TEMPO.CO, Jakarta -Judy Slater terkejut saat terbangun dari tidur. Warga Pulaski, Pennsylvania, Amerika Serikat itu tak bisa menggerakkan tubuh. Perempuan 58 tahun itu berusaha berdiri tapi langsung terjatuh. Bagian tubuh kirinya lumpuh. Ia tak mampu mengangkat tangan dan kakinya. Slater terkena stroke. Sejak Mei 2015, ia harus memakai penyangga untuk bisa berjalan. Sedangkan tangannya tetap lumpuh.
Pertengahan tahun lalu, Slater mendapat tawaran dari Cleveland Clinic Neurological Institute untuk menjalani operasi penanaman elektrode di otak dengan teknik deep brain stimulation. Prosedur operasi ini telah diperkenalkan sejak 30 tahun lalu tapi ini untuk pertama kalinya diterapkan pada pasien stroke. “Saya sangat cemas. Anda tentu tak mau otak Anda dijadikan ‘kelinci percobaan’ bukan?” ujar Slater sebelum naik ke meja operasi pada 19 Desember lalu. Tapi ia ingin tahu apakah operasi itu benar-benar dapat meyembuhkan pasien stroke.
Baca juga: Bingung Pilih Olahraga yang Cocok? Simak Dulu Ini
Taruna Ikrar, guru besar asal Indonesia di Divisi Neurobiologi University of California, Irvine, Amerika Serikat, mengatakan operasi itu dilakukan dengan cara mengimplantasi neurostimulator. Alat itu berfungsi mengirim impuls atau gelombang listrik ke area khusus di otak yang menjadi titik target pengobatan.
Ia mengatakan biasanya teknik ini digunakan untuk gangguan otak yang berhubungan dengan masalah gerak berlebih, seperti parkinson dan distonia. “Kalau yang berhubungan dengan stroke masih menjadi tanda tanya,” kata Taruna dalam surat elektronik kepada Tempo pekan lalu. Lantaran berhubungan dengan saraf pada bagian otak, teknik operasi ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena bisa mengakibatkan komplikasi berat.
Dalam kasus Slater, elektrode akan mengirim arus listrik tegangan rendah ke otak. Selanjutnya, metode ini diharapkan dapat merangsang terjadinya proses aliran listrik di otak. Akan tetapi, menurut Taruna, cukup sulit terjadi regenerasi otak setelah terkena stroke. “Untuk regenerasi otak, yang terbaik adalah dengan teknik pengobatan yang kami beri nama Advanced Medicine,” katanya.
Advanced Medicine adalah gabungan dari lima prinsip dasar pengobatan, yakni terapi sel untuk mengganti sel saraf yang rusak, stimulasi faktor pertumbuhan untuk merangsang pembentukan regenerasi otak, terapi partikel yang membantu terjadinya agregasi atau pembentukan sel-sel saraf dan vaskularisasi, terapi nano (partikel kecil yang bisa menembus otak), serta modifikasi angiogenesis.
Selanjutnya: Ada tiga jenis stroke yang umum terjadi