Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hidup Lebih Sehat dengan Banyak Bergerak  

image-gnews
AP/Andrew Burton
AP/Andrew Burton
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 26,1 persen penduduk Indonesia rupanya masih tergolong memiliki gaya hidup kurang beraktivitas fisik. Angka ini diketahui dari data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 lalu. Beberapa komunitas menilai pentingnya mendorong masyarakat untuk beraktivitas fisik melalui kampanye Brrrgerak 30. Kampanye mengingatkan pentingnya beraktivitas minimal 30 menit per hari. Lebih banyak bergerak akan lebih sehat. 

Andi Kurniawan, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, menjelaskan aktivitas 30 menit sehari atau 150 menit per minggu terbukti dapat menurunkan risiko berbagai macam penyakit menular."Banyak peneliti telah membuktikan. Hal ini berpengaruh erat pada tingkat kebugaran, status berat badan, kesehatan tulang, dan kesehatan saraf,” ujarnya melalui siaran pers yang diterima Tempo, Rabu, 4 November 2015.

Lebih spesifik, Simon Salim, dokter ahli penyakit dalam subjantung, menjelaskan  berjalan cepat atau berolahraga dengan intensitas sedang sebanyak 30 menit, lima kali dalam seminggu dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner sebanyak 19 persen. Angka ini setara hampir seperlima kali lebih rendah. Dia menyarankan agar masing-masing bisa berjalan cepat minimal 10 ribu langkah per hari. 

“Bagi yang sudah sering melangkah, jangan cepat puas karena menambah olahraga 30 menit masih memberikan manfaat tambahan, " ujar dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini. 

Kurangnya aktivitas rupanya juga berpengaruh pada masalah pencernaan. Kurang aktivitas fisik menjadi salah satu faktor terciptanya konstipasi, yakni keadaan frekuensi buang air besar hanya kurang dari atau dua kali seminggu dan feses dalam kondisi keras.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Tiga hal utama yang harus dievaluasi untuk pasien yang mengalami konstipasi adalah diet, jumlah konsumsi air dan aktivitas fisik,"  ujar  Ari Fahrial Syam, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Gastroenterologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. 

Selain berpotensi dapat meningkatkan risiko sakit jantung atau gangguan pencernaan, data WHO dalam terbitan “Global Health Risk: Morality and Burden of Deases Attributable to Selected Major Risk” menunjukkan kurangnya aktivitas fisik, termasuk dalam atribut kematian peringkat keempat tertinggi setelah hipertensi (darah tinggi), diabetes, dan merokok. 


DINI TEJA 

 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

19 hari lalu

Ilustrasi label lolos uji keamanan pangan pada kemasan air minum dalam kemasan.
Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).


Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

18 Mei 2022

Dirjen Binwasnaker dan K3 Kemnaker, Haiyani Rumondang.
Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.


Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

8 Maret 2022

Ilustrasi wanita pakai masker sambil bekerja. Freepik.com
Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.


Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

30 Desember 2021

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock
Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.


Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

20 Desember 2021

Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com
Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan


Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

18 November 2021

Ilustrasi Asam Lambung.(TEMPO/Gunawan Wicaksono)
Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.


Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

13 November 2021

Ilustrasi pria sakit demam. shutterstock.com
Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.


Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

11 November 2021

Ilustrasi wanita berjalan kaki. Freepik.com/Katemangostar
Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.


Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

30 Oktober 2021

Ilustrasi hidung. shutterstock.com
Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?


5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

24 Oktober 2021

ilustrasi sakit kepala (pixabay.com)
5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.