TEMPO.CO, Jakarta - Memiliki tubuh idaman dengan berat dan tinggi ideal merupakan impian setiap orang. Salah satu teknik pengukuran tubuh ideal yang populer adalah menggunakan Indeks Massa Tubuh atau BMI. Bahkan, menurut para ahli, pengukuran BMI merupakan cara yang baik untuk menilai apakah berat badan sehat atau tidak.
Pengukuran BMI akan mengategorikan tubuh yang berada dalam golongan berat badan sehat atau tidak melalui ukuran tinggi dan berat badan. Namun, anggapan tersebut dipatahkan oleh sebuah penelitian yang menyebutkan BMI bukanlah indikator tubuh sehat.
Menurut tim peneliti, BMI adalah indikator buruk untuk menentukan ukuran tubuh yang sehat serta dapat menjerumuskan dokter dalam memberi obat-obatan untuk pasien. Hal ini disebabkan oleh pengukuran BMI yang tidak dapat membedakan berat lemak dengan otot. Tubuh manusia yang berbeda-beda memiliki rasio otot dan lemak yang berbeda-beda pula.
“BMI hanya mengukur ukuran baju bukan kesehatan,” jelas peneliti obesitas dari Universitas Kanada, Dr. Arya Sharma, dikutip dari Daily Mail.
Ilustrasi wanita mengukur pinggang. Shutterstock
Baca Juga:
Untuk menghitung BMI, seseorang hanya perlu membagi berat badan dengan tinggi badan yang dikuadratkan. Hasilnya, angka yang kuang dari 18.5 masuk dalam kategori kurus, antara 18.5 dan 24.9 adalah sehat, 25 hingga 29.9 kegemukan, serta di atas 30 masuk dalam kategori obesitas.
BMI kerap dipromosikan sebagai pengukuran tubuh sehat yang paling ideal. Bahkan, berbagai atlet profesional diwajibkan menjalani pengukuran BMI untuk menentukan kategori tubuh mereka. Walhasil, banyak dari mereka yang dianggap obesitas, tetapi sebenarnya memiliki massa otot yang lebih tinggi daripada lemak.
Mereka yang dikategorikan obesitas sering kali memiliki tekanan darah normal dan kondisi jantung yang sehat. Karena itu, menurut Sharma, BMI bukanlah pengukur yang akurat untuk menentukan kondisi kesehatan seseorang. Menurut penelitian itu, ada cara yang lebih akurat dalam menentukan kondisi kesehatan seseorang, yakni dengan mengukur ukuran pinggang.
Ukuran pinggang yang dibagi dengan akar pangkat tinggi telah terbukti secara akurat mampu memprediksi risiko penyakit jantung, baik pria mau pun wanita. Pemimpin penelitian, Profesor Alan Nevill, menyebutkan bahwa pinggang biasanya didominasi oleh lemak tubuh sehingga pengukuran tersebut merupakan indikator kesehatan yang lebih akurat daripada mengukur keseluruhan berat badan.