Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Obesitas di Dunia Naik 10 Kali Lipat. Bagaimana di Indonesia?

image-gnews
24_kosmo_obesitasjunkfood
24_kosmo_obesitasjunkfood
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Rabu 11 Oktober lalu merilis bahwa populasi anak dan remaja yang kegemukan alias obesitas sudah naik sepuluh kali lipat dalam empat puluh tahun terakhir. Kondisi tersebut telah menjadi krisis kesehatan global yang mengancam akan bertambah parah kecuali tindakan drastis dilakukan.

Pada Hari Kegemukan Dunia, WHO dan Imperial College London menyiarkan studi terkini mereka mengenai kegemukan pada anak-anak dan remaja di seluruh dunia, yang disiarkan di jurnal medis Lancet. Badan kesehatan dunia itu menganalisis ukuran berat dan tinggi dari hampir 130 juta orang yang berusia di atas lima tahun, termasuk 31,5 juta yang berusia lima sampai 19 tahun dan 97,4 juta yang berusia 20 tahun dan lebih, sehingga menjadikannya jumlah peserta paling banyak yang pernah terlibat dalam studi epidemiologi. Baca: Berusia 40 Tahun ke Atas? Deteksi Tumor Otak dengan Cek MRI
 

WHO mencatat lebih dari 1.000 kontributor ikut dalam studi tersebut, yang meneliti indeks massa tubuh dan bagaimana kegemukan telah berubah di seluruh dunia dari 1975 sampai 2016. Jumlah itu memperlihatkan bahwa angka obesitas pada anak-anak dan remaja di dunia naik dari kurang satu persen, atau sebanyak lima juta anak perempuan dan enam juta anak lelaki, pada 1975 menjadi hampir enam persen anak perempuan (50 juta) dan hampir delapan persen anak lelaki (74 juta) pada 2016.

Kondisi itu tidak ubahnya dengan Indonesia. Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Eni Gustina memaparkan, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan, persentase penduduk laki-laki dan perempuan obesitas meningkat. Hasil riset pada 2013 itu didapati bahwa obesitas perempuan dewasa mencapai 32,9 persen. Angka ini meningkat dari 2007 dan 2010 yang masing-masing sebanyak 13,9 persen dan 15,5 persen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bila dibandingkan dengan laki-laki, angka obesitas perempuan lebih tinggi. Data yang diolah Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan itu memperlihatkan, obesitas laki-laki dewasa atau berusia di atas 18 tahun, adalah 19,7 persen pada 2013. Meski begitu, angka itu naik dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 13,9 persen pada 2007 dan 7,8 persen di 2010.

Eni mengatakan ada banyak faktor penyebab obesitas. Misalnya, pola makan, aktivitas fisik, dan faktor genetik. Obesitas, kata Eni, berisiko memunculkan penyakit tidak menular. "Bukan mematikan. Dia (obesitas) beresiko terhadap penyakit tidak menular, misalnya jantung, hipertensi, diabetes melitus, dan ginjal," kata Eni di Ruang Rapat Gedung Sujudi Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Jumat, 13 Oktober 2017. Baca: Tips Mencegah Tumor Otak

Adapun obesitas dapat dicegah dengan memulai pola hidup sehat. Misalnya, membatasi asupan makanan berlemak dan olahraga setiap hari dengan waktu minimal 30 menit. "Makan sayur dan buah, karbohidratnya sepertiga saja," ujar Eni.

Selain obesitas menurut Global Nutrition Report pada 2014, Indonesia juga mengalami dua masalah gizi lain, yaitu permasalahan itu adalah stunting (pendek), wasting (kurus). Menurut Eni, seseorang yang mengidap obesitas dapat diukur dari tinggi dan berat badan. Untuk usia dewasa, rumusan berat badan ideal adalah tinggi badan (TB) dikurangi 100 (TB-100). Hasilnya pun kembali dikurangi 10 persen dari (TB-100). Ringkasnya, rumusan berat badan ideal adalah (TB-100)-0,1(TB-100). "Nanti ada standar deviasinya. Kalau ukuran 20 persen dianggap sudah kurus, lebih dari 20 persen obesitas," ujar Eni.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Waspada Dampak Obesitas pada Anak

1 hari lalu

Ilustrasi anak obesitas. Nursenaomi.com
Waspada Dampak Obesitas pada Anak

Dampak obesitas pada anak terhadap harapan hidup sangat besar.


Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

1 hari lalu

Ilustrasi perempuan olahraga di gym. Foto: Freepik.com/Jcomp
Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.


Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

5 hari lalu

Ilustrasi wanita lari di atas tangga. Unsplash.com/EV
Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot


Risiko Diabetes dan Obesitas Lebih Tinggi pada Pekerja Shift Malam

6 hari lalu

Seorang perawat beristirahat saat bekerja pada shift malam di sebuah rumah sakit di Cremona, Italia, 8 Maret 2020, dalam gambar ini diperoleh dari media sosial. Francesca Mangiatordi via REUTERS.
Risiko Diabetes dan Obesitas Lebih Tinggi pada Pekerja Shift Malam

Hanya beberapa hari bekerja jadwal shift malam dapat mempengaruhi perkembangan kondisi metabolik kronis dengan risiko diabetes dan obesitas.


Cuaca Panas Ekstrem Sebabkan Heat Stroke, Ini yang Perlu Diwaspadai

11 hari lalu

Ilustrasi heat stroke. Shutterstock
Cuaca Panas Ekstrem Sebabkan Heat Stroke, Ini yang Perlu Diwaspadai

Cuaca panas ekstrem yang terjadi di Asia berpotensi menyebabkan heat stroke. Apa saja yang perlu diwaspadai?


Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

12 hari lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (tengah) didampingi oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Mendagri Tito Karnavian, MenPAN-RB Azwar Anas, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta sekaligus Kasetpres Heru Budi Hartono saat meresmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama atau Hospital Based (PPDS RSPPU) di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, Senin, 6 Mei 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

14 hari lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.


6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

14 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?


Olahraga Malam Hari Disebut Lebih Bermanfaat bagi Orang Obesitas

20 hari lalu

Ilustrasi anak obesitas berolahraga. Kevin Frayer/Getty Images
Olahraga Malam Hari Disebut Lebih Bermanfaat bagi Orang Obesitas

Penelitian mengklaim olahraga pada malam hari bisa memberi lebih banyak manfaat kesehatan bagi orang obesitas dan diabetes tipe 2.


Parto Patrio Operasi Batu Ginjal, Kenali Gejala dan Penyebab Batu Ginjal

20 hari lalu

Parto Patrio  di Trans TV, Jakarta, 13 November 2002. [TEMPO/ Rendra].
Parto Patrio Operasi Batu Ginjal, Kenali Gejala dan Penyebab Batu Ginjal

Komedian Parto Patrio sedang menjalani pemulihan usai operasi batu ginjal. Lantas, apa yang menyebabkan dan tanda-tanda dari penyakit ini?