TEMPO.CO, Jakarta - Dengan tujuan membandingkan atau membuktikan diri lebih baik, orang tua yang suka membandingkan pola asuh anak kerap meluncurkan kalimat dan pertanyaan yang sukses membuat orang tua lainnya galau.
Pertanyaan mereka sederhana tapi menohok dan membuat orang berpikir, apa iya saya salah mengasuh anak? Apa benar anak saya lebih buruk daripada anak lain? Padahal kita semua tahu, menjadi orang tua bukanlah kompetisi. Lantas mengapa harus menjadi berkompetisi? Baca: Mau Jadi Paspampres, Harus Ganteng? Simak Syaratnya
Mary Beth McClure, terapis keluarga dan pernikahan berlisensi dari California, Amerika Serikat mengatakan ada empat hal yang bisa dilakukan bila bertemu dengan orang tua kompetiti yang tidak menyenangkan. Jika terbawa perasaan, Anda bisa stres, sedih hingga menyalahkan diri sendiri. Ini 4 cara yang bisa ditempuh dalam menghadapi orang tua yang suka berkopetisi:
1. Sugesti Diri
Mungkin Anda tidak bisa melawan argumen para mompetitor yang pandai bersilat lidah. Jika ada orang lain membuat Anda tidak nyaman dengan gaya asuh yang Anda terapkan, McClure menyarankan Anda sugesti diri dengan hal positif.
“Situasi seperti itu hanya membutuhkan apa yang saya sebut 'suara baik' dalam praktik saya, yaitu mengingatkan diri sendiri bahwa kita semua sudah melakukan yang terbaik semampu kita dalam setiap momen yang ada,” kata McClure.
2. Mengingatkan
Orang tua yang suka berkompetisi sering kali tidak bermaksud menyakiti, hanya saja tidak menyadari apa yang dikatakan mempengaruhi suasana hati orang lain. “Mereka harus diingatkan, apa yang mereka katakan mungkin menyakiti orang lain,” kata McClure.
3. Jangan Terpengaruh Media Sosial
Bentengi diri Anda terhadap apa yang Anda lihat di media sosial. “Pikirkan soal sifat alami medsos. Orang, terutama para orang tua yang suka berkompetisi, tidak akan mengunggah sesuatu yang negatif tentang anak mereka, jadi ingatlah bahwa ada sisi lain di balik kehidupan di media sosial yang tidak Anda lihat. Jika ada orang tua yang terus membuat Anda merasa tidak nyaman, tidak usah mengikuti atau membuka akun media sosialnya, semudah itu,” kata McClure. Baca: Trauma Terjadi karena Masalah Amygdala di Otak, Apa itu?
4. Percayalah kepada Anak
Sesungguhnya yang tahu apakah yang Anda lakukan sudah benar, ya Anda dan anak. Yakinlah pada intuisi Anda dan perkuat dengan pendapat anak, terutama jika anak sudah bisa diajak berkomunikasi.
“Mintalah anak berpendapat dan mengutarakan pengalaman mereka, apa saja hal yang menyenangkan dan tidak dalam kehidupan mereka. Dengan cara ini, Anda bisa mengevaluasi hal apa yang bisa terus dilakukan dan apa yang harus diubah dari gaya asuh Anda,” kata McClure.