TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah fakta mengejutkan terungkap dalam pertemuan tahunan European Society of Human Reproduction and Ebryology di Vienna akhir Juni 2019 lalu. Jumlah sperma pria yang berada di negara-negara Barat mengalami penurunan dalam beberapa dekade terakhir.
Dari kalkulasi yang baru dilakukan, jumlah sperma pria di Amerika Utara, Eropa, Australia, dan Selandia Baru turun drastis 59 persen dalam empat dekade terakhir. Fakta ini cukup memprihatinkan. Ini artinya, kesuburan para pria di negara-negara tersebut juga menurun.
Apa penyebab utama penurunan ini? Investigasi lebih lanjut pun dilakukan. Para peneliti membandingkan kualitas air mani dan menu makanan 3.000 pria muda asal Denmark. Jumlah sperma tertinggi dimiliki mereka yang terbiasa mengonsumsi banyak ikan, ayam, sayuran, buah, dan banyak minum air.
Sementara jumlah sperma terendah ada pada mereka yang kerap mengonsumsi daging merah, snack, dan makanan tinggi lemak lainnya. Tak ketinggalan deretan junk food seperti burger, pizza, dan minuman berenergi.
Jumlah spermanya bahkan mencapai 8,86-42,3 juta lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang jauh dari pola makan ini.
Namun, perlu diingat bahwa penurunan ini bukan hanya terkait dengan makanan. Ada banyak faktor lain yang juga tak kalah penting, seperti kekurangan mineral dan stres. Jadi, selain mengonsumsi makanan dan membatasi asupan alkohol, ada hal lain yang perlu dilakukan di antaranya tidur berkualitas, berolahraga, dan mengelola stres dengan baik.