TEMPO.CO, Jakarta - Cinta platonik merupakan salah satu jenis cinta yang tidak melibatkan romansa, syarat dan hasrat seksual. Ia umum ditemukan dalam hubungan antara anak dan orang tua, antar saudara, atau dalam persahabatan.
Dilansir Regain Us, awalnya istilah cinta platonik merupakan gagasan yang berasal dari Filsafat Yunani Kuno yang dialognya dibawakan Plato dan dikenal sebagai “Simposium.” Ia ditulis sebagai rangkaian pidato yang mengeksplorasi berbagai konsep cinta, bahwa pemahaman konsep cinta jauh melampaui ketertarikan fisik, sebab cinta juga ada dalam bentuk intelektual dan spiritual.
Cinta platonik bisa datang dari mana saja, namun umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan persahabatan maupun kekerabatan yang kuat. Dalam cinta jenis ini tidak ada seks, tidak ada ketertarikan fisik, dan tidak ada keterlibatan romantis. Hubungannya sering terjadi di antara sesama jenis, maupun lawan jenis. Selain tak memandang gender, cinta plantonik juga tidak terbatas pada usia, ras dan orientasi seksual.
Dalam cinta platonik, kedua belah pihak merasakan rasa terima kasih, kesukaan, dan minat yang luar biasa antara satu sama lain. Hubungan ini juga sering tumbuh dari persahabatan biasa yang berubah menjadi ikatan yang lebih dalam dan kuat. Saat saling berjauhan, bahkan dalam wilayah dunia yang berbeda, orang-orang yang terlibat cinta platonik lebih bisa dan kuat mempertahankan hubungan satu sama lain.
Lebih lanjut, laman A Conscious Rethink menuliskan tiga karakteristik umum cinta plantonik:
- Kejujuran
Orang yang terlibat cinta plantonik akan mudah jujur satu sama lain, baik dalam menceritakan aktivitas harian, pekerjaan, perasaan, acara kecan maupun hal-hal pribadi lainnya. Tidak seperti hubungan cinta dengan romansa yang memerlukan perawatan, cinta plantonik cenderung mengalir begitu saja.
Orang-orang yang terlibat cinta plantonik juga tidak khawatir menunjukkan sisi-sisi rapuhnya, sebab mereka merasa diterima penuh. Dan ketika mereka bersitegang, dalam beberapa saat hubungan akan kembali normal. Beda dengan cinta romansa yang ketika bersitegang dapat menimbulkan perpisahan dan hilangnya komunikasi.
- Penerimaan Tanpa Syarat
Cinta plantonik tidak mematok harapan tertentu pada pihak yang dicintai. Beda halnya dengan cinta romansa yang banyak meletakkan harapan pada masing-masing pasangan. Meski ada kekhawatiran saat orang yang dicintai berada dalam masalah, orang yang terlibat cinta plantonik tidak memiliki intensitas yang kuat untuk memikirkan masalah tersebut.
- Tidak Melibatkan Hasrat Seksual
Tidak melibatkan hasrat seksual adalah beda cinta plantonik dengan cinta romansa yang berkaitan dengan hasrat seksualitas. Orang-orang yang terlibat hubungan plantonik, baik sesama maupun lawan jenis ditekankan untuk tidak memiliki hasrat seksual, maka itu perlu adanya batasan emosional.
Jika nantinya hubungan cinta platonik di antara dua sahabat berkembang jadi cinta romansa, tak menutup kemungkinan saat cinta romansanya kandas, keduanya tidak lagi bisa menjalin cinta platonik seperti semula.
DELFI ANA HARAHAP
Baca: Pentingnya Jalin Hubungan Atas Dasar Percaya Daripada Cinta