lomba Perancang Mode Femina 2011 Lulu Luthfi Labibi juga menarik untuk disimak. Desainer asal Yogyakarta ini terpilih menjadi DFK atas desainnya yang unik. Motif lurik, serta teknik draperi menjadi salah satu ciri khas lulusan ISI Yogyakarta ini. “Saya bakal menunjukkan koleksi yang sedikit berbeda dengan apa yang selama ini dikenal,” ujar Lulu. Eksplorasi motif lurik, kata dia, tidak bakal terlalu mendominasi dalam koleksinya untuk DFK.
Sementara itu, Felicia Budi yang dikenal dengan label Fbudi menjanjikan eksplorasi material yang bakal menarik dalam peragaannya malam ini. “Saya bakal mengeksplorasi teknik tenun. Tapi jangan anda bayangkan tenun yang diolah itu mirip dengan versi tenun yang anda kenal,” ujar Felicia. Ciri khas Felicia memang terletak pada kemampuannya untuk mengeksplorasi beragam material untuk pakaian. Misalkan saja, pada tahun lalu dia menggunakan bahan tyvek untuk koleksi pakaiannya. Bahan ini mirip kertas, namun bisa dicuci.
Sedangkan Rinaldy A Yunardi, sudah dikenal luas sebagai desainer aksesori terkemuka. Rinaldy yang memulai kariernya secara otodidak, bisa dibilang sebagai desainer aksesori kesayangan para desainer mode. Biyan Wanaatmadja, Sebastian Gunawan, hingga Mel Ahyar adalah langganan kolaborasi Rinaldy. Baru-baru ini, majalah Harper's Bazaar Indonesia, bahkan membikinkan sesi foto khusus karya Rinaldy dalam halaman majalah mereka.
SUBKHAN J. HAKIM