TEMPO.CO, Jakarta - Skizofrenia, gangguan jiwa yang terjadi akibat perubahan senyawa kimia di otak, dapat diderita siapa saja. Penyebabnya adalah multifaktor, bisa karena faktor genetik atau lingkungan. Tapi kemungkinan paling besar adalah genetik atau riwayat keluarga.
Baca: Skizofrenia Tinggi terjadi Pada Bayi yang Kekurangan Vitamin D
Dokter spesialis penyakit jiwa I Gusti Rai Wiguna mengatakan, faktor genetik bisa meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami penyakit ini. Apabila punya saudara kandung skizofrenia, maka orang itu berisiko 10 persen mengalami hal yang sama. Sedangkan jika paman yang mengalaminya, kemungkinan menurun jadi 6 persen.
Apabila salah satu orang tua yang mengalaminya, kemungkinan mengalami gangguan ini sebesar 13 persen, sedangkan jika keduanya makan kemungkinannya jadi 36 persen. “Populasi umum punya kerentanan 1 persen. Jangan kira saya atau Anda bebas dari kemungkinan mengalaminya,” kata Rai yang ditemui di Rumah Berdaya, Denpasar, Rabu, 24 April 2019.
Rumah berdaya adalah tempat rehabilitasi sekaligus pemberdayaan penyandang skizofrenia yang sudah memiliki emosi stabil.
Rai melanjutkan, kemungkinan skizofrenia yang 1 persen itu disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya trauma atau paparan virus yang dialami selama dalam masa kandungan, proses persalinan yang salah, bullying, atau penggunaan narkotika. “Penggunaan narkotika bisa mengganggu zat kimia di otak. Dan semua faktor itu berhubungan satu sama lain,” kata Rai yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya, Denpasar.
Lalu, apa saja gejala awalnya? Menurut Rai, hal yang paling mudah dikenali adalah stres. Tekanan yang dialami seseorang dapat menimbulkan gangguan jiwa. Kondisi ini umumnya terjadi pada orang-orang yang mengalami trauma masa kecil. Mereka akan membawa efek halusinasinya sampai dewasa hingga mengganggu kesehatan mentalnya.
“Secara umum, tanda (gangguan jiwa) bisa dilihat stres, ada ketidaknyamanan dalam diri kita, merasa terganggu dan merasa bisa lebih baik,” ujar Rai.
Stres menjadi penyebab umum gangguan jiwa. Selain skizofrenia, stress bisa menyebabkan depresi, gangguan kecemasan, hingga psikosamotik. Untungnya semua bisa diobati.
Tanda skizofrena selanjutnya adalah mengalami disabilitas atau penurunan kemampuan. Kondisi ini bisa dilihat dari hal-hal sederhana, misalnya sebelumnya ia rajin kuliah atau kerja, lalu sering izin tidak masuk. “Itu harus kita sadari, apakah ada hubungannya dengan kondisi psikologis kita. Datanglah ke dokter untuk berkonsultasi,” ujar Rai.
Baca: Intip Tanda-tanda Penyakit Mental Skizofrenia Sejak Dini