TEMPO.CO, Jakarta - Ada banyak hal yang dilakukan pekerja seni dalam mengekspresikan rasa cintanya terhadap Indonesia. Oscar Lawalata, misalnya, ia menunjukkan rasa cintanya dengan membuat sebuah gerakan “I am Indonesian” dan mengkampanyekannya.
"Buat saya, fesyen itu bukan hanya soal pakaian, tapi juga bagaimana para pelaku seni, tak hanya seniman yang mengenakan baju tersebut, juga menunjukkan rasa cintanya kepada karya tersebut," ujar Oscar saat ditemui seusai jumpa pers Potret 100 Pekerja Seni dalam Bingkai “I am Indonesian” di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Senin, 10 Oktober 2016.
Pria kelahiran Pekanbaru, 1 September 1977, ini juga menjelaskan, gerakan “I am Indonesian” yang ia dirikan tak hanya berhasil dalam karya-karya yang ia tuangkan. "Sebagai pekerja seni, saya juga sering berinteraksi dengan seniman (perajin kain). Saya tahu dan lihat, di hati kecil mereka, mereka bangga," kata Oscar.
Ia menyadari ada banyak filosofi, kasih, dan kehangatan dalam selembar kain yang mereka hasilkan. Inilah yang membuatnya semakin mencintai Indonesia. "Dari pengalaman tersebut, saya sadar bahwa Indonesia memiliki keindahan budaya Nusantara yang tidak dimiliki bangsa lain dan seharusnya menjadi kebanggaan bagi kita," ujar pemilik nama lengkap Oscar Septianus Lawalata ini.
Hal inilah yang mendorong ia mencetuskan sebuah gerakan yang mampu meningkatkan kebanggaan sehingga setiap orang akan berkata “I am Indonesian”. "Ini adalah satu statement bahwa kita benar-benar bangga dengan keindonesiaan kita," kata kakak kandung aktor Mario Lawalata ini.
Ia mengatakan, dengan adanya arus globalisasi, budaya luar bisa masuk dengan mudah ke Nusantara. Menurut dia, sah saja jika budaya tersebut kemudian bisa diterima, "Tapi jangan lupa untuk bangga menjadi orang Indonesia," katanya.
Melalui kampanye ini, ia bersama Galeri Indonesia Kaya serta fotografer Glenn Prasetya menggelar pameran fotografi 100 pekerja seni di Grand Indonesia. Unsur Indonesia ia tampilkan dalam kain tenun dan linen berwarna putih yang ia sulap menjadi 100 pakaian bernuansa Indonesia yang dikenakan 100 pekerja seni.
DINI TEJA