Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Waspada Usia 40, Kenapa Jam Kerja Harus Dikurangi? Cek Risetnya

Reporter

Editor

Susandijani

image-gnews
Ilustrasi pria dan wawancara kerja. Shutterstock
Ilustrasi pria dan wawancara kerja. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Di sebagian besar negara di dunia, usia pensiun seorang pekerja mencapai 55 tahun atau bahkan hingga 60 tahun.

Baca juga: Sehat di Usia 87, Ini Kunci 5D dari Ciputra

Sebelum masa pensiun, mereka akan bekerja lima hingga enam hari dalam sepekan, tergantung dengan kebijakan perusahaan tempat mereka bekerja.

Tapi tahukah Anda jika sebuah penelitian telah membuktikan bahwa produktivitas orang ketika mereka mencapai usia 40-an meningkat jika mereka bekerja untuk jam yang lebih sedikit.

Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti di University of Melbourne di bawah Institut Riset Ekonomi dan Penelitian Sosial Institut Melbourne. Mereka mengevaluasi karir, keluarga, dan kesejahteraan individu dan ekonomi para peserta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para peneliti kebanyakan menguji kemampuan kognitif peserta. Mereka diuji pada tingkat yang berbeda yang mengharuskan mereka untuk mencocokkan angka dan huruf dalam waktu tertentu dan membaca daftar angka mundur. Setelah tes selesai, para ilmuwan membuat beberapa pengamatan yang menarik.
Ilustrasi pria melakukan presentasi. Shutterstock
Menurut para peneliti, seperti dikutip dari laman timesofindia.com, orang yang berusia di atas 40 tahun memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik dan lebih produktif ketika bekerja hanya tiga hari dalam seminggu.

Colin McKenzie, salah satu peneliti yang mengambil bagian dalam studi itu, mengatakan bahwa bertentangan dengan apa yang dipercayai orang, bekerja berjam-jam mungkin tidak terlalu produktif setelah mereka mencapai usia tertentu. Menurutnya, bekerja berjam-jam bisa lebih merusak fungsi otak dibandingkan tidak bekerja sepenuhnya.

Baca juga: Ditanya Soal Gaji saat Melamar Kerja, Ini Jawaban yang Tepat

Stres dan kelelahan adalah faktor utama yang mempengaruhi produktivitas seseorang. Menurut para ahli, ketika orang memasuki usia empat puluhan, mereka harus belajar untuk lebih rileks karena akan membantu mereka menjalani kehidupan yang lebih baik — baik pribadi maupun profesional.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

20 jam lalu

BRIN mengembangkan sensor yang bisa mendeteksi kecemasan dan tingkat stres. Dok. Humas  BRIN
BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

Riset ini berpeluang untuk membuat pemetaan sensor yang bisa mendeteksi kecemasan dan tingkat stres pada pegawai.


Kerja dan Tinggal di Jerman Semakin Mudah dengan Peraturan Baru, Simak Ketentuannya

1 hari lalu

Duta Besar Jerman untuk Indonesia Ina Lepel saat mengunjungi di kantor Tempo, Palmerah, Jakarta Barat, Senin, 13 Mei 2024. Kunjungan tersebut untuk bersilaturahmi serta wawancara khusus tentang Undang-undang Imigrasi Terampil/ Skilled Immigration Act (FEG).  TEMPO/ Febri Angga Palguna
Kerja dan Tinggal di Jerman Semakin Mudah dengan Peraturan Baru, Simak Ketentuannya

Berikut peraturan baru untuk mempermudah proses mencari kerja di Jerman bagi warga negara di luar Uni Eropa.


5 Tanda Seseorang Butuh Me Time

3 hari lalu

Ilustrasi wanita. Freepik.com/Diana.grytsku
5 Tanda Seseorang Butuh Me Time

Me time atau waktu sendirian merupakan cara yang sehat untuk meremajakan diri, mengurangi stres, dan memulihkan energi


Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

8 hari lalu

Pengunjuk rasa mahasiswa berkemah di dekat pintu masuk Hamilton Hall di kampus Universitas Columbia, di New York, AS, 30 April 2024. Mary Altaffer/Pool via REUTERS
Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

Tiga belas orang hakim federal konservatif di AS memboikot lulusan Universitas Columbia karena protes pro-Palestina.


PNM Mekaar Mendukung Penuh Karir dan Bakat Pegawainya

9 hari lalu

PNM Mekaar Mendukung Penuh Karir dan Bakat Pegawainya

PNM Mekaar beri dukungan pengembangan karir dan bakat bagi semua insan PNM.


Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

14 hari lalu

Ilustrasi wanita tersenyum pada orang tua atau lansia di panti jompo. shutterstock.com
Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.


Kalimat yang Pantang Diucapkan pada Bos meski Berteman

16 hari lalu

Ilustrasi bos sedang berkomunikasi dengan anggota timnya di tempat kerja. Foto: Unsplash.com/Amy Hirschi
Kalimat yang Pantang Diucapkan pada Bos meski Berteman

Agar tak ada masalah dalam pekerjaan, cobalah hindari mengucapkan kalimat-kalimat berikut meski bos adalah teman sendiri.


Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

17 hari lalu

Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.


Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

17 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com/Priscilla du Preez
Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.


Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

17 hari lalu

Menulis jurnal setiap hari bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi gangguan kecemasan. (Pexels/Alina Vilchenko)
Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.