TEMPO.CO, Jakarta - Saat ini, belum ada data akurat berapa jumlah penderita penyakit autoimun di dalam negeri. Penyakit autoimun ini tidak bisa sembuh. Meski begitu, bisa dilakukan antisipasi dengan mengetahui faktor risiko penyakit yang mungkin dimiliki seseorang agar tidak menjadi kronik.
Spesialis penyakit dalam Iris Rengganis mengutarakan bahwa salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit autoimun ialah melakukan pemeriksaan berbasis gen. Sementara itu, Product Manager Prodia, Trilis Yulianti, menegaskan bahwa pemeriksaan berbasis gen untuk mengetahui sistem imun (Immunerisk) merupakan langkah preventif.
Menurut Trilis, upaya pemeriksaan gen sistem imun berbeda dengan pemeriksaan lain pada umumnya yang digunakan sebagai langkah kuratif. “Tujuannya adalah melakukan pengecekan untuk melihat kondisi gen yang dimiliki. Hasilnya akan menunjukkan kategori risiko penyakit berdasarkan profil gen seseorang, sehingga bisa dilakukan langkah pencegahan,” katanya.
Trilis menjabarkan, pemeriksaan immunerisk mampu mendeteksi risiko seseorang terhadap tujuh jenis penyakit yang terkait dengan sistem imun. Tujuh penyakit itu terbagi dalam dua kategori, yakni penyakit kelompok autoimun dan kelompok alergi. Ketujuh penyakit itu adalah:
-Allergic rhinitis dan atopic dermatitis dalam kategori penyakit alergi
-Rheumatoid arthritis, psoriasis, lupus, alpecia areata, dan vitiligo dalam kategori penyakit autoimun
Trilis menjabarkan bahwa pemeriksaan Immunerisk dilakukan menggunakan teknologi Microarray yang dapat mendeteksi 650 ribu variasi gen secara bersamaan dalam waktu yang cepat. Selanjutnya, data akan diolah dan dikalkulasi menggunakan sistem bioinformatika.
“Pemeriksaan Immunerisk ini hanya perlu dilakukan satu kali karena gen seseorang tidak mengalami perubahan. Ini perlu untuk mengenali faktor risiko penyakit bawaan. Makanya pemeriksaan medis lebih dini akan jauh lebih baik,” ujarnya.