Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Herpes Zoster, 3 Risiko Seseorang Kena Cacar Ular

image-gnews
Cacar ular. Penyakitkelamin.info
Cacar ular. Penyakitkelamin.info
Iklan

TEMPO.CO, JakartaHerpes zoster atau cacar ular adalah penyakit yang ditandai dengan munculnya ruam dan bintil berisi air disertai nyeri pada salah satu sisi tubuh. Ruam ini lama-kelamaan akan  berubah menjadi merah, lepuh, dan berisi cairan. Biasanya, ruam ini mengering dan mengeras dalam waktu 7 sampai 10 hari. 

Penyakit herpes ini berasal dari virus varicella zoster. Virus herpes ini juga menjadi penyebab terjadinya cacar air. Biasanya, herpes zoster hanya terjadi satu kali. Namun sebagian kecil kasus yang jarang terjadi, orang dapat mengalami kekambuhan terkena herpes zoster. 

Melansir dari WebMd, biasanya seseorang yang terjangkit herpes zoster berawal dari terserangnya cacar air. Sebab, kedua virus antara cacar air dan cacar ular ini sama. Virus tersebut tidak mati, tetapi hanya menjadi tidak aktif. Kemudian, virus pindah ke saraf bagian sumsum tulang belakang dan otak untuk menetap selama bertahun-tahun. Pada fase ini, virus tidak menimbulkan gejala apa pun.

Kendati demikian, pada kondisi tertentu, virus yang menetap dalam sel saraf bisa aktif kembali. Virus yang aktif akan memengaruhi sel saraf di kulit sehingga menimbulkan gejala ruam herpes zoster di kulit penderitanya.

Risiko Terkena Herpes Zoster atau Cacar Ular

Diketahui terdapat beberapa kondisi yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami herpes zoster, yakni:

1. Usia 50 tahun ke atas

Seiring pertambahan usia, daya tahan tubuh semakin melemah sehingga risiko terkena herpes zoster akan semakin tinggi.

2. Stres 

Stres fisik ataupun emosional dapat membuat tubuh melepaskan senyawa kimia yang bisa mengganggu daya tahan tubuh.

3. Daya tubuh yang lemah

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kondisi ini dapat terjadi karena AIDS, kanker, operasi transplantasi organ, atau konsumsi obat kortikosteroid dalam jangka panjang.

Penelitian terkini juga telah menemukan bahwa kasus herpes zoster terjadi pada beberapa orang yang telah mendapatkan vaksin Covid-19. 

Herpes zoster atau cacar ular juga bisa dikenali dari gejala yang dialami oleh seseorang sehingga bisa cepat ditangani. Mengutip clevelandclinic, berikut gejala-gejala utama dari herpes zoster.

  1. Pembesaran kelenjar getah bening,
  2. Demam, menggigil, dan sakit kepala,
  3. Gatal-gatal,
  4. Muncul bintik-bintik di kulit dan kemerahan di area tersebut,
  5. Nyeri seperti tertusuk,
  6. Terasa seperti kesemutan atau terbakar di dalam atau di bawah kulit, dan
  7. Sakit perut.

Selain itu, herpes zoster juga dapat terjadi di area sekitar mata yang dinamakan dengan herpes zoster ophthalmicus. Ruam lepuh yang timbul akibat herpes zoster tipe ini muncul di kelopak mata, dahi, dan terkadang area sekitar hidung. Gejala yang muncul dapat meliputi:

  1. Mata terasa terbakar dan nyeri berdenyut,
  2. Mata merah dan meradang,
  3. Kelopak mata membengkak, dan
  4. Penglihatan kabur.

Segeralah hubungi dokter, jika seseorang memiliki tanda-tanda di atas. Tidak ada obat untuk herpes zoster atau cacar ular, tetapi pengobatan yang diusungkan dapat mengurangi kemungkinan komplikasi, termasuk rasa sakit yang berlangsung setelah ruam hilang. Pengobatan tersebut disebut neuralgia postherpetic.

RACHEL FARAHDIBA R 

Baca: Demi Kesehatan Janin, Ibu Hamil Wajib Waspada Virus Herpes

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

9 hari lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

Dokter anak menjelaskan gejala penyakit lupus pada anak umumnya lebih gawat dibanding pada orang dewasa.


Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

14 hari lalu

Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Abdul Azis Syah Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Rabu, 11 Maret 2020. Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus DBD di Indonesia telah menelan 100 korban meninggal dari total 16.099 kasus dalam periode Januari sampai dengan awal Maret 2020. ANTARA/Syifa Yulinnas
Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?


Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

16 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil berpikir. shutterstock.com
Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?


Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

16 hari lalu

Ilustrasi vaksinasi Covid-19. TEMPO/Subekti
Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.


Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

17 hari lalu

Petugas kesehatan meneteskan vaksin polio pada mulut anak balita saat pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) Polio di Kota Madiun, Jawa Timur, Senin 19 Februari 2024. Imunisasi itu merupakan putaran kedua yang menyasar  kepada sekitar 18 ribu anak hingga usia delapan tahun di wilayah tersebut untuk memberikan kekebalan pada anak sekaligus upaya menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio menyusul penemuan kasus lumpuh layu di Pamekasan, Sampang Jawa Timur serta Klaten Jawa Tengah beberapa waktu lalu, dilaksanakan pada 19-25 Februari. ANTARA FOTO/Siswowidodo
Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.


IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

22 hari lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.


Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

24 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.


Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

25 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

Parasetamol dapat diberikan ketika suhu anak 38 derajat Celcius ke atas atau sudah merasakan kondisi yang tidak nyaman.


Komplikasi dan Cara Pencegahan HFMD, Potensi Tinggi Menular Selama Libur Lebaran 2024

35 hari lalu

Ilustrasi cuci tangan. pixabay.com
Komplikasi dan Cara Pencegahan HFMD, Potensi Tinggi Menular Selama Libur Lebaran 2024

Hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau flu Singapura yang menyerang selama libur Lebaran 2024 sebabkan komplikasi penyakit lain. Ini pencegahannya


Gejala dan Penyebab HFMD yang Kasusnya Meningkat Selama Libur Lebaran

35 hari lalu

Flu Singapura.
Gejala dan Penyebab HFMD yang Kasusnya Meningkat Selama Libur Lebaran

Flu Singapura atau HFMD mengalami peningkatan selama mudik atau libur Lebaran 2024. Apa gejala dan penyebab dari penyakit ini?