TEMPO.CO, Jakarta - Suicide Postvention merupakan kegiatan yang mengacu pada pengurangan risiko dan mempromosikan penyembuhan setelah seseorang yang dikenalnya meninggal akibat bunuh diri.
Postvensi disebut juga sebagai pencegahan. Upaya pencegahan dalam hal ini mencakup mengurangi risiko dan mempromosikan penyembuhan bagi keluarga dekat yang ditinggalkan akibat kematian bunuh diri. Serta menjangkau masyarakat untuk mendukung kelompok yang lebih luas akibat kematian seseorang dengan bunuh diri, termasuk teman, rekan kerja, responden pertama, penyedia perawatan, dan lainnya. Baca: Heboh Dapur Mulan Jameela, Simak 5 Tips Bikin Dapur Lebih Menarik
Pencegahan bunuh diri seharusnya berupa tiga tindakan, yaitu pencegahan, intervensi, dan postvensi. Namun sayangnya, postvensi masih belum disadari oleh sebagian masyarakat. Sudah saatnya membuat postvention sebagai bagian integral dari pencegahan bunuh diri yang komprehensif.
Dilansir dari Suicide Prevention Resource Center(SPRC), penelitian telah menetapkan dengan tegas bahwa anggota keluarga dari individu yang meninggal karena bunuh diri memiliki risiko melakukan bunuh diri juga. Kematian bunuh diri dapat mempengaruhi orang-orang yang berada dalam lingkup hidupnya. Baik lingkungan terdekat ataupun komunitasnya.
Sebuah penelitian dari Skandinavia menunjukkan terjadi peningkatan risiko bunuh diri bagi rekan kerja dari orang yang meninggal dengan bunuh diri. Dampak yang terjadi termasuk trauma, depresi, kesedihan yang rumit, dan penyalahgunaan zat. Dan pengaruh ini bisa berlangsung selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Baca: Penderita Diabetes, Ini 6 Tips Jalani Puasa Menurut Ahli
Kehilangan korban dihadapkan dengan pertanyaan yang tidak sering dan mungkin tak akan terjawab, khususnya pertanyaan, “Mengapa?”. Mereka mungkin juga mengalami reaksi emosional yang kuat seperti rasa bersalah, menyalahkan, penolakan, kemarahan, malu, dan juga lega.
Faktor lain yang berperan penting dalam upaya postvensi adalah faktor budaya. Penting untuk memasukkan pertimbangan budaya tentang agama, kematian, bunuh diri, kesedihan, dan kerugian yang akan ditimbulkan. Kehilangan seseorang akibat bunuh diri dapat menjadi pengalaman yang mengisolasi, menyakitkan, dan mengubah hidup. Baca: Belajar dari Kasus Dewi Perssik, Jangan Asal Sebut pada Istri
Selain itu, peran media juga dapat berkontribusi terhadap pengurangan risiko bunuh diri. Namun, juga berperan dalam penularan keinginan bunuh diri. Contoh konkrit yang telah terjadi yaitu saat peristiwa kematian Marilyn Monroe pada tahun 1962. Setelah berita kematiannya tersebar di media, terjadi peningkatan 12 persen kasus bunuh diri yang terjadi selama 30 hari setelah kematian aktris, penyanyi sekaligus model asal Amerika tersebut. Baca: Rokok Curi Jatah Gizi Anak dan Ibu Hamil? Begini Menghitungnya
The Mental Health Commission of Canada(MHCC) bekerja sama dengan The Canadian Association for Suicide Prevention, The Centre for Suicide Prevention, and The Public Health Agency of Canada dengan mengembangkan dua ‘alat’ atau metode untuk mendukung orang-orang yang telah terkena dampak bunuh diri. Satu dirancang untuk orang yang telah mencoba bunuh diri, dan yang lainnya difokuskan pada sumber daya untuk orang-orang yang telah kehilangan seseorang akibat bunuh diri.
SPRC | MENTALHEALTHCOMMISSION