TEMPO.CO, Jakarta - Night terror yang diartikan sebagai teror malam atau gangguan tidur malam sambil berteriak merupakan kondisi yang menyebabkan seseorang akan bereaksi ketakutan.
Gejala lainnya saat mengalami night terror, yaitu meronta-ronta, berjalan, menangis ketika sedang tidur.
Sedangkan nightmare atau mimpi buruk yang dialami seseorang saat tidur. Mengutip Science Daily sebagian besar mimpi buruk menggambarkan kesedihan, kebingungan, dan rasa bersalah. “Mimpi buruk yang lebih intens akan membangunkan Anda. Di sisi lain mimpi buruk biasanya berasal dari konflik pribadi,” kata Antonio Zadra, ahli psikologi dari Universitas De Montreal, Kanada.
Night terror
Mengutip Mayo Clinic, gejala teror malam biasanya menyebabkan berteriakan. Saat terbangun raut ketakutan mata terbelalak, napas agak berat, denyut jantung cepat, dan kebingungan.
Mengutip NHS, night terror dipengaruhi kondisi sangat kelelahan atau penyakit tertentu. Night terror juga dipengaruhi aktivitas sebelum tidur yang menimbulkan kecemasan, ketakutan, dan stres, misalnya menonton film horor.
Mengutip American Sleep Association, night terror biasanya dialami anak-anak di bawah usia 7 tahun. Anak-anak yang mengalami night terror cenderung berbicara dan berjalan sambil tertidur.
Merujuk Sleep Foundation, kecenderungan night terror anak-anak di atas usia 12 tahun agak rendah. Satu studi menjelaskan, hanya 4 persen dari parasomnia seperti night terror yang masih dialami saat melewati masa remaja.
Orang dewasa agaknya makin jarang mengalami night terror dibandingkan anak-anak. Orang dewasa yang mengalami night terror dipicu kondisi stres atau kurang tidur. Tapi, kondisi night terror yang dialami orang dewasa bisa menjadi perhatian terkhusus jika menimbulkan perilaku kekerasan.
Nightmare atau mimpi buruk
Menurut Sleep Foundation, mimpi buruk biasanya akan memicu tekanan emosional. Tidak seperti night terror, mimpi buruk terjadi selama tidur tanpa perilaku fisik atau suara. Orang yang mengalami mimpi buruk mudah dibangunkan dan mengingat cerita dalam mimpinya.
Mengutip Science Daily, ahli psikologi Antonio Zadra menjelaskan, mimpi tergolong katarsis terhadap perubahan kehidupan sehari-hari. Sumber mimpi buruk yang berulang biasanya berasal dari peristiwa traumatis. Penyebab lainnya juga ketika baru berhenti dari kebiasaan minum alkohol atau obat psikotropika. Kondisi itu mempengaruhi frekuensi atau intensitas mimpi buruk.
“Mimpi buruk bukan penyakit. Tapi bisa menjadi masalah bagi individu yang sangat tertekan karena mimpi buruknya. Orang yang sering mengalami mimpi buruk mungkin takut tertidur,” kata Zadra. Kecenderungan itu karena kemungkinan kembali mengalami mimpi buruk yang berulang setiap malam.
DELFI ANA HARAHAP
Baca: Night Terror Gangguan Tidur Sambil Berteriak, Apa Penyebabnya?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.