TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 26,1 persen penduduk Indonesia rupanya masih tergolong memiliki gaya hidup kurang beraktivitas fisik. Angka ini diketahui dari data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 lalu. Beberapa komunitas menilai pentingnya mendorong masyarakat untuk beraktivitas fisik melalui kampanye Brrrgerak 30. Kampanye mengingatkan pentingnya beraktivitas minimal 30 menit per hari. Lebih banyak bergerak akan lebih sehat.
Andi Kurniawan, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, menjelaskan aktivitas 30 menit sehari atau 150 menit per minggu terbukti dapat menurunkan risiko berbagai macam penyakit menular."Banyak peneliti telah membuktikan. Hal ini berpengaruh erat pada tingkat kebugaran, status berat badan, kesehatan tulang, dan kesehatan saraf,” ujarnya melalui siaran pers yang diterima Tempo, Rabu, 4 November 2015.
Lebih spesifik, Simon Salim, dokter ahli penyakit dalam subjantung, menjelaskan berjalan cepat atau berolahraga dengan intensitas sedang sebanyak 30 menit, lima kali dalam seminggu dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner sebanyak 19 persen. Angka ini setara hampir seperlima kali lebih rendah. Dia menyarankan agar masing-masing bisa berjalan cepat minimal 10 ribu langkah per hari.
“Bagi yang sudah sering melangkah, jangan cepat puas karena menambah olahraga 30 menit masih memberikan manfaat tambahan, " ujar dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini.
Kurangnya aktivitas rupanya juga berpengaruh pada masalah pencernaan. Kurang aktivitas fisik menjadi salah satu faktor terciptanya konstipasi, yakni keadaan frekuensi buang air besar hanya kurang dari atau dua kali seminggu dan feses dalam kondisi keras.
“Tiga hal utama yang harus dievaluasi untuk pasien yang mengalami konstipasi adalah diet, jumlah konsumsi air dan aktivitas fisik," ujar Ari Fahrial Syam, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Gastroenterologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Selain berpotensi dapat meningkatkan risiko sakit jantung atau gangguan pencernaan, data WHO dalam terbitan “Global Health Risk: Morality and Burden of Deases Attributable to Selected Major Risk” menunjukkan kurangnya aktivitas fisik, termasuk dalam atribut kematian peringkat keempat tertinggi setelah hipertensi (darah tinggi), diabetes, dan merokok.
DINI TEJA