TEMPO.CO, Jakarta - Pasien diabetes tetap bisa menjalankan ibadah puasa Ramadan. Namun ada beberapa hal yang mesti diingat selama puasa. Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Ketut Suastika, mengingatkan selama puasa, pasien diabetes tidak mengonsumsi apa pun dari pagi hingga sore. Karenanya ia rentan mengalami hipoglikemik. Untuk mengantisipasi hal ini, pasien diabetes wajib mengonsumsi obat. Obat ini, kata Ketut, mempengaruhi kadar gula darah di tubuh.
Baca: Tips Olahraga Pasien Diabetes Saat Berpuasa, Pilih yang Berirama
“Pada hari biasa, obat diminum pagi. Selama puasa, saya sarankan mengonsumsi obat pada malam hari dan dosisnya dikurangi dengan pengawasan dokter tentunya,” kata Ketut kepada tabloidbintang.com di Jakarta, belum lama ini. Sementara untuk sahur, pasien diabetes harus bersiasat. Nasi tidak perlu dikurangi karena dari pagi ke sore, ia tidak mengonsumsi makanan sama sekali. Hanya, porsi makanan harus diatur berdasarkan kondisi fisik pasien.
Mengonsumsi nasi putih tidak masalah, asal memperhatikan porsi dan indeks glikemiknya. Salah kaprah yang kerap terjadi di masyarakat kita, makanan dengan indeks glikemik tinggi dikonsumsi sedikit. Untuk makanan dengan indeks glikemik rendah, dikonsumsi sebanyak-banyaknya. Ini keliru. “Untuk makanan dengan indeks glikemik tinggi meski cepat menaikkan kadar gula darah tapi jika makannya sedikit, tidak masalah. Kalau bahan pangan yang Anda santap indeks glikemiknya rendah lalu Anda makan banyak, ya sama saja,” kata Ketut.
Baca: Awas Lonjakan Gula Darah saat Buka Bersama, Perhatikan Rumus 3-J
Ia menambahkan, orang dengan bobot normal butuh 30 kalori per kilogram berat badan. Sementara mereka yang obesitas sebaiknya mengasup 20 kalori per kilogram berat badan. Dari total kebutuhan kalori harian, 50 persen di antaranya biasanya dipenuhi oleh karbohidrat. Hal lain yang diluruskan Ketut, anggapan diabetes juga mengenal stadium. “Tidak ada stadium dalam diabetes. Kalau penentuan stadium pada diabetes didasarkan pada lamanya menderita, tidak juga,” kata Ketut.