TEMPO.CO, Jakarta - Banyak jaringan tubuh dan hampir semua organ dalam tubuh bisa menjadi lokasi berkembangnya penyakit autoimun dan lebih dari 100 penyakit autoimun yang dibedakan dalam dua jenis. Di antara lebih dari 100 penyakit autoimun terdapat tujuh penyakit yang paling umum dikeluhkan, yaitu diabetes tipe 1, artritis reumatoid (RA), psoriasis/artritis psoriatik, multipel sklerosis, lupus eritematosus sistemik (LES), radang usus, dan addison.
Spesialis penyakit dalam, konsultan alergi imunologi di Siloam Hospital Sriwijaya Palembang, Masdianto Musai, menyebutkan gejala autoimun dimulai dari kelelahan.
“Penyakit autoimun bahkan dimulai dengan sejumlah gejala ringan, misalnya kelelahan, pegal otot, demam ringan, dan lainnya. Namun, gejala ini berkepanjangan atau dalam kurun waktu yang lama,” ujar Masdianto.
Dia menambahkan penyebab penyakit autoimun belum teridentifikasi secara pasti. Namun, terdata jelas seperti layaknya penyakit-penyakit lain, penyebab cenderung karena faktor genetik atau keturunan, lingkungan tempat tinggal, gaya hidup yang tidak sehat, termasuk perubahan hormon dan infeksi.
“Merokok tembakau, konsumsi alkohol, obesitas, dan atau penyakit penyerta lain merupakan faktor risiko. Data valid pun menunjukkan adanya faktor risiko tinggi pada wanita rentan usia 20-50 tahun," tambahnya.
Risiko imun
Pencegahan autoimun dapat dengan melakukan pemeriksaan risiko imun, yaitu pemeriksaan genomik yang mengidentifikasi berdasarkan faktor genomik seseorang dengan mengacu pada faktor risiko terhadap penyakit autoimun. Dia mengingatkan pencegahan dilengkapi dengan perbaikan faktor lingkungan tempat tinggal dan gaya hidup yang sehat sebagai pencegahan terbaik terhadap penyakit autoimun.
Di awal pencegahan autoimun, dokter akan mendiagnosa penyakit diawali dengan wawancara, pemeriksaan fisik, tes antinuklir antibodi (ANA) yang berfungsi untuk mengetahui aktivitas antibodi yang menyerang tubuh dan dilanjutkan melakukan tes autoantibodi untuk mendeteksi karateristik antibodi dalam tubuh, tes darah, dan lainnya.
"Pahami bahwa sebagian besar atau banyak keluhan penyakit autoimun belum dapat disembuhkan dengan obat. Akan tetapi, apabila gejala timbul dapat diringankan dan dicegah agar tidak memburuk atau flare. Pengobatannya pun akan merujuk kepada penyakit yang diderita pasien," paparnya.
Penyakit autoimun sangat bisa berkomplikasi serius ke penyakit atau keluhan seperti jantung, kerusakan saraf atau organ seperti hati, ginjal, depresi, atau gangguan kecemasan. Adapun, bagi wanita yang terdiagnosis autoimun dengan rencana kehamilan jika mengalami kondisi enam bulan stabil, dokter akan mengizinkan untuk melanjutkan proses kehamilan.
Namun, dokter tetap akan menjelaskan tiga kemungkinan penyakit autoimun yang diderita selama kehamilan, yaitu terjadi perburukan, stabil atau sama saja, dan tentunya terjadinya perbaikan karena kehamilannya. Dia mengingatkan meski pencegahan penyakit autoimun secara medis dapat dilakukan, pencegahan terbaik adalah menerapkan pola hidup sehat dan rutin berolahraga, dilengkapi konsultasi, juga pemeriksaan secara berkala melalui deteksi risiko imun yang direkomendasikan untuk menghindari keluhan penyakit autoimun dan komplikasinya.
Baca juga: Inilah 10 Jenis Penyakit Autoimun yang Paling Umum