TEMPO.CO, Jakarta - Celana jeans adalah salah satu produk fesyen yang terkenal dan disukai banyak orang. Tidak hanya pria, wanita pun banyak yang suka dengan model celana ini.
Celana jeans bisa dipakai untuk banyak jenis kegiatan. Tak sedikit pula yang mengenakannya ketika berpetualang di alam bebas. Namun banyak pendapat yang menilai celana jenis ini haram dipakai saat mendaki gunung.
Pendakian dan jeans kembali menjadi pembicaraan di kalangan penghobi wisata alam karena kejadian tewasnya tiga pendaki Gunung Bawakaraeng, Makassar, Sulawesi Selatan, 17 Agustus kemarin karena hipotermia. Secara bersamaan beredar foto korban bersama rekan kelompoknya yang beberapa di antaranya tampak mengenakan celana jeans.
Berikut sejumlah alasan untuk tidak menggunakan celana jeans saat mendaki gunung seperti dilansir dari laman Areioutdoorgear.co.id
Berat saat dipakai
Celana jeans terbuat dari bahan yang lumayan berat. Hal ini akan menambah beban dan merepotkan pendaki. Berat celana ini akan bertambah jika terkena air atau keringat lantaran sifatnya yang sulit untuk kering.
Menyebabkan iritasi
Celana jeans yang tidak fleksibel akan membatasi pergerakan sendi dan otot-otot ketika berkontraksi. Hal ini bisa menyebabkan iritasi pada pangkal paha atau lecet akibat teksturnya yang kasar.
Menyerap hawa dingin
Selain menyerap air dengan cepat, produk berbahan jeans bisa menyimpan hawa dingin. Apabila hawa dingin tidak segera dihilangkan dari tubuh Anda, maka besar kemungkinan untuk terserang hipotermia.
Celana jeans tidak disarankan untuk mendaki gunung. Tidak hanya celana, produk yang berbahan jeans lain sebaiknya tidak digunakan saat naik gunung, termasuk jaket jeans.
Sebagai ganti celana jeans pendaki dapat memakai bahan yang mudah kering, fleksibel, nyaman dipakai, serta ringan. Bahan celana yang dapat digunakan saat mendaki gunung adalah produk yang terbuat dari bahan ripstop nilon dan sintetis polyester.
VALMAI ALZENA KARLA
Baca juga:
Tiga Pendaki di Makassar Tewas Karena Hipotermia, Ini Tips Mencegahnya
